Dia menuju ke meja rias mamanya. Rara menarik lacinya, ada kartu kredit dan jam tangan emas mamanya. Rara tersenyum, diambil kartu kredit dan dipakai jam tangan emas itu. Tiba-tiba pandangannya tertuju di selembar undangan yang ada di meja.
Rara membuka undangannya, dia terkejut dan langsung melempar semua barang yang ada di meja rias mamanya dan berteriak.
Tiba-tiba HPnya berbunyi, papanya menelepon lagi. Dia langsung mematikan teleponnya. Dia menuju ruang tamu dan menunggu mamanya sampai pulang.
Ketika Inul pulang dari kantor, ia terkejut karena Rara menunggunya.
"Ada apa ?" Inul berjalan kearah putrinya.
Rara melemparkan undangan itu ke meja, wajah Inul langsung pucat. "Apa ini ?" tanya Rara dingin.
"Rara..." katanya dengan lemah.
"Kapan mama mau memberitahuku ?" teriak Rara.
"Mama akan memberitahumu besok !" jawabnya.
"Undangan itu dikirim seminggu lalu. Kenapa mama tidak memberitahuku saat itu ? aku benci mama !!!" teriak Rara.
Rara berlari ke luar. Inul duduk dengan lemah.
Tak berapa lama kemudian, Rara tiba di restaurant. Rara duduk, kemudian seorang pelayan menawarkan menu padanya.
"Saya minta semua yang ada di menu !" kata Rara
"Semua ?" tanya pelayan bingung
"Iya ! semuanya ! sekarang juga !" kata Rara kesal
Si pelayan pergi tanpa kerkata-kata lagi.
Rara mengeluarkan rokok dari tasnya dan mulai merokok. Rara memejamkan mata, mencoba melupakan segalanya. Ketika dia membuka matanya kembali, meja di depannya sudah penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman.
Rara berdiri dan menghampiri kasir, dia mengeluarkan kartu kredit mamanya. Saatpenjaga kasir memberikan struknya, Rara dengan mudah meniru tanda tangan mamanya. Tiba-tiba Rara merasa menyesal ketika dia keluar restaurant tanpa menyentuh makanan yang dipesannya.
Keesokan harinya, Selfi menuju kelas Rara. Pandangan Selfi menyapu seluruh ruangan, tetapi dia tidak menemukan orang yang dicarinya. "kamu tau Rara dimana ?" tanya Selfi ke murid di kelas itu.
"Aku tidak tau! hari ini dia tidak masuk sekolah lagi !" jawab murid itu. Kenapa dia bolos lagi ? pikir Selfi.
"Terimakasih !" kata Selfi sambil berjalan keluar kelas. Siang itu, Selfi hanya bisa mengikuti pelajaran setengah hari karena harus melakukan pemeriksaan lagi di rumah sakit. Selfi berharap bisa bertemu Rara hari itu.
Sewaktu Selfi menuju keluar gerbang sekolahnya, dia melihat supirnya sudah menunggu di depan gerbang. "Siang pak !" sapa Selfi. "Siang non !" jawab supir. Sesudah membukakan pintu untuk Selfi, pak supir langsung menjalankan mobilnya.
Di tengah perjalanan, Selfi melihat Rara memasuki tempat billiard. "Pak berhenti dulu !" kata Selfi.
Supirnya menghentikan mobil. "Ada apa non ?" tanya supir panik.
"Tolong bapak tunggu disini sebentar !" kata Selfi sambil keluar dari mobil.
Selfi berjalan menuju tempat billiard dan masuk ke dalamnya, ketika merasa seseorang mendekatinya, Raralangsung menoleh. "Apa yang kamu lakukan disini ?" bentak Rara. "Keluar ! aku tidak mau melihatmu !"
"kenapa kamu bolos hari ini ?" tanya Selfi
"Aku sudah bilang jangan pernah campuri urusanku !" kata Rara dingin.
Selfi memandang tajam tanpa berkata apa-apa, "kamu bisa main billiard ?" tantang Rara.
"Tidak." jawab Selfi.
"Kalau begitu apa yang kamu lakukan disini ?" teriak Rara
"Menemuimu" kata Selfi
"Oke !" kata Rara ketus, "kalau kamu tidak mau keluar, terserah." Rara melanjutkan bermain billiardnya.
"Apa kamu tidak lelah seperti ini ?" tanya Selfi
"Cukup ! aku sudah tidak tahan lagi denganmmu ! apa kamu pikir bertemu 1-2 kali kamu sudah mengenalku? jangan kamu kira karena kamu penyakitan aku tidak bisa memukulmu! aku tidak peduli !" kata Rara. "Apa mungkin itu yang harus aku lakukan ? memukul kamu agar aku dikeluarkan dari sekolah ?"
Selfi terdiam melihat Rara.
Tiba-tiba Rara mengeluarkan sebatang rokok, "kamu mau coba ?" tanya Rara sinis. "Toh jantungmu sudah sakit, jadi apa salahnya menghisap 1 saja? bukannya kamu ingin jadi temanku?" tanya Rara. "kalau begitu temani aku main billiard hari ini !"
YOU ARE READING
DETIK TERAKHIR
Short StorySELFI - sosok yang tenang dalam menghadapi masalah, dewasa, pintar bermain piano RARA - tomboy, keras kepala, broken home