Tubuhnya memang lincah, tapi ia merasa geraknya menjadi sangat terbatas. Bagaimanapun ia baru saja terbangun dari tidur panjang. Dan sialnya itulah penyebab utama ia kesulitan mendapatkan makanan.
Bukankah ia jago berburu? Tapi kali ini semua buruan itu kembali dimuntahkannya, membuatnya mengerang marah pada dirinya sendiri. Harusnya tak begini. Tak ada satupun yang memberi tahunya tentang ini. Dan itu artinya, dia terperangkap dalam jebakan-jebakan si brengsek Jaejong. Ya! Si Jaejong itu! Memang keparat dia!.
~~0~~
Jisoo satu minggu ini benar-benar mengurung diri di kamar. Keadaannya sama sekali tak baik. Ia tau Lucas beberapa hari ini bolak-balik ke rumahnya, membawakan makanan sehat, tapi Jisoo tak mau membukakan pintu. Pemuda itu akhirnya nekat memanipulasi pintu rumah Jisoo tanpa seizin empunya saking khawatirnya kalau-kalau Jisoo bunuh diri. Ya, di Korea sedang banyak kasus, dan Lucas amit-amit membayangkan itu terjadi juga pada Jisoo. Toh bukan hal yang sulit baginya sekedar membobol password pintu rumah rakyat sipil seperti Jisoo. Yang jelas dia harus segera memastikan kondisi Jisoo.
Pemuda itu langsung memeluk Jisoo ketika menemukannya meringkuk di sofa ruang tengah. Tangis Jisoo langsung pecah begitu tubuh tegap itu merengkuhnya dan berusaha membuat Jisoo nyaman.
"Gue gak tau lagi, Luc," isak Jisoo.
"Stthh... iya gue ngerti, Jis. Ngerti banget. Gue kesini bukan mau bahas apapun itu, Jis. Gue Cuma mau nyari cara gimana caranya lo bisa melewati masa-masa sulit lo," ucapnya.
Lucas mengusap puncak kepala Jisoo. Ia bisa merasakan betapa hancurnya gadis itu.
"Gue takut, Lucas.."
Tenggorokan Lucas tercekat mendengar betapa gemetarnya suara Jisoo. Semua impian Jisoo serasa hancur dalam sekejap, harga dirinya sudah diinjak-injak oleh Jennie. Dan Lucas kira ia tak bisa membiarkan sahabatnya menderita lebih lama lagi.
"Gue bakal urus kasus lo sama Jennie. Lo harus lawan itu, dan lo harus yakin lo bisa menang melawan ketidak adilan itu, Jis. Gue dan pengacara keluarga gue bakal turun langsung buat menyeret Jennie ke penjara. Gue pastiin Jennie menyesal atas apa yang dia lakuin ke lo."
Jisoo tak mampu berkata-kata. Ia ingin menahan Lucas, tapi hatinya jauh lebih sakit sampai tak bisa bicara apa-apa.
Sedangkan Lucas tak banyak bicara lagi, ia hanya menenangkan Jisoo sampai dirasa gadis itu tenang, memeluknya sampai Jisoo tertidur dan ia membawanya ke kamarnya.
"Gue pastiin Jennie akan dapat balasan setimpal," yakin Lucas pada dirinya sendiri. Mungkin dia bertindak tanpa persetujuan Jisoo, tapi itu sudah tidak penting lagi. Jisoo harus ditolong. "Sorry Jisoo, mungkin lo bakal sedikit kecewa sama gue, tapi demi kebaikan lo gue gak mau lo terus ada di sekolah itu."
Detik berikutnya Lucas sudah menghambur mencari semua keperluan dokumen untuk kepindahan sekolah Jisoo.
~~0~~
Perasaan Jisoo campur aduk saat menginjakkan kaki di sekolahnya, meskipun Lucas berada di sisinya, menemaninya. Kondisinya jauh lebih mendingan setelah beberapa pekan lewat, dan Jisoo sebisa mungkin tidak menunjukkan kerisauannya di mata orang-orang. Toh Jisoo sudah mengira akan bagaimana pandangan teman-temannya pada Jisoo. Untuk itu sejauh ini dia hanya menunduk dan menyembunyikan wajahnya pada helai-helai rambutnya yang dibiarkannya tergerai.
Jisoo sampai bisa mendengar bisikan dan makian salah seorang temannya di belakangnya, dan seketika itu pula Lucas merapatkan tubuhnya dan menggenggam erat jemari Jisoo memberi dukungan moril. Jisoo sendiri tak terlalu memperdulikan karena di dalam benaknya adalah bagaimana hari berat ini cepat dilalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amorphous | [Taesoo (Taeyong - Jisoo)]
Wampiry[18+] Daripada takdir, mungkin lebih cocok disebut tumbal. Jisoo adalah siswa di sekolah model, selama dua tahun di sekolahnya, Jisoo menjadi korban pembullyan Jennie, Lisa dan Rose. Jennie sempat membunuhnya, namun hal itu ternyata hanya manipulas...