"I spent more time thinking about you than worrying about myself."
-El-:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.45 yang berarti sudah saatnya ishoma. Manusia-manusia berhamburan keluar kelas dengan wajah yang kusut kelelahan, namun ada juga yang menampakkan wajah bahagia. Aku adalah salah satunya. Bukan karna pelajaran tadi yang membuatku bahagia, melainkan tiba saatnya untuk
Sebagai kaum secret admirer pasti sudah tidak asing lagi dengan kegiatan semacam itu.
Hari ini aku dan Cici tak melaksanakan sholat. Karna, um.. Kalian tau lah kenapa. Sedikit terbesit rasa kecewa, karna salah satu upaya modus-ku tidak berjalan untuk hari ini dan beberapa hari kedepan.
Eh tapi bukan berarti aku sholat untuk modus ya. Sholat itu hanya karna Allah.
---
"El, anterin gue ke XII IPA 5 mau nggak?" tanya Cici yang menggangguku makan b*ng b*ng
"Ngapain kesana? Nganterin pesenan?"
"Iyee, nganterin ke kak Arsen. Pacar lu."
"Enak aja pacar. Arsen mah bodyguard gue."
"Tersesah deh. Jadi, mau nganter apa nggak nih?"
"Kalo nggak kenapa?"
"El, ayolahhh." pinta Cici
"Ya lu napa pake nanya mau ato nggak, kzl gue."
Dengan berat hati, aku mengantarkan Cinantya Asla Aprilia, alias Cici ke kelas Arsen. Kami melewati luasnya lapangan dengan menerjang teriknya matahari.
"Ci, lu sadar nggak?"
"Apaan?"
"Kok kita lewat lapangan gini ya? Lewat koridor kelas kan bisa sih. "
"Lah iya ya. Yaudahah gapapa, bubur udah menjadi nasi."
"Kebalik kambing!"
"Eh, gagal keren. HAHAHA.."
Bagiku Cici itu lucu. Dialah sang pencair suasana. Dia selalu membuat lelucon yang tidak dibuat-buat. Diantara ciwi-ciwiku, aku paling dekat dengan Cici. Ia yang paling banyak tau tentangku. Bagaimana tidak, kami sudah bersama sekitar 5 tahun lamanya.
Tiba-tiba ada perasaan aneh yang menggerogotiku. Spontan saja aku melihat ke lantai dua gedung kelas XII. Langkahku terhenti yang tak disusul Cici. Mataku rabun, dan saat itu aku tidak mengenakan kacamata. Aku mencoba scanning postur tubuh dan gerak-geriknya.
'postur tubuh dan rambutnya nggak asing' kataku dalam hati seraya memutar otak.
Siapakah dia?
'tunggu.. Itu didepan kelas XII IPS 2'
ASTAGA, KAK KEVIN!
Lagi-lagi aku melakukan hal yang memalukan didepan doi. Aku tak tau bagaimana raut wajahku saat itu, yang aku tau adalah AKU MALU.
Sontak aku mengejar Cici yang ternyata sudah jauh dari tempat aku berdiri.
Apa kabar jantungku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya
Teen FictionPada akhirnya aku masih dan akan terus jatuh hati pada seseorang yang entah hatinya untuk siapa. -Aeleasha