09

8K 452 11
                                    

Happy reading
♡pergi tanpa pamit♡
.....
Aldzi pov
Saat masih asik tertawa karena Izza yang sangat pemalu, dan aku selalu tersenyum saat mengingat bahwa Pak Faiz yang ada perlu atau mengatakan sesuatu.

Tetapi bukan itu yang membuatku, senang. Izza yang mengabariku melalui Chat tentang ayahnya yang ada perlu. Bukankah itu kesempatan emas bagiku? Yah kesempatan emas.

Telfon dari komandan yang membuatku keluar dari ruangan Pak Faiz, permisi sebentar untuk mengangkat telfon.

"Siap, komandan" jawabku
"....."
"Saya ada diRS ***"
"....."
"Siap Ndan, siap siap."

Telfon dari komandan yang mengharuskan aku harus pergi keHelipad RS. karena situasiku yang saat sedang libur, tanpa berpamitan kepada semua orang yang ada diruangan Pak Faiz.

Aku mengambil ponsel untuk memberitahukan kepada Alzya, bahwa mereka harus pulang dengan Taksi.

To : bebek bayi
Assalamu'alaikum, Dik kamu pulangnya sama bunda naik taksi ya. Abang ada tugas mendadak, abang dijemput helikopter.
Bilang sama Bunda, abang minta maaf
Send

"Siap?" Tanya pilot helikopter itu. Aku mengangguk

Naik dihelikopter dengan banyak pikiran, aku pergi tanpa pamit, hanya pesan singkat yang kukirim untuk Alzya. Kenapa tidak mengirim pesan kepada bunda lansung, karena bunda pasti akan protes karena ditinggal mendadak.

Ingin sekali mengirim pesan untuk Izza, tapi kupikir ada masanya untuk pamit padanya secara lansung. Mungkin dengan pamit ala pasangan Halal lainnya, atau hanya sekedarnya saja.

Karena jujur, aku sendiri takut mendengar jawaban Izza. Bahkan lebih jawaban penolakan, semoga saja tidak. Amin

Kembali fokus untuk tugas ini, semoga saja saat kembali Izza memberi jawaban yang bisa menjadi Hadiah pulanh tugasku nanti

***
Author pov
Alzya dan bundanya sudah sampai dirumah, sepanjang perjalanan Dziya hanya diam saat Alzya mengatakan pesan singkat Aldzi yang pergi tugas dijemput Helikopter.

"Bun.." panggil Alzya pelan kepada Dziya, Dziya melihat kearah anak gadisnya itu.

"Kenapa nggak bilang, kenapa juga nggak pamit sama Bunda? Terus ayah kamu juga. Abang kamu tuh ya, gimana mau nikah kalau kerjaan tugas terus." Omel Dziya kepada Aldzi, tetapi dilampiaskan kepada Alzya.

Alzya menghela nafasnya pelan "terus Mbak Izza gimana Bun? Kalau dalam beberapa hari kedepan jawaban nya udah ada. Gimana?" Tanya Alzya saat memikirkan Izza

Dziya diam sebentar kemudian menjawab "kita tunggu abang pulang, terus Lamaran kalau jawaban Izza itu Abang kamu" Alzya mengangguk pelan.

Berpamitan kepada Sang bunda untuk kekamar untuk beristirahat.

...

Izza sudah duduk dengan masih memakai mukena yang belum dilepasnya setelah sholat subuh, Izza masih memikirkan mimpinya yang hanya terlintas dengan jawaban atas istiqharahnya.

"Nduk.." panggilan Ibu siti menyadarkan lamunan Izza. Membuka pintu pelan kemudian tersenyum saat melihat ibunya mengajaknya sarapan.

Izza menggeleng "enggak Bu, Izza hari ini puasa" jawab Izza. Ibu siti mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Izza.

Kembali memikirkan mimpinya, Dimimpi itu dia bisa melihat sekumpulan tentara yang lengkap memakai ransel besar. Dia saat itu berada ditengah keramaian, setelah itu mimi itu hilang karena kaget dengan suara Adzan Subuh.

"Apa itu jawaban? Tapi kenapa tidak ada mas Aldzi disana. Dan kemarin malam itu, Mas Aldzi sudah tidak kembali lagi keruangan ayah" ucap Izza pelan mencoba menyimpulkan keterkaitan mimpinya dengan kepergian Aldzi yang tidak kembali.

"Tunggu saja, mungkin itu hanya bawaan mimpi" izza lansung bergegas untuk pergi mengajar

Menghampiri Ayah yanh sedang duduk membaca koran pagi. Pak Faiz melihat Izza yang sudah siap untuk kesekolah, Pak Faiz tidak ikut kesekolah karena harus istirahat total

"Nduk," Izza yang mendengar itu duduk didepan Ayahnya "ayah pikir malam itu, Nak Aldzi tidak kembali itu karena tugas nya. Menurut kamu nduk?" Ucap Pak Faiz.

"Mungkin Yah, Izza juga ndak tau" ucap Izza.

Setelah itu Izza pamit karena bisa terlambat, tetapi sepanjang perjalanan Izza ingin sekali mengirimkan pesan kepada Aldzi.

Mas Aldzi, ada tugas?
Send

Kalimat singkat yang dikirimkan Izza, hanya bertanda ceklis satu, kemudian diam menikmati jalan yang sebentar lagi sampai ditempat mengajarnya.
....
Aldzi saat ini sedang mempersiapkan dirinya yang akan melakukan operasi keliling, Aldzi berada didaerah timur tengah yang sedang konflik.

Melihat kearah langit yang hari itu gelap dan diterangi bintang-bintang.
"Apa Izza sudah mendapatkan jawaban? Semoga saja saat Aku pulang. Kabar bahagia itu ada" ucap Aldzi sambil tersenyum kecil. Membayangkan keluarganya saat terakhir sebelum berangkat, tertawa lepas diruangan Pak Faiz. Karena Izza yang pemalu

"Bro, kenapa tuh senyum-senyum" tanya teman Aldzi yang juga ikut melihat langit malam

"Ya enggak, cuma seneng aja ingat sesorang" jawab Aldzi. Abil teman Aldzi lansung melihat Aldzi cepat

"Kenapa? Iya udah bisa ketebak. Perempuan" jawab Aldzi saat tau tatapan Abil itu.

Abil lansung tertawa "alhamdulillah, ada pikiran kesana juga bro. Kirain mau jadi bujang lapuk" Aldzi hanya ikut tertawa mendengar kalimat temannya itu.

Semua teman seleting Aldzi mengenal baik, karena Aldzi adalah orang yang sangat acuh dengan perempuan

"Udah lamaran? Nggak ngabarin, taunya udah mau nikah" ucap Abil.

"Belum lamaran, masih Ta'aruf. Nunggu jawaban Istiqharah, dia" Abil melongo mendengar kalimat Aldzi. "Udah ayo cepat, jalan" ucap Aldzi menepuk punggung Abil yang hanya mengikuti langkah belakangnya

"Dokter apa, Ji?" Tanya Abil saat sudah disamping Aldzi.

"Bukan, PNS dia. Guru bahasa negara" jawab Aldzi sambil terus berjalan.

"Kenapa nggak dokter? Keluarga besar semuanya dari sana" heran Abil.

"Ya enggak, emang harus gitu sama dokter?" Tanya Aldzi kembali pada Abil.

"Kan kebanyakan gitu, tentara sama yang jas sneli atau seragam putih-putih. Gitu" elak Abil.

"Aku bukan tipe orang yang ngincer sama profesi mereka. Tujuanku cuma satu" ucap Aldzi menjeda sebentar kalimatnya melihat sebentar kearah Abil yang berdiri dengan menatap sekeliling.

"Apa?"

"Menjadi Madrasah pertama untuk anak-anak. Nggak masalah kalau dia juga nggak ada kerjaan yang penting seiman dan baik liat keluargaku" tutup Aldzi. Abil mengangguk membenarkan kalimat Aldzi.

Aldzi tidak mementingkan profesi Izza, apa ada larangan tentara yang bersanding jika bukan dari bagian kesehatan? Tidak kan.
Sekalipun Izza hanyalah Guru honorer, dia pasti dengan senang hati menerima Izza. Yang penting dia adalah Istiqamah Izzaty Hasanah, anak bungsu Pak Faiz dan Ibu Siti

.
.
.

-Tbc-

Malam up Aldzi sama Izza, jangan lupa vote end Coment readers 🤗

He Is MARINIR  [END] Terbit EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang