PART 9

577 44 0
                                    

Selfi ingin meng-iyakan tapi dia teringat pak supir yang sedang menunggunya, "maaf hari ini aku tidak bisa ! aku ada janji"

Rara tertawa, "aku sudah mengira, pasti kamu mau lapor ke pak Nassar aku sedang main billiard."

Selfi menatap Rara "aku tidak akan mengadu ke siapapun"

"haha, aku ga percaya. pergi sekarang !" kata Rara

"aku harap kamu  tidak bolos besok" kata Selfi dan langsung keluar dari tempat billiard.

Rara tersenyum, "jangan berharap banyak anak teladan, besok aku akan berbuat onar di sekolah. Nanti kamu akan kecewa dan jantungmu tidak akan kuat menahannya"

Selfi masuk ke mobil

"Ayo jalan pak !" kata Selfi lemah

Pak supir belum pernah melihat Selfi seaneh ini, "non tidak apa-apa ?" tanya pak supir khawatir

"tidak apa-apa pak, kita ke rumah sakit sekarang. Papa pasti sudah menunggu !" jawab Selfi

Pak supir segera menjalankan mobilnya.

Setelah kepergian Selfi, Rara menghentikan permainannya dan keluar dari tempat billiard. Dia tahu telah bersikap keterlaluan ke Selfi, Rara hanya ingin melihat sejauh mana Selfi ingin menjadi temannya ! pikir Rara dalam hati

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rara tiba di rumahnya tepat jam 10 malam, seperti biasa mamanya sudah menunggu diruang tamu,, "dari mana saja ?" tanya Inul. "Tadi siang mama dapat telepon dari sekolahmu, katanya kamu membolos lagi!"


"jadi kenapa ? toh itu bukan hal baru lagi !" kata Rara santai

"kamu tidak mau berubah rara?" tanya mama

"ya ! aku tidak mau berubah !" kata rara

Inul ingin melanjutkan pembicaraannya tapi dering telepon menghentikannya, "jangan pergi dulu ! mama belum selesai bicara !" lalu ia mengambil telepon di sampingnya, "halo !"

"Ya, benar !" katanya kemudian. "kemarin sore saya memang melaporkan kalau saya telah kehilangan kartu kredit !" ia mengerutkan dahinya. "apa maksud anda ? kartu kredit saya baru digunakan kemarin ? tapi saya sama sekali tidak menggunakannya kemarin, saya yakin kartu kredit saya sudah dicuri."

Rara merebut HP mamanya dan mematikan telepon

"apa yang kamu lakukan ?" protes mama

rara melempar kartu kredit mamanya ke meja, "aku yang mencuri kartu kredit mama, dan aku yang menggunakannya kemarin di restaurant"

inul kaget dan sontak menampar rara, "kenapa kamu tega melakukan hal seperti ini, rara ? sekarang kamu berani mencuri ?" inul menatap putrinya dengan sedih, ada rasa menyesal telah menampar rara. "mama tidak bermaksud menampar kamu rara, hanya saja perbuatanmu sudah keterlaluan. mama kira dengan pindah ke lingkungan baru kamu akan berubah"

rara tersenyum sinis "berubah ? ah ! aku capek. aku mau ke kamar"

"rara....."

"oh ya 1 hal lagi" kata rara sambil menoleh ke mamanya "aku juga mengambil jam tangan emas yang ada di laci mama."

"rara !!!!" teriak  Inul kesal dan menangis terisak-isak

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan paginya, rara sudah mempersiapkan cara agar dia bisa dikeluarkan dari sekolah. Ketika berada di kelas, Pak Nassar menghampiri rara. "istirahat nanti temui saya di ruang guru !" kata pak nassar tegas, "kamu sudah membolos seharian kemarin dan pergi ke tempat billiard"

lalu pak nassar pergi. "percaya sama selfi ? bodohnya aku sempat berfikir mempercayai anak penyakitan itu, teman apanya ? dia hanya ingin jadi anak kesayangan guru" batin rara. saat istirahat sebelum menemui pak nassar, rara melabrak selfi di kelasnya.

"dasar munafik ! dengan memakai  alasan teman segala !" kata rara keras

selfi tidak mengerti perkataan rara "maksudnya ?"

rara tertawa sinis "masih pura-pura ga ngerti lagi ! aktingmu hebat sekali ! kamu memberitahu pak nassar kalau aku ke tempat billiard kemarin !"





DETIK TERAKHIRWhere stories live. Discover now