Rumah Yang Mati

7 0 0
                                    

Kesunyian yang mematikan menggantung di udara, tiada tawa, canda ataupun kebahagiaan. Hanya keheningan yang menyiksa. Mereka semua hidup, hidup dan bernyawa, tapi hanya mata yang memandang tanpa cahaya, kelam. Rumah ini telah mati oleh orang yang ada di dalamnya yang tersisa hanyalah arwah yang tak terpuaskan jiwanya.

Pilar-pilar yang kokoh, ukiran, pahatan, lukisan yang mahal dan furnitur yang mewah tak lantas membuat rumah ini hidup karena jiwa-jiwa yang telah mati. Lelaki tua yang tinggal di dalamnya mengeluh tanpa henti, tak mensyukuri kekayaannya yang orang lain mengangapnya sebagai tuah. Ia hidup dengan pengharapan agar ajal mendatanginya dengan cepat dan mengakhiri hidupnya yang amat ironis ini. Mengerahkan seluruh hidupnya demi uang karena menyangka bahwa uang dapat membawa kebahagiaan namun ketika cita telah tercapai, hidup telah bergelimang harta. Bahagia tetap tak tergapai.

Dari kejauhan dari rumahku yang kecil dan sempit. Aku sering memperhatikan lelaki tua itu. Setiap kali aku memperhatikan kehidupannya yang mewah dan membandingkannya denganku sengatan rasa iri akan mengalir pada diriku. Hingga aku mengeluh seandainya aku dapat menjadi sepertinya. Tapi selama aku memperhatikan wanita tua itu tak sekalipun aku pernah melihatnya tertawa dengan tulus, ia memang tersenyum tapi dapat kulihat bahwa matanya tak tersenyum, ia kelihatan kuat sekaligus amat rapuh, tak ada cahaya kebahagiaan di matanya seolah ia telah menanggung derita yang amat besar. Muncullah keheranan dalam hatiku yang bodoh ini, mengapa ia tampak begitu menderita sedangkan ia memiliki kekayaan yang begitu banyak, lalu apa lagi yang jadi masalah dalam hidupnya, apa lagi?

Aku telah berusaha keras untuk meredam rasa penasaranku itu tapi manusia tak akan pernah puas sebelum mendapat apa yang mereka inginkan.

Saat itu langit sore tampak amat kelam, awan tampak amat berat tak sabar untuk mencurahkan air agar basahlah bumi ini, angin pun bergemuruh. Dengan ragu aku bertanya padanya apa yang selama ini telah membebani pikiranku. Sejenak setelah aku bertanya aku pikir ia akan marah padaku tapi kenyataannya ia hanya memandangiku.

"Ah...." lelaki tua itu menerawang jauh menatap ke depan, sambil menghela nafas dengan berat seolah punggungnya telah terbebani oleh beban yang demikian beratnya

"Jika kau pikir kekayaan bisa membawa kebahagiaan maka kau adalah orang yang paling bodoh di dunia ini" dia berbicara dengan suara yang amat kecil seolah ia hanya berbicara kepada dirinya sendiri

"Ingatlah ini mungkin akan penting bagimu suatu hari nanti, kebahagiaan tidak terletak pada apa yang kau miliki tapi pada hati" ia mengucapkan itu sambil menatap wajahku setelah itu hening. Aku sibuk dengan imajinasiku, hayal mudaku yang tinggi berusaha memahami apa yang dimaksud oleh lelaki tua itu dan sesungguhnya aku sudah paham.

Ucapannya sempat menggangguku berhari-hari berpikir bahwa apa yang ia katakan ada benarnya. Tapi pada akhirnya aku menyerah pada hasrat mudaku, pada apa yang aku inginkan. Lagipula mana mungkin kita tak bahagia bila kaya, segala sesuatu di dunia ini membutuhkan uang dan dengan harta yang bergelimang kita dapat mendapatkan semua yang kita inginkan bukankah itu suatu tuah.

Dengan keyakinan itu dan sikap angkuh, aku mengejar apa yang aku inginkan. Mengejar lebih, dan lebih tak pernah merasa puas hingga aku pun lupa kapan terakhir kali aku bersyukur. Dengan tekad yang kuat itu sampailah aku pada apa yang aku inginkan, pada apa yang aku kejar tapi aku pun tetap tak bahagia.

Sinar senja menyentuh kulitku dengan lembut menyadarkanku dari lamunan, kopi yang tadinya mengepul asap panas kini telah berubah menjadi dingin, hembusan angin meniupku secara perlahan membawa kenangan yang tak dapat kembali. Perasaan sesal hinggap di hatiku.

Hayal mudaku pun telah meninggalkanku kini yang tersisa hanyalah lelaki tua yang penuh sesal. Rumah yang megah itu, harta yang bergelimang. Tak dapat membawa kebahagiaan dalam hatiku pada akhirnya jiwaku pun mati begitu pula rumah ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rumah Yang MatiWhere stories live. Discover now