Katakan saja, meski dengan sebatang cokelat atau setangkai bunga.
@copyright September 2019 awannis07
¤¤¤
Syanshine.
Nama itu begitu saja muncul di benaknya. Apapun yang sedang dia lakukan, nama itu terus berlalu lalang di kepalanya. Bahkan saat tertidur pun, dia berharap bisa bertemu dengan pemilik nama itu dalam mimpinya.
Sayangnya itu mustahil. Karena sampai sekarang, sampai detik di mana kalian membaca cerita ini, dia belum mengetahui wajah di balik sosok yang ia namakan Syanshine itu.
Sita Herlina. Setelah lima tahun, akhirnya gadis penggemar dunia orange ini menemukan sebuah akun yang menurutnya memiliki kredibilitas yang baik dalam hal kepenulisan.
Tidak hanya karena teknik kepenulisannya, tapi juga tentang bagaimana cara author itu mendeskripsikan suatu perasaan dalam ke dalam tulisan, benar-benar sangat baik menurutnya. Para pembaca termasuk Sita ikut hanyut dalam gelombang perasaan, bahkan sesekali sempat tenggelam dalam tangisan.
Bukan hanya tulisan, selain author ini memiliki satu sisi yang cukup misterius, sang author yang memiliki nama akun SyakilaAyni itu juga dikenal sebagai sosok yang ramah, dewasa, dan rendah hati. Bisa terlihat dari bagaimana cara ia berkomunikasi dengan para reader di kolom komentar.
Dan Sita adalah salah satu reader yang senang berkomentar di cerita milik SyakilaAyni ini. Sita juga sering mengirimkan pesan pribadi kepada SyakilaAyni. Bertukar cerita, saling curhat, bertukar kabar, dan bercerita ngawur ngidul ala sesama perempuan.
Dan karena itu semua, layaknya beberapa reader yang terjebak dalam aura maya yang muncul dari seorang author, Sita pun menaruh kagum pada akun bernama SyakilaAyni itu.
Namun ternyata perasaannya tidak hanya sampai disitu, tanpa sadar, dengan komunikasi yang semakin interns, Sita terjebak dalam lingkaran rasa yang terus ia pupuk sendiri. Sehingga kini rasa yang ia miliki tidak hanya kagum, ia sudah nyaman, dan rasa nyaman itu benar-benar sebaik perangkap.
Sita jatuh hati pada SyakilaAyni, alias Syanshine.
"Kenapa kamu kasih nama 'Syanshine', Ta?" Tanya Andini, temannya Sita.
"Syakila Ayni. Dia suka dipanggil Sya. Terus secara otomatis otakku mengeluarkan satu kata yang cocok aja gitu kalau disambungkan. Sunshine. Bagiku auranya bersinar, jadi cocok kalau dikasih nama 'Syanshine'," Sita meneguk setengah espresso -nya.
"Suka banget sih sama espresso? Apa enggak pahit?"
"Enggak. Tergantung jenis kopinya, tergantung cara menyeduhnya, dan tergantung suasana hati juga menurutku," Sita tertawa.
"Aku faham sekarang," Andin mengusap dagu sambil memicingkan mata ala-ala detektif Kogori Mouri.
"Apa?"
"Kamu pasti --
Ucapan Andini tertahan karena melihat seorang pelayan coffee shop mengantarkan secangkir espresso lagi ke meja mereka.
"Terima kasih."
Pelayan itu mengangguk sopan lalu pergi meninggalkan meja. Tanpa sadar mata Sita terus memandang pelayan wanita yang memberikannya segelas espresso barusan. Dalam hati ia mengucap kalau gadis itu sangatlah manis.
Dan. Tunggu, bukankah dia masih memanggil pelayan itu dan belum menyebutkan apa pesanannya kepada pelayan itu? Bagaimana pelayan itu bisa tahu kalau yang ia pesan adalah segelas espresso lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us (GxG)
Short StoryKumpulan Cerita Pendek. One Shoot. Atau apapun yang serupa. [GxG Content] {Terima Kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun}