"Suuutttt!" Bima menempatkan telunjuknya pada bibir Nata membuat Sang empunya terdiam kaku.
Hening, tak ada suara apapun yang keluar dari mulut Bima maupun Nata. Keduanya sama-sama saling terhipnotis dengan tatapan mata dan suasana yang mendadak berubah lebih manis menjurus romantis. Bima menyusuri manik cokelat Nata, keadaan jantung Bima tak pernah berubah, masih sama setiap dia berada di dekat Nata--- selalu berdebar.
Nata tak kalah heran dengan hatinya. Dia juga selalu merasakan detak jantung yang mendadak brutal setiap berkontak fisik dengan Bima. Apalagi dengan posisi sedekat ini, Nata serasa tak mampu bernapas dengan pipinya yang tiba-tiba memanas.
Bima sadar betul dengan kondisi Nata yang merona, dia semakin yakin kalau Nata mulai jatuh pada pesonanya. Menarik sudut bibirnya, Bima menarik tangannya lalu mencubit gemas hidung Nata. "Nah! Kalo diem gini kan cantik!"
Seakan ucapan Bima adalah batu besar yang menghantam kepala Nata, Si cantik langsung sadar dengan posisinya. Buru-buru Nata menguasai diri sambil menampilkan wajah ketus. "Cantik jidat lo!"
Bima terkekeh, perempuan ini benar-benar hebat penguasaan dirinya. "Belajar dimana sih, hah? Jidat dibilang cantik! Udah gesrek nih otak?" Bima memegangi kepala Nata sambil diketuknya pelan.
"Lo tuh, ya! Jadi orang ngeselin banget, sih! Lama-lama bisa darah tinggi gue ngadepin manusia macem lo!" Nata memaki Bima sambil menepis kasar tangan lelaki itu.
Nata marah saat ini--- sangat marah, Bima benar-benar keterlaluan. Dalam kurun waktu tak lebih dari satu jam Bima berhasil membuat Nata takut, terpesona, berdebar, dan emosi secara bersamaan. Bima mengangkat sebelah sudut bibirnya, menjahili Nata sepertinya sangat menarik. Akhir-akhir ini semenjak dia mengenal Nata, yang ada dalam otak Bima hanyalah membuat Nata marah, emosi, dan merona dalam satu waktu. Bima sangat menyukai ekspresi kesal Nata, apalagi pipi menggembung dengan rona kemerahan benar-benar membuat Bima candu kepada gadis itu.
Tidak--- Bima tidak jatuh cinta. Bima hanya gemas, itu saja tidak lebih.
"Ohh, darah bisa tinggi juga ya ternyata. Kira-kira kalo darah lo berapa senti ya tingginya? Jadi kepo gue." Bima mengetukkan telunjuk pada dahinya memasang ekspresi sok berpikir sambil sesekai melirik Nata yang tampak dilanda emosi.
Menarik napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan, Nata mencoba menetralkan amarah sambil sesekali memejamkan mata. Di hadapan Nata, Bima tampak menahan senyumnya. Ayolah, perempuan ini kenapa menggemaskan sekali. Buru-buru Bima menggelengkan kepala, tidak-tidak, jangan terpesona Bima--- jangan terpesona.
Nata menggeleng, dirinya tak bisa menahan amarah saat ini, dia harus meluapakan, Nata harus mengeluarkan. "Astagaaa Bimmaaaa!!!! Otak lo pentium berapa sih, haaahhh!!!"
Menggaruk pipinya yang tak gatal, Bima menyahut. "Gue gak tau juga sih! Temenin gue cek pentium otak yuk?"
Dada Nata naik turun, napasnya memburu dan terdengar terengah-engah. Gigi Nata saling beradu terdengar bergemelatuk, hawa panas seolah mengguyur Nata mulai dari ujung rambut sampai kakinya. Amarah Nata saat ini bersarang di ubun-ubun seakan siap meledak untuk kesekian kalinya. Di satu sisi Bima menikmati pemandangan menggemaskan di depan matanya, anggap saja saat ini Bima gila.
"Dosa apa sih gue Ya Allah? Sampek gue harus ngadepin mahluk kurang satu ons begini?! Bunuh orang dosa gak, sih?!" Nata berucap frustasi dengan kedua tangan mengadah ke atas.
Bima tak mampu lagi menahan senyumnya, sungguh nikmat tuhan memang sangat sempurna. Nata mendelik kearah Bima, sorot mata Nata bak elang kelaparan yang siap mencabik-cabik lalu memangsa makanannya.
"Seneng! Happy! Bahagia!" Sentak Nata dengan tatapan sinisnya.
Pletak!
Bima menjitak keras kepala Nata diiringi kekehan yang terdengar meledek di telinga Nata. Sungguh Nata salah paham, maksud Si tampan bukan begitu. Gerakan tangan Bima sebenarnya hanyalah bagian dari ekspresi bingung bercampur heran dengan ucapan Nata yang terdengar bodoh di telinga Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You (Completed)
Ficção Adolescente( Tamat+Lengkap+Versi revisi) Sebuah insiden kecil yang mempertemukan seorang siswi pindahan, Nathalia Anastasya dengan jajaran pria tampan SMA Garuda, Bima Angkasa Putra. Semenjak hari itu, Bima selalu mengejar Nata untuk sekedar mencari-cari masal...