Ivory tidak menyangka dia baru teringat dengan Seze, burung cintanya bersama Neteyam. Bayangan Seze mati sendirian—karena hubungannya dan Neteyam berakhir—membuat kesedihannya semakin tak karuan. Bergegas Ivory pergi ke hutan untuk mengubur makhluk malang itu.
Ivory tidak tahu apakah dia bisa masuk ke Taman Eldest tanpa membawa pasangan. Tapi dia cukup yakin mereka yang sudah memiliki burung cinta bisa masuk dan keluar dari sana dengan bebas.
Ivory melangkahkan kaki ke dalam Taman Eldest dengan hati berharap. Detik selanjutnya semerbak bunga dan hembusan angin lembut menerpa Ivory, menunjukkan bahwa dia berhasil masuk.
Biasanya seorang Na'vi hanya perlu bersiul untuk memanggil hewan yang sudah terikat dengannya. Namun sekarang Ivory harus mengelilingi Taman Eldest sendirian, mencari-cari mayat Seze.
"Tam tam, Seze." Sebuah suara berat yang tak asing tiba-tiba terdengar. Pemilik suara itu kemudian tertawa gemas. "Kau yang paling cantik di sini."
Keheranan melanda Ivory. Dia maju beberapa langkah dan menemukan pemandangan yang membuatnya terkesiap.
"Neteyam?"
Neteyam menoleh mendengar namanya disebut. Untuk sesaat dia terlihat sedikit terkejut melihat kehadiran Ivory yang tiba-tiba. Namun dengan cepat digantinya oleh sebuah keramahan,
"Lihat." Neteyam menunjukkan Seze yang bertengger di jemarinya. "Dia terlihat sama sehatnya dengan saat pertama kali kita kesini."
"Bagaimana bisa?" Ivory berjalan menghampiri Neteyam. "Kupikir Seze..."
"Aku baru mengerti sekarang." Neteyam menerbangkan Seze ke udara. Lalu memusatkan seluruh perhatiannya pada Ivory. "Hidupnya bukan bergantung dengan hubungan kita, tapi dengan perasaan kita."
Ivory lantas menghela nafas sambil mengusap dada. Tak terbayang jika tadi dia harus mengubur makhluk semurni itu. Ivory mendongakkan kepala, memerhatikan Seze yang berterbangan dengan riang.
Namun begitu teringat bahwa ini bukan hanya tentang Seze, tapi juga fakta bahwa Seze tetap hidup karena cintanya dan Neteyam, Ivory reflek memandang Neteyam yang ternyata sudah sejak tadi memandangnya. Neteyam sontak tersenyum pada Ivory.
"Bagaimana dengan kita?" gumam Neteyam pelan.
Perlahan-lahan Ivory ikut tersenyum. Pertanyaan Neteyam memudahkannya untuk mengatakan hal ini. "Aku sudah memikirkannya. Kita tidak harus putus. Kita hanya harus menunggu sampai kita bertemu lagi."
"Ini bukan seperti aku sedang latihan selama seminggu. Aku tidak mau kau menderita menungguku pulang."
"Aku jauh lebih menderita jika hubungan kita seperti ini."
Jika hubungan mereka berakhir, Ivory tak akan menaruh harapan lagi pada Neteyam, dan dia bisa mendapat pasangan lain yang akan mengisi kekosongannya dengan kebahagiaan baru. Itu terdengar seperti pilihan yang lebih menjanjikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Letter | Neteyam
Fiksi PenggemarSejak kecil Ivory memiliki hubungan yang erat dengan keluarga sully. Mereka bermain bersama dan selalu ada untuk satu sama lain. Namun lama kelamaan Neteyam mulai memandang Ivory dengan cara yang berbeda. Sayangnya kemanisan di antara mereka diperta...