Kalau kemarin-kemarin Dara merasa akan bersedih seterusnya, maka kali ini berbeda. Dara bersyukur kepada Tuhan bahwa Sena kembali hadir, Sena tetap mau menjadi Sena, dan dengan sukarela mau menghapus air matanya.
Sena adalah lelaki yang sabar setiap kali Dara marah.
Sena adalah lelaki yang setia setiap kali Dara menjauh.
Sena adalah lelaki yang mau menjadi apa adanya saat Dara menyembunyikan segalanya.
Lewat Sena, Dara dibuat menjadi seseorang yang berarti dan mengerti arti pentingnya memahami.
Bersyukur dan beruntung karena memiliki Sena di hidupnya. Tak pernah ia mengira bahwa ada lelaki sepertinya yang mengajarkan banyak hal. Dan kebodohan Dara adalah saat dia menganggap bahwa tanpa Sena, dia tidak apa-apa.
Dan sekarang, Sena kembali hadir membawa wujud setia saat Dara merasa bukan apa-apa.
Sena adalah lelaki sempurna yang tidak perlu disempurnakan, yang ajaibnya memilih menjadi perantara semesta untuk mengembalikan sebuah tawa yang katanya sirna.
Ra, rumah kamu sepi dan gelap. Sepertinya kosong. Kamu di mana?
Helaan napasnya terdengar tidak nyaman, seharian ini ponselnya terus menerima pesan singkat dari Rama. Dara bersyukur karena Rama tidak tahu berita mengenai di mana ia berada saat ini, karena ia ingin agar Rama melanjutkan hidupnya dan kembali ke Mataram.
"Dara?"
Gadis itu meletakkan ponsel, ayah masuk bersama istri barunya.
"Kamu belum ingin tidur, kan?"
Dara hanya diam, tapi ia menggeleng.
"Mama sedang hamil," ucap ayah dengan senyuman. "Dokter bilang perkiraan lahir bulan ini. Dan berhubung sekarang ada kamu, ayah ingin kamu jaga mama."
Mama?
Dara menertawakan panggilan asing tersebut.
"Nanti kalau kamu butuh apa-apa, bi Harti bisa bantu kamu."
Selesai ayah bicara, suasana kembali lengang. Dara tidak kunjung bersuara, tidak pula berbicara. Karena hanya itu satu-satunya cara memendam kepedihan yang pernah ia terima.
"Enggak apa Dara nggak mau jaga mama. Yang penting Dara tinggal di sini saja mama sudah senang." Istri baru ayah berjalan menghampirinya, lalu mengusap punggung serta rambutnya dengan lembut.
Wanita itu tersenyum saat Dara hanya diam tidak memberi penolakan. Karena bagaimanapun, Dara tidak ingin ayah kecewa hanya karena sikap buruknya terhadap wanita yang katanya 'mama'.
***
Sepiring nasi goreng sudah siap di atas meja, bi Harti tersenyum menyambut Dara yang baru saja tiba di meja makan. Ada buah juga beberapa lembar roti yang tertata rapi. Sendok dan piring sudah ditata sedemikian rupa. Pemandangan yang bersih dan nyaman, membuat Dara lagi-lagi membandingkan dengan rumah sederhananya dulu.
"Mumpung sek anget, ndang di makan nasi gorengnya," seru bi Harti.
Dara segera mengangguk dan melahap nasi goreng tersebut. Rasanya tidak kalah dengan warung nasi goreng pinggir jalan yang buka saat malam, ia menyukainya.
"Senang kamu makan dengan lahap." Wanita dengan perut bunting itu berjalan pelan menuju meja makan, bibirnya menyungging senyum saat melihat ekspresi Dara yang nampak senang dengan nasi goreng buatannya. "Kalau kurang, masih ada sisa di wajan."
Dara berhenti mengunyah, lalu menatap bi Harti yang memberi isyarat 'bukan ibu yang masak'.
Menerima kenyataan itu, Dara berniat menyudahi makan paginya. Namun lagi-lagi ia mengingat pesan bunda yang berbunyi,

KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Semesta untuk Dara [TAMAT]
Teen FictionSemesta punya beribu cara agar mampu mengembalikan tawa Dara yang telah lama sirna. Dan salah satu diantara seribu, ada satu yang tak pernah sia-sia, yakni dengan mengirim salah satu manusia bernama Sena. ©2019 dorafatunisa