Huftt, maafkan aku yang kelamaan update huhu, soalnya lagi sibuk kuliah, maklum mahasiswa baru 😎 masih kuat nunggu kelanjutan cerita ini gak?
***
Mata Dean melotot, seakan bola matanya mau keluar setelah mendengar ucapan Luna. Pergi ke rumah keluarganya? Yang benar saja. Setelah dia disakiti, diabaikan, bahkan tidak dianggap dalam keluarga itu, Luna masih aja ingin bertemu dengan mereka.
Dean bingung terbuat dari apa Luna ini? Dia begitu baik dan peduli sama keluarganya. Kalau Dean di posisi Luna, Dean tidak akan pernah mengunjungi keluarganya. Bahkan bicarakan keluarganya aja terasa enek.Dean membuang nafas kasar lalu memgalihkan pandangannya ke arah ponsel Luna. "Kamu yakin mau kasih kado ke rumah setelah apa yang mereka perbuat ke kamu itu jahat?"
"Tapi bang, Luna-"
"Emang mom kamu bakalan terima kado pemberian Luna?"
Luna terdiam, mencerna perkataan Dean tadi. Kalau seandainya mom nya tidak terima bagaimana? Tapi kan mom sudah berubah, sudah nerima Luna pasti kado dari Luna diterima.
Dean membereskan semua barangnya dan beranjak meninggalkan Luna. "Terserah Luna, tapi kalau dia tidak menerimanya, jangan menangis."
***
Setelah pulang sekolah, Luna langsung pergi ke toko jam tangam ditemani Dean. Rencananya, nanti malam Luna akan memberikan jam tangan sebagai kado ulangtahun mom nya.
"Masih lama lagi dek?" gerutu Dean menatap malas ke arah Luna yang sedari tadi melihat jam yang sesuai dengan keinginannya. Sudah dua toko yang mereka cari tapi tidak ada satupun yang menarik perhatian Luna. Membuat kesabaran Dean habis.
Luna menoleh kearah Dean lalu menggelengkam kepalanya. "Gak ada yang menarik bang, nanti kalau aku beli mom tidak mau menerimanya.
Dean membuang napas kasar. Dean terpaksa turun tangan membantu mencarikan jam tangan itu daripada menunggu Luna. Bisa-bisa ia lumutan disini sangking lamanya menunggu.
Dean menghampiri salah satu pegawai toko itu. "Mbak, tolong carikan jam tangan khusus buat wanita, tapi jangan terlalu norak."
Pegawai itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Meninggalkan Dean yang tengah menunggu. Tidak sampai 5 menit pegawai itu datang dengan membawa kotak yang didalamnya terdapat jam tangan yang sangat mewah. Mungkin dilihat dari bentuknya saja harganya pasti mahal. Jam dengan merk ternama, berwarna emas dengan hiasan berlian kecil di sepanjang lingkaran jam itu.
"Luna, sini."
Merasa terpanggil, Luna menghampiri abangnya. "Ada apa bang? Aku belum ketemu barangnya."
"Udah ini aja ya, kamu kelamaan milihnya." Dean menunjukkam jam tersebut."Wahh bagus banget." puji Luna. Matanya berbinar melihat jam cantik itu sambil membayangkan momnya menggunakan jam itu. Pasti mom suka. Apalagi selera mom tinggi banget. Cocok banget.
"Yasudah ini aja." Dean menuju kasir dan membayar jam itu.
Setelah mendengar harganya, Luna langsung membuka dompetnya mengeluarkan uang tapi Dean memberikan kartu atm tanpa persetujuan Luna.
"Bang, ini Luna yang beli jadi Luna yang harus bayar."
"Gak usah. Abang aja."
***
Sebuah mobil memasuki halaman rumah megah tersebut. Luna menurunkan kaca mobilnya dan melihat beberapa mobil mewah terparkir rapi di halaman ini.
"Mereka mengadakan acara ulang tahun mom mu." beritahu Dean. Dia tau, karena tadi tidak sengaja lewat rumah orangtua Luna dan melihat beberapa orang mendekor rumah itu.
Luna semakin takut. Digenggam hpnya sangat kuat. Jantungnya berdebar tak karuan. Fikiran negatif pun datang, menakuti Luna. Luna takut kalau kado nya tidak diterima.
"Sudah tidak usah takut. Kalau mereka tidak suka kita langsung pulang. Gak usah berlama-lama disini." ujar Dean menenangkan Luna. Di elusnya puncak kepala Luna, tersenyum berharap Luna tidak gugup.
Langkah Luna berhenti di depan pintu rumah itu. Dia kaget ternyata banyak juga yang datang. Tamu undangan dari teman dad dan mom berkumpul. Membuat Luna semakin takut. Takut dipermalukan di depan banyak orang.
Semangat Luna, semangat. Jangan takut. Ini hanya pesta ulang tahun. Mom pasti terima kado nya. Batin Luna menyemangatkan dirinya.
Luna dan Dean berjalan mencari keberadaan orangtua Luna.
"Masih ingat pulang lo? Kirain udah lupa." Luna terkejut melihat saudaranya, Merry.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...