Kalau Irene ditawarkan bertukar nasib untuk sehari, mungkin tanpa berpikir panjang dia akan langsung menerimanya. Misalnya, dia diminta menjadi orang dungu--which is--keadaan yang benar-benar Irene butuhkan saat ini.
Dia sudah lelah mendengar teman sekantornya mendiskusikan bos mereka yang katanya gantengnya udah mirip Mingyu Seventeen. Siapa Mingyu? Seventeen? Maksudnya dia umurnya tujuh belas gitu? Ah masa bodo lah, pokoknya yang gadis itu inginkan untuk saat ini adalah menjadi tuli sejenak.
Kalau kuping ini buatan manusia, sepertinya sekarang Irene harus ganti indera pendengaran. Telinganya panas karena sejak tiga puluh menit yang lalu, dia tidak berhenti diperdengarkan gosip tentang Pak Wendy.
Heh, dia saja belum pernah bertemu orang itu--tapi Irene bahkan sudah hapal kapan dia lahir, makanan kesukaannya dan warna favoritnya.
Terima kasih kepada ghibah squad yang menamai diri mereka Wendy enthusiast.
Nama macam apa itu, aneh sama kaya orang-orangnya. Pikir Irene sebal.
"Joy, mereka enggak mau berhenti gitu ngomongin pak Wendy? Panas ini kuping aku." Irene berbisik kepada seorang wanita bertubuh langsing tinggi disampingnya.
Si wanita terkekeh, lalu mencondongkan kepalanya ke dekat telinga Irene.
"Enggak bakal, tahan aja ya.. Istirahat cuman satu jam kok."Bukannya apa, Irene hanya tidak bisa pergi begitu saja dari sana. Pertama, karena dia anak baru--yang otomatis belum punya banyak teman. Kedua, tidak ada alasan untuknya pergi menjauh--agar supaya dia tidak muntah dengan topik yang sama yang selalu mereka bahas semingguan ini. Bahkan mungkin jauh sebelum Irene resmi diterima menjadi anak trainee.
Kecuali,
"Eh ka, aku mau ke toilet dulu ya.. Kebelet nih." Irene berdiri sambil tersenyum canggung. Kini semua mata penghuni meja itu tengah memandangnya, membuat Irene gugup."Iya, hati-hati Rene. Kamu hafal kan jalannya?" Tanya Jennie terkekeh usil.
Irene merengut, memangnya dia ini anak TK yang buta arah.
Oh emang Irene buta arah sih sebenarnya. Dia hanya tidak akan pernah mengakui itu pada orang asing.
Irene menundukan badannya lalu mulai mengambil langkah menuju toilet. Sepanjang jalan tanpa sadar dia malah mencoba menghafal rute menuju kesana.
Sial benar memang, bangunan ini terlalu besar dan rumit. Malang sekali mau ke toilet saja Irene harus dibuat pusing dulu.
Tapi pada akhirnya, Irene sampai disana--dan tanpa membuang waktu dia langsung menyelesaikan urusannya di bilik kloset.
Setelah selesai, Irene membuka pintu bilik--namun pemandangan yang dilihatnya sungguh oke--ralat, horor.
Enggak, dia bukannya melihat hantu atau genderewo atau siluman ular seperti di desa penari.
Jauh itu mah, justru dia sedang melihat seorang lelaki dengan tubuh kekar tengah membuka kancing kemejanya--memperlihatkan dadanya yang bidang minta dielus.
Kalau Irene sedang sendiri atau misalnya dia tengah berada di pantai, Irene mungkin akan menjerit gembira. Pemandangan hot begini kan jarang dia saksikan.
Tapi kan ini toilet wanita, itu adalah satu-satunya alasan yang membuat suasana ini terlihat horor.
"YAAAA MESUUUM!" Jerit Irene kencang. Orang itu sampai berbalik kaget--matanya yang sayu melotot seukuran bola bekel.
Jantung Irene sendiri sudah berdebar tidak beraturan. Mau apa orang ini? Dia pasti penjahat kelamin atau yang sering orang-orang bilang fuck-boy. Alasan apa lagi yang dia punya untuk memasuki toilet wanita kalau bukan karena berniat jahat?
Dan sebagai wanita milenial pecinta keadilan, Irene akan menghakimi orang ini sekarang. Disini di tempat ini.
"KAMU MAU NGAPAIN HAH? DASAR MESUM KAMU! MAU NGINTIP YA?" Teriak Irene lagi sambil memukul-mukul badan cowok itu.
"Aduh aduh, siapa sih yang ngi-ngintip.." Balas si cowok dengan suaranya yang terdengar seperti habis mabuk.
Irene makin panik. Lelaki mabuk dan toilet wanita bukanlah perpaduan yang bagus. Ini semakin menambah alasan Irene untuk menghajar habis-habisan cowok mesum ini.
"Terus kamu ngapain kesini kalau enggak buat ngintip atau mesum?!" Irene semakin keras menganiaya cowok malang itu.
Dan seolah kini kesabarannya sudah habis, si lelaki langsung menangkis kencang tangan Irene. Wajahnya merah, dadanya yang terbuka naik turun menghirup udara.
"KURANG AJAR KAMU YA! KAMU TIDAK TAU SIAPA SAYA?"
Lelaki itu jelas marah, dan untuk sepersekian detik Irene merasa bulu kuduknya berdiri takut.
Tapi kalau dipikir lagi, dia yang salah kenapa dia yang marah?
"Saya gak peduli walaupun kamu itu CEO atau presiden sekalipun, kalau kamu salah ya salah. Sekarang minta maaf, dan keluar dari sini!" Bentak Irene galak.
Lelaki itu berdecak kesal, dia langsung berjalan cepat keluar dari toilet--tidak lupa memberikan peringatan terakhir kepada gadis kurang ajar yang sudah memukulinya.
"I'll get you back!" Katanya dengan nada tajam.
Irene yang akhirnya ditinggalkan sendiri, hanya mendengus mengejek.
"Apa artinya itu?! Dasar sok inggris, enggak berprikekoreaan!"Irene membasuh tangannya sebelum kembali ke kantin, tapi semua teman-temannya sudah tidak ada disana.
Menghela nafas, dia akhirnya berbalik ke ruangan karyawan yang terletak di lantai tiga.
Untung senior, si Joy juga main ninggalin aja lagi.. Gerutu Irene sebal.
.
.
.
.
"Darimana aja? Dan itu kenapa penampilan kamu kaya gitu? Jangan bilang semalem ke bar lagi?!"Wendy makin kesal, sudah kena pukul cewek bar-bar di toilet tadi--sekarang setibanya diruangannya malah diomeli sang sekretaris yang juga merangkap sebagai sahabat karibnya.
"Udahlah diem aja, mana berkas yang harus di tanda tangan? Taruh aja dimeja, saya mau mandi dulu."
Wendy melengos ke kamar mandi diruangannya.
Dia melempar kemejanya ke sembarang arah. Kenapa sih tadi harus belok ke toilet dulu? Mana salah masuk lagi.
Wendy sedikit menyesali perbuatannya semalam yang mabuk-mabukan sampai jam empat pagi. Dan sialnya dia tidak membawa baju ganti, jadi ketika dia muntah akibat terlalu banyak minum--kemeja satu-satunya yang dipakainya pun kotor dan berbau tak enak.
Wendy berniat membersihkan diri dulu karena muntahan di dadanya benar-benar mengganggu--tapi naas, dia malah bertemu cewek sial yang tidak punya rasa hormat sama sekali.
Wendy menolak bahwa semua ini adalah kesalahannya. Otaknya sedang kacau dan kepalanya benar-benar pusing, sehingga dia tidak melihat tanda 'Wanita' diatas pintu toilet.
Dia memang salah masuk, tapi bukan berarti wanita itu seenaknya memukuli Wendy.
Jadi yg bersalah disini sudah jelas si wanita kurang etika.
"Awas kau ya!" Gumam Wendy geram, mengepalkan tangannya sampai buku jarinya memutih.
"SEULGI BAWA KEMEJA SAYA KESINI!"
"AYE AYE PAK BOS!"
Tbc
Aku bakal pake senior atau kak, karena kalau pake panggilan korea kayak ssi, sunbae, hobae agak repot juga harus di miringin.
Cape ngedit hehe
Oke deh itu dulu aja buat chap satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Arrogant
RomanceGanteng sih, tapi kelakuannya suka bikin orang naik darah.. Cerita Irene yang punya CEO arogan, labil, pemarah, nyebelin, suka ngatur tapi gantengnya bikin orang lupa diri.