Halo gaess!!
Yuk jangan jadi pembaca gelap hehe, budayakan vote dulu sebelum baca ya, sebagai bentuk penghargaan kalian kepada penulis!
Komen juga dipersilahkan banget sebagai saran atau motivasi buat aku!
Terimakasih! 💜💜
ENJOY!
**************
Saat ini, Tim Penjualan 3 termasuk Riza sedang berkumpul dia ruangan mereka.
“Bulan depan adalah hari peringatan penjualan kita. Aline Corp tidak akan hadir tanpa dewa penjualan ini, Riza Kusuma,” ujar Riza dengan percaya dirinya dihadapan Tim Penjualan 3 terrmasuk Karin, sedangkan mereka terlihat cuek terhadap ‘deklarasi’ Riza, “kalau tidak, saham akan turun sebesar 10 persen. Singkatnya, semuanya, saya disini untuk menyelamatkan kalian,’” lanjut Riza.
Tim Penjualan 3 pun terdiam sebentar sebelum akhirnya kompak bertepuk tangan sebagai bentuk ‘penghargaan’ kepada Riza.
“Ya!Bagus. Kalian sudah mengerti,” ucap Riza bangga.
Sedangkan Karin yang sedari tadi hanya melihat, terheran-heran melihat kelakuan rekan kerjanya ini.
“Karin, tenanglah. Semuanya akan tenang kembali,” ujar Karin kepada dirinya sendiri sambil mengatur nafasnya.
Tiba-tiba, Nadya berdiri dari kursinya menuju Riza sambil membawa proposal yang tadi diberikan oleh Bara sebagai tugas mereka selama 3 bulan ini.
“Karena Anda adalah penyelamat kami, Tim Penjualan 3, saya akan memberikan kasus yang terbesar kepada Anda,” tutur Nadya sambil menyerahkan proposal tersebut kepada Riza.
Riza yang percaya diripun langsung menerima proposal tersebut.
“Oh! Tidak masalah!” ucap Riza sambil mempersilahkan Nadya kembali ke kursinya.
Sebelumnya, Nadya mengomando Tim Penjualan 3 kecuali Karin untuk membuat yel-yel.
“Riza kusuma! Riza Kusuma! Dewa penjualan Riza Kusuma!” sorak Tim Penjualan 3 sambil bertepuk tangan.
Karin yang merasa ini salah pun menghentikan mereka.
“Tunggu sebentar!” ujar Karin menginterupsi sambil berdiri dari kursinya, “bukankah tadi Direktur bilang kasus hari ini harus ditangani kita semua?” ujarnya yang membuat Tim Penjualan 3 menghela nafasnya.
“Kalian memberikan tugas sebesar itu kepada orang ini?” ujarnya sambil menunjuk Riza yang ada disebelahnya, “saya rasa tidak aman,” ujar Karin melanjutkan.
“Menurut saya, nona muda, kenapa Anda peduli tentang car abos memberi penugasan ini? Begitu Bos pergi, kita bisa mengatur ulang penugasan itu sendiri,” ujar Nadya memprotes.
“Tunggu sebentar. Bagaimana kalo kalian, mengurus tugas ini bersama?” ujar Nadya yang membuat Karin shock, namun Riza malah menyutujuinya.
“Tidak masalah bagi saya, saya tidak akan merasa canggung,” ujar Riza yang langsung diangguki oleh semua orang.
Karin POV
“Aku sudah didesak mengenai produk Dream Glow dari One Farma yang akan diturunkan dari rak penjualan. Bagaimana bisa aku bertanggung jawab atas kasur besar lainnya?” batinku merespon usul dari Mbak Nadya.
Author POV
“Mbak Nadya, Tidak apa-apa. Saya rasa memang Anda sebaiknya menugaskan dia,” ujar Karin mengalah dan membuat Riza terkejut dan kecewa.
“Baiklah, kita sepakat kalau begitu,” ujar Nadya sambil mengatkan kedua jempolnya pada Karin. Dan Karin kembali ke kursinya.
“Anggita Sari? Aha! Keberuntungan memang selalu berpihak kepadaku. Manajer utama mereka adalah seorang wanita! Semuanya, serahkan ini kepada saya. Saya akan membereskan ini dalam seminggu,” ujar Riza percaya diri kepada yang lain.
“Hei, anak muda,” panggil Nadya menyela, “wakil manajer mereka yang merupakan seorang pria,” ujar Nadya memberitahu dan membuat Riza terkejut sambil memegang lehernya sendiri seakan sedang dicekik.
“Seorang pria?” ujar Riza mengulangi guna memastikan.
“Teman saya di departemen lain mengatakan pada saya meski Riza ini sangat mahir dengan wanita, tapi setiap kali dia bertemu dengan pria, dia langsung tergagap dan tidak sepatah katapun keluar,” timpal Sekar yang membuat anggota tim melihat kearah Riza dengan ekspresi “apakah itu benar?”
“Tidak,tidakk. Dengarkan saya akawan,” ujar Riza sambil mengontrol mimik wajahnya, “sebenarnya-“ belum selesai Riza berbicara, tiba-tiba Nadya berdiri lagi mengambil proposal yang tadi ia serahkan.
“Mundur,” ujar Nadya pada Riza.
“Semua orang punya bidang keahlian tersendiri. Haruskah kalian bersikap kejam?” ujar Riza merajuk.
Tiba-tiba Mei berdiri dari mejanya dan menghampiri Riza.
“Halo, aku Mei, asisten penjualan tim ini,” ujar Mei memperkenalkan diri.
“Mei, apa ada yang bisa saya bantu?” ujar Riza dengan gaya sok coolnya.
Tanpa berkata apapun, Mei memberikan sebuah kertas kepada Riza yang ternyata berisi daftar pesanan makan siang Tim Penjualan 3.
“Ah, Toko Bento Xiexie-“ ucap Riza terhenti setelah menyadari bahwa kertas itu berisi daftar pesanan makan siang.
Mei pun segera menjelaskan sebelum Riza bertanya.
“Maaf. Semula ini tugas Karin,” ujar Mei dan membuat Karin menoleh sebentar lalu cuek kembali, “tapi, kamu datang sesudah dia, jadi sekarang ini tugasmu,” ujar Mei singkat lalu langsung kembali duduk tanpa mendengar protes dari Riza. Sedangkan Karin yang daritadi hanya mendengar, hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Hei! Apa kau pernah melihat orang seperti saya membeli makanan?” protes Riza namun diacuhkan. Ia pun beralih ke Karin.
“Karin, apa-apaan ini?” ujar Riza pada Karin namun lagi-lagi diacuhkan.
“Hei kawan, aku tidak tau tempat dimana membelinya. Halo? Halo?” ujar Riza namun diacuhkan oleh semua anggota Tim.
Di lain tempat. Bara sedang keluar gedung kantor bersama Aisha. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Aisha bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss to My Boyfriend
Teen FictionBagaimana rasanya bertemu dengan teman lama yang sering kita remehin dulu, tapi sekarang jadi bos kita? Takdir tidak ada yang tahu, maka jangan menyepelekan siapapun.