Sepulangnya aku dari kampung halamanku, aku mengurung diri. Tak mau keluar, bahkan untuk makan saja aku tidak mau. Kesal sekali rasanya kepada Umak. Bagaimana tidak kesal, aku meminta pulang kepada Laksa susah, ketika aku pulang aku malah diusir oleh Umakku sendiri. Tak menyangka Umakku bisa memperlakukanku seperti itu.
"Lang". Panggil Laksa dari depan kamar.
"Masuk". Kataku. Memang sebelumnya aku tidak pernah mengijinkan siapapun untuk masuk kamarku kecuali Laksa.
Laksa melangkah masuk membawa sebuah amplop.
Ia menyerahkannya padaku."Lang, sudahlah Lang, jangan kau pikirkan lagi. Umakmu itu sayang. Memang ia dia salah, dia salah mengekspresikan rasa sayangnya itu padamu. Padahal, umakmu melarang kau pulang agar kamu belajar disini". Kata Laksa mendekati mencoba menasihatiku.
"Aku tau Laksa, tapi apa tidak ada cara lain selain mengusirku. Aku benci Laksa, aku kesal". Bentak ku mencoba mengeluarkan emosiku.
"Umakmu ingin yang terbaik untukmu".
Aku hanya diam mendengar perkataan Laksa. Mungkin memang ia Umakku ingin yang terbaik untukku, tapi apa tak bisa baik-baik menerima kepulanganku. Batinku masih tak terima mengingat Umak mengusirku.
Aku membuka amplop yang diberikan Laksa. Membacanya.
" Itu surat dari Universitas di Inggris. Ketika kamu lulus dan Alice pulang ke negaranya, ia mendaftarkan mu di Universitas di sana. Dan itu hasilnya. Kamu diterima Lang, dengan beasiswa penuh. Lusa kamu bisa berangkat". Jelas Laksa.
Aku tak pernah membayangkan untuk masuk universitas, apa lagi di luar negeri. Bagi ku, bagi anak kampung yang biasanya pergi ke ladang tanpa alas kaki, lulus SMP saja kita sudah hebat, apalagi aku bisa menyelesaikan pendidikan dari SMP dan SMA ku hanya dalam waktu satu tahun, hebat bukan.
"Tidak Laksa, aku tidak mau". Tolakku.
Laksa menatap heran ke arahku, mukanya memberikan tidak persetujuan padaku.
"Aku mau seperti Gatot".
Laksa menghela nafas berat " Untuk apa kamu jauh-jauh kesini pada akhirnya meminta menjadi orang seperti Gatot, orang macam Gatot itu adalah orang yang tak pernah berfikir Lang, ia selalu menggunakan ototnya bukan otaknya".
Aku masih terdiam diatas kasurku. Laksa pergi meninggalkanku sendiri. Sepertinya ia kesal dengan keputusanku karena menolak masuk universitas.
Suara ketukan terdengar dari pintu "Lang, ada surat untukmu". Terdengar suara Yang sepertinya suara Tono yang sudah sering kali aku dengar.
"Dari siapa?". Tanyaku.
"Ibumu".
"Taro ajah di situ".
Sebenarnya Aku masih kesal dengan sikap ibuku. Tapi aku mengambil surat itu dan membaca. Dilihat dari tulisannya, itu bukan tulisan ibu. Benar saja.
Assalamualaikum Bang.
Ini Nay, bukan Umak.
Bagaimana kabar Abang disana?
Pasti enakkan disana, hidup mewah dan kecukupan, bahkan Abang sekarang udah lulus SMA yang harusnya masih SMP.
Bang, Nay cuma mau bilang, sebenarnya Umak sering menangisi Abang, bahkan hampir tiap malam.
Tapi entah kenapa, pas Abang pulang Umak malah mengusirmu.
Bang, Abang harus tau, Umak ga jahat bang.Itulah isi surat dari Nay, singkat sekali.
Entahlah, aku malas memikirkan hal itu lagi, aku keluar dari kamarku untuk pertama kalinya semenjak dari kepulanganku dari kampung.Kulihat Gatot yang sedang berada di halaman melatih para pasukannya.
"Lang, jangan disini Lang, nanti Laksa marah". Kata Gatot mencoba mengusirku.
Ratusan orang yang sedang latihan beladiri. Aku tertarik melihatnya. Dahulu, aku pernah belajar dengan Abah, tapi semenjak aku membencinya aku tak pernah mau belajar apapun darinya, bahkan menyapa saja gak mau.
"Sana Lang". Kata Gatot lagi.
"Aku mau belajar beladiri". Kataku membuat Gatot tercengang.
Gatot menghampiriku, mengajakku kepinggir, sambil ia memegang bahuku, ia berkata " Kau memang seperti bapakmu Lang, bapakmu dahulu orang yang gigih, keras kepala, dan tentunya dia adalah orang yang hebat".
"Apa kamu mengenal Abah Gatot?". Tanyaku.
"Jangan kau tanyakan lagi Lang, bapakmu adalah orang yang aku hormati setelah Kriss dan Laksa. Ia sudah banyak memberikanku pelajaran hidup Lang. Andai bapakmu masih ada, pasti ia akan tersenyum bangga melihatmu".
"Tapi sepertinya dia takkan pernah bangga padaku".
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Penguasa Negeri
قصص عامة😊Follow and vote sebelum baca, terus komment setelah baca🙏 Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian Ataupun Cerita, Itu Adalah Kebetulan Semata Dan Tidak Ada Unsur Kesengajaan Elang, seorang anak dari kampung...