Yunho menghapus noda darah yang mengotori wajah Jaejoong dan mengabaikan darah yang masih mengotori wajahnya. Ia sungguh sangat merasa bersalah karena telah memaksa Jaejoong, serta mengotori wajah cantik Jaejoong dengan darah sialnya.
"Sudah bersih, maaf membuat wajahmu kotor." Ujar Yunho. Setelahnya Yunho membersihkan hidungnya sendiri. Bahkan ia terlihat menahan rasa sakit.
"Kau kenapa Yun?" Tanya Jaejoong dengan terus menatap wajah Yunho penuh kecemasan.
"Kau memanggilku apa? Bukan Jung?" Kaget Yunho. Memang masih terdengar aneh, tetapi terdengar sangat berbeda pada panggilan Jaejoong.
"Jangan mengalihkan pembicaraan ketika aku bertanya!" Kesal Jaejoong. Yunho tersenyum. Ia hanya menghela nafasnya sesaat setelah membersihkan hidungnya.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya terlalu letih. Ini sudah sangat biasa." Ujar Yunho meyakinkan Jaejoong.
"Bohong! Bukan kali ini saja aku melihatmu seperti ini. Pertama kau mengatakan hal yang sama karena kau lelah, baiklah aku percaya. Lalu bagaimana dengan bekas tisu dengan penuh darah yang selama ini aku temui? Aku diam karena aku tidak peduli."
"Lalu sekarang kau peduli hn?" Tanya Yunho dengan menatap Jaejoong, Jaejoong terdiam, bahkan ia tak mampu berkata saat ini. Yunho hanya tersenyum miris dan menundukan kepalanya.
"Kau ingin tahu kenapa Jae? Apa kau akan merasa iba atau senang saat aku mengatakan aku mengidap kanker darah?" Jaejoong terlihat terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar, apa benar? Atau ia salah mendengar?
"Ka-kanker darah?" Yunho pun mengangguk atas pertanyaan tersebut.
"Sejak kapan?"
"Sekitar 5 tahun lalu. Saat kita masih SMA." Ujar Yunho.
"Selama itu? Lalu apa Orangtuamu tidak menyembuhkanmu? Usia sepertimu memiliki peluang besar untuk sembuh Yun." Yunho hanya menghela nafasnya.
"Mereka tidak tahu ini Jae. Aku hanya mengkonsumsi obat-obat pemberian dokter. Terakhir kali, aku hanya tahu bahwa penyakit ini semakin parah."
"Lalu ini alasanmu sering membolos setiap pelajaran olahraga dulu?" Yunho melirik Jaejoong, ia hanya tersenyum meledek.
"Sebenarnya aku tidak membolos, aku hanya menceritakan kondisiku dan guru itu memberiku tugas pengganti. Aku pernah hampir mati karena membolos, jadi aku tak akan mengulanginya lagi. Aku tidak ingin Orangtuaku datang dan malu karena itu."
"Tetapi kau harus memberitahu mereka tentang ini Yun. Jika terus seperti ini kau akan mati."
"Itu yang Appa aku inginkan Jae." Jantung Jaejoong berdegup semakin cepat mendengar ucapan tersebut.
"Mereka-.. mereka selalu mengatakan betapa beruntungnya diriku. Terlahir sebagai anak seorang Jung Jihoon, anak satu-satunya keluarga Jung dan menjadi pewaris tunggal dari Jung Corp. Sebenarnya tahu apa mereka?" Yunho menatap Jaejoong, mata keduanya bertemu. Terlihat sorot kesedihan dibalik wajah datar Yunho saat ini. Yunho kembali tersenyum meledek akan dirinya. Ia kembali membuang pandangan dan tak melihat Jaejoong.
"Untuk mendapatkan pengakuan dari Tuan Jung saja, aku tidak pernah mampu, bagaimana mungkin untuk menjadi pewaris kekayaannya? Ia selalu menganggap aku ini anak haram, anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan. Ia mencintai Umma, sangat mencintainya, tetapi kau tahu? Tuan Jung sangat membenciku. Pertama kali aku membolos dan sengaja untuk mendapat perhatiannya, tetapi salah. Kau tahu betapa kerasnya alat pukul baseball Jae? Ia tak segan memukul anak seusia 7 tahun dengan benda itu. Rasanya tubuhku sangat sakit saat itu, sakit. Mengapa dia tak menganggapku. Aku jelas-jelas anaknya Jae. Tetapi-.." Yunho mengepalkan kuat tangannya. Ia berusaha untuk menahan rasa perih dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me✔
FanfictionCintai aku, selagi aku mampu untuk mencintaimu. Revisi dari ffn. Alur sama tapi banyak perubahan pastinya.