Bab 4: Pacaran?

1.4K 55 4
                                    

“Setan selalu mencari jalan untuk menyesatkan umat manusia. Dan yang paling dia suka dan tertawa

adalah pada saat suami istri yang kemudianbercerai.”

Naik kelas dua Aliyah, seperti kebanyakan remaja pada umumnya aku juga pada saat itu merasakan yang namanya jatuh cinta. Sudah lebih dari satu tahun tidak ada benar-benar perempuan yang aku suka, tapi kali ini aku seperti tergila-gila dengannya. Entah karena apa, aku suka aja. Inilah saat aku kembali merasakan yang namanya jatuh cinta.

 Apa kamu pernah merasakan hal seperti itu juga? Lalu apa yang kamu lakukan kalau merasakan sama sepertiku itu?

Saat itu aku suka dengan siswa baru. Adik kelas, aku kelas dua Aliyah dan dia pada saat itu duduk di bangku kelas satu Aliyah. Tidak hanya aku, ternyata juga banyak laki-laki yang suka dengannya.

Inilah terakhir kalinya aku suka dengan perempuan dan berniat untuk mengajak pacaran. Yah, saat itu aku sangat ingin menjadi pacarnya. Zaman jahiliyyah memang.

 “Bila kau suka dengan perempuan, nyatakan. Jangan hanya dipendam nanti keduluan sama orang.”

 Itu merupakan quotes yang banyak aku temukan di media sosial, termasuk dari bahan bacaan yang aku baca pada saat itu. Banyak sekali kata-kata bijak tentang percintaan. Bagaimana seharusnya seorang laki-laki harus berani menyatakan perasaannya kepada perempuan yang dia suka. Katanya sih, dengan menyatakan langsung terlihat lebih laki, padahal mah itu justru terlihat seperti banci.

Sebut saja namanya Mawar. Perempuan kurus dengan warna kulit putih. Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang membuatku suka dengannya, mungkin karena sudah terlalu lama tidak ada rasa suka dengan perempuan, eh pas ketemu dengan si Mawar jadi tumbuh benih-benih cinta.

Mawar ini waktu pertama kali aku kenal sangat pendiam. Dia juga aku lihat sesekali mencuri-curi pandang denganku. Dia sering keluar kelas, jadinya aku sangat sering melihatnya. Lingkungan sekolahku tidak besar, makanya setiap hari, bahkan setiap pergantian jam pelajaran aku bisa melihat si Mawar.

Ini yang menjadi penyesalanku sampai sekarang. Aku terlihat sangat bodoh sekali waktu itu. Aku menjadi budak cinta yang rela melakukan apa saja.

Setiap malam kami berkirim pesan. Mawar memberikan sinyal positif untuk perasaanku. Tetapi aku tidak langsung menyatakan, aku biarkan saja dulu semuanya mengalir.

Kami sering berhubungan hanya lewat pesan, aku juga sangat sering sekali mengecek media sosialnya. Aku lihat riwayatnya. Sampai aku tahu dia lulusan dari mana. Itu sungguh sangat-sangat membuang waktu. Waktu kosong yang ada aku gunakan untuk menstalk media sosialnya. Melihat foto-foto dirinya. Melihat tulisan-tulisan yang dia bagikan. Melihat pertemanannya.

Saat dia tidak membalas pesanku, aku menjadi tidak karuan. Hilang kendali, seolah tidak punya harapan.

Maaf aku kehabisan paket.”

Dengan secepat kilat aku langsung membelikannya paket kuota. Bukan itu saja, aku juga memberikan bonus pulsa. Begitulah terus, dalam satu bulan mungkin aku bisa membelikannya paket 2-3 kali. Itu memang bukan permintaannya, tapi itu terjadi begitu saja. Di luar kendali pemikiranku pada saat itu.

Enam bulan kami saling kenal. Aku kemudian menyatakan perasaanku padanya. Dia tidak menjawab, memberikan harapan namun tidak memberikan kepastian. Saat itu aku memberikannya waktu, dan tentu saja aku berpikir dia juga sebenarnya suka denganku. Dengan sabar aku akan menunggu.

Besok malamnya dia menjawab perasaanku. Aku selalu membahas tentang itu.

Aku sudah punya pacar.”

Itu jawaban pertamanya. Dan seketika, hatiku robek, sakit. Aku tidak langsung membalas pesannya. Aku kemudian membuka media sosialnya, mencari tahu siapa sebenarnya pacarnya. Dan aku menemukan apa yang selama ini aku lewatkan. Dia memang menjalani sebuah hubungan jarak jauh dengan seseorang.

Tapi begitulah cinta, sudah begitu buta dengan bujuk rayu setan. Aku tidak peduli.

Kalau begitu putuskan saja pacarmu.”

Kira-kira begitu aku membalas pesannya. Aku merasa dia juga suka denganku dan pacaran jarak jauhnya itu hanya untuk main-main saja.

Lebih ngerinya lagi, dia tidak hanya memiliki satu pacar melainkan langsung tiga pacar sekaligus. Semuanya itu pacar-pacarnya jarah jauh. Tetapi sekali lagi, aku tidak peduli. Tidak sama sekali.

Begitu cinta membuat buta seseorang. Dia rela melakukan apa saja, bahkan harus mengorbankan banyak hal sekalipun.

 Singkat cerita, aku sampai saat itu tidak pernah pacaran dengannya. Dia hanya memberikan harapan dan aku terus berharap kepadanya. Sampai setahun kemudian, aku masih menyimpan rasa cinta kepadanya. Segala cara yang berbeda aku lakukan untuk mendapatkan cintanya. Tapi tetap saja sia-sia. Dia hanya menggantung, tidak memberikan jawaban yang pasti.

Sampai saat itu aku sudah frustasi. Aku sampai-sampai menangis, bahkan aku sempat berdoa kepada Allah agar dia mau menjadi pacarku. Itu hal yang paling bodoh yang pernah aku lakukan. Sampai saat ini, bila mengingat hal itu aku sangat-sangat malu kepada Sang Pencipta.

Tetapi dari situlah kemudian aku sadar.

Dari situlah kemudian aku dipertemukan dengan seseorang perempuan yang kelak akan menjadi istriku.

Aku tidak pernah menyalahkan pengalaman. Tetapi aku belajar dari pengalaman tersebut. 

***

Alhamdulillah bagian 4 dari cerita ini telah selesai. 😅
Jangan lupa vote dan komennya yah. Terimakasih

Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang