Ketika kepala Yura menabrak dada bidangnya, pria berpakaian serba hitam itu dengan sigap mengunci lengan Yura yang terlihat seperti hendak kabur sejauh-jauhnya dari sana.
"Ampun, ahjussi!!! Jangan culik aku!!! Aku makannya banyak, keluargaku juga miskin, ahjussi nanti rugi sendiri kalau mau menjadikan rakyat jelata sepertiku ini sebagai sandera!!! Jebalyo, ahjussi!!! Bebaskan aku...." Yura meracau tidak jelas seraya menutup mata ngeri, bersiap-siap jika pria itu hendak menyakitinya, atau sekedar mengikat tangannya dengan tali seperti hal yang lazim dilakukan penculik pertama kali setelah berhasil menangkap orang yang diincar.
"Yak!! Kamu ngomong apa sih?! Siapa juga yang mau menjadikanmu sandera? Tapi kalau dibilang aku mau menculikmu sih, jelas iya...." Pria itu terkikik dengan suara tawa ringan, suara yang sangat Yura kenal.
Menyadari hal itu, Yura segera mendongak untuk memastikan apakah benar pemilik suara itu adalah orang yang kini tengah muncul dalam pikirannya. Melihat Yura mematung, pria itu segera melepas maskernya.
"Aigoo silau!!!" Pekik Yura ketika sang pria menunjukkan senyum simpul tepat setelah ia membuka masker.
"Apa aku membuatmu takut?" Tanyanya.
"Bukan hanya aku, tapi sepupumu juga ketakutan tuh!!" Sahut Yura kesal, seraya mengatur napasnya supaya dapat kembali rileks. "Itu kau kan yang tadi siang melambai ke L di ujung lorong dekat toilet?"
"Hahahaha... mau bagaimana lagi, jika tidak berpakaian seperti ini, semua orang pasti akan menyadari keberadaanku." Timpal Hyun. Malam ini sepertinya dia dalam mood yang baik sampai-sampai dia banyak tertawa.
"Iyasih... tapi, kalau kau berpakaian seperti ini dan ketahuan satpam, yang ada kau malah akan diseret ke kantor polisi tahu!!" Sela Yura, melayangkan jari telunjuknya ke arah dada lawan bicaranya tersebut.
"Ngomong-ngomong, bagaimana? Apa kau sudah punya cukup tenaga untuk jadi 'bulgogi'ku?" Kini tatapan Hyun berubah nakal. Dengan lembut, ia meraih jari telunjuk Yura dengan tangan kirinya, mengangkat tangan mungil itu hingga mencapai tepat di depan bibirnya, kemudian menggigit pelan jari itu dengan pandangan yang masih terkunci ke arah mata Yura.
"Jariku kan habis dipakai buat ngupil..." Ucap Yura. Berbohong supaya Hyun berhenti melakukan hal-hal yang membuatnya merasakan sensasi aneh.
Dengan wajah datar, Hyun segera melepas tangan Yura, kemudian berbalik badan dan mengelap giginya dengan lengan kemeja hitam yang tengah ia kenakan. Dalam hati Yura tertawa.
"Sayangnya untuk sekarang kurasa aku belum siap berbagi tenaga denganmu karena dari siang aku belum makan demi mengerjakan tugas deadline itu... aku akan sangat senang jika kau mau mentraktirku bulgogi beneran sebelum aku yang menjadi bulgogimu, bagaimana? Tawaran yang cukup adil kan?" Usul Yura seraya melipat tangannya di bawah dada.
"Apa kau sekarang... sedang mengajakku untuk kencan? Dinner date?" Goda Hyun melemparkan senyum jahil.
"Terserah kau mau menyebutnya apa... yang pasti aku lapar."
"Oke!! Ayo kita makan di restoran 'all you can eat' dekat rumah pamanku supaya kau bisa makan sepuasnya dan aku juga tak perlu khawatir akan ada anak kampus atau para karyawanku yang melihatku... kaja!!"
"Cih!!! Sengaja memilih restoran murah... apa kau sedang bersikap perhitungan terhadap wanita yang akan melahirkan anakmu di masa depan ini?"
Mendengar gurauan itu, tiba-tiba saja wajah dan telinga Hyun memanas. Jika saja disana tidak gelap, Yura pasti sudah bisa melihat rona merah di pipinya. "Yak!!! Beraninya kau... bicara seperti itu di depan lelaki mesum sepertiku?!"
***
Ketika baru saja melewati pintu restoran, Yura melihat L tengah duduk seorang diri di kursi dekat jendela sembari tertawa sendirian seraya melihat layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by A Cold Pervert
Romancecerita ini merupakan sequel dari BASTARD ON MY LIPS. *Tapi gapapa sih kalo mau langsung baca ini tanpa baca BOML terlebih dahulu ?* cerita ini mungkin hanya sesuai untuk dibaca oleh usia 15 tahun ke atas.