Prolog

29 1 0
                                    

kamis 25/12/2012

"Sudahlah Lun, nangis nggak akan menyelesaikan masalah." Kata pria bermantel dengan tudung berbulunya.

Wanita dengan sweater seleher masih menangis. Lengan sweaternya dibasahi air matanya. Dia menangis dalam pelukan pria bermantel. Dengan berada dalam pelukannya wanita itu merasa aman. Dinginnya Kota Seoul menghilang dikalahkan hangatnya pria ini.

Diatas jembatan penyebrangan. Hanya ada dua orang ini. Ditemani terangnya lampu kota dan salju yang turun.

Mendengar tangisan wanita yang semakin kencang, pria ini mengencangkan dekapannya. Dia mengusap bahunya. Namun tangisannya tak kunjung henti. Malah emakin menjadi-jadi.

"Aku tahu kau masih menyimpan sesuatu. Ada yang belum kau ceritakan padaku!" Pria itu masih mengusap pundaknya.

"A-aku nggak bisa." Wanita itu memeluk prianya semakin erat. Bahkan bisa sampai meremukkan badannya.

"Pasti bisa. Sekarang ayo kita ke apartemen dan bicarakan ini!" Pria itu mendorong sedikit wanitanya supaya bisa melihat matanya. Wanitai ituu hanya meangguk pasrah.

Keduanya berjalan menuju apartemen. Setiap langkahnya meninggalkan jejak. Jejak yang berarti kenangan. Pria itu menggandengnya. Sementara wanita itu masih menangis dalam gandengan tangan.

Setibanya di apartemen wanita itu berusaha menceritakan semuanya. Ditemani secangkir teh hangat. Walaupun masih dibanjiri air mata dia tetap berusaha menceritakannya. Setiap kata-katanya terbata-bata.

Mungkin inilah awal ceritanya sebelum kejadian ini

Selamat membaca!!!

Cerita ini dibuat layaknya diary orang. Tak seperti bacaan yang lain

 Tak seperti bacaan yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Instagram : hharyoo

Sumber pics dari Pinterest

PENTING!!!!

MEMBACA CERITA INI WAJIB MEMBACA DAHULU TANGGAL DI SETIAP PART SUPAYA TIDAK BINGUNG.

TERIMA KASIH

Diary of LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang