01

30.7K 770 6
                                    

Setiap orang pasti punya sesuatu hal yang berharga. Yang tentunya akan di jaga sebaik mungkin.
Entah itu barang. Misal perhiasan, rumah, mobil, boneka, keluarga, pasangan dan masih banyak lagi...

Begitu pula dengan Vannya, baginya hal yang paling berharga dalam hidupnya dan tidak bisa di beli dengan apa pun adalah Raja dan juga Kaisar. Kedua putra kesayangannya sekaligus satu-satunya keluarga yang Vannya miliki saat ini.

Kehadiran Raja dan kaisar kayaknya sumur di tengah musim panas. Merubah semua cara dan jalan hidup Vannya. Jika dulu Vannya tak punya tujuan untuk masa depannya. Hadirnya Raja dan Kaisar membuat Vannya ingin membuat dua jagoan kecilnya itu bahagia.

Walau hidup sebagai orang tua tunggal itu bukan perkara yang mudah. Banyak orang yang berpandangan miring tentang status tersebut apa lagi jika orang tua tunggal adalah seorang wanita lajang tapi punya dua anak.

Yang menikah dan cerai saja bisa di bilang buruk apa lagi Vannya yang punya anak tapi tak punya suami. Sudah bisa dibayangkan seberapa buruk anggapan orang-orang pada Vannya.

Tapi vannya bisa apa?

Melawan? Percuma saja, diam saja sudah salah apa lagi melawan pasti akan makin salah. Yang bisa Vannya lakukan hanya mengikuti arus kehidupan.

Yang tentu saja tidak akan pernah mulus. Selalu ada yang namanya duri serta kerikil tajam yang siap menghadang di depan mata saat seseorang akan melangkah untuk maju...

Jika untuk orang lain maju hanya butuh 1 sampai dua langkah, maka bagi vannya dia butuh lebih dari 10 langkah untuk maju.

Namun Vannya yang sekarang akan tetap terus maju melangkah sekalipun di depannya nanti akan ada rintangan yang sangat berat, Vannya akan melapisi itu semua sekarang dengan senyuman.

Karena sekarang semua tidak seperti dulu lagi, karena sekarang dia punya keluarga. Tidak seperti dulu di mana Vannya selalu merasa sendirian, walau ia punya keluarga. Punya ayah dan ibu, tapi hidupnya seakan tak punya orang tua. Di mana ayah dan ibunya selalu memperlakukan Vannya tak selayaknya seorang anak. Ia selalu diminta untuk melakukan ini dan itu, melakukan semua tugas yang di lakukan oleh pembantu rumah tangga atau mungkin lebih, tak jarang Vannya di minta untuk membenarkan atap yang bocor tak peduli walau di luar sedang hujan badai.

Namun perilaku tersebut sangat benar-banar berbeda pada Adiknya ini. Yang selalu di perlakukan layaknya seorang putri raja.

Jangankan menyapu, mencuci piring atau pun pergi ke pasar tidak pernah Nandini lakukan. Membuat Vannya sering berpikir apalah dirinya itu benar-banar anak kandung papa dan mamanya?.

Bukan sekali dua kali Vannya memikirkan tentang hal tersebut. Jujur terkadang dirinya merasa sangat iri pada Nandini.

Nandini selalu mendapatkan apa yang sejak dulu Vannya inginkan, yaitu sebuah pelukan hangat dari orang tuanya.

Tapi, sayang jangankan sebuah pelukan hangat, satu hari tidak di marah dan di pukul Vannya  sudah bersyukur.

Walau pun kedua orang tuanya tidak pernah menunjukkan kasih sayang mereka, tapi setidaknya mereka masih mau menyekolahkan Vannya sampai SMA.

Di mana waktu itu Vannya bermimpi setelah lulus nanti ia akan bisa mencari kerja yang cukup bagus dengan ijazah SMA-nya.

Namun apa mau di kata, manusia hanya bisa berencana tapi tuhan yang memutuskan segalanya...

Mungkin Vannya punya keinginan setelah lulus akan mencari pekerjaan. Namun sayangnya semua itu tidak pernah terjadi.

Hidup vannya benar-banar berubah setelah malam itu. Mimpinya untuk bisa lulus dan Bekerja harus pupus, semua itu karena ke jadian 5 tahun lalu...

5 tahun yang bagaikan mimpi buruk. Bahkan vannya selalu merasa takut ketika mengingat kejadian itu. Tubuhnya akan langsung kaku dan bergetar serta keringat dingin akan membasahi seluruh tubuhnya.

5 tahun lalu
Malam itu tepatnya malam minggu, di mana banyak anak-anak muda yang menghabiskan malamnya dengan berkumpul bersama dengan teman atau untuk yang punya pacar akan jalan bersama. Bagi yang punya pacar, atau seperti Vannya yang hanya menghabiskan malam minggu dengan ada di rumah melakukan pekerjaan rumah

Namun, siapa sangka malam minggu Vannya kali ini bisa di bilang berbeda. Pasalnya entah apa yang terjadi. Tak ada angin tak ada hujan Nandini mengajak Vannya keluar bersama.
Karena biasanya adiknya itu tidak akan pernah mau Vannya ikut ke mana pun dia pergi. Mungkin saja karena malu.
Apa lagi melihat penampilan Vannya yang terkesan bisa-bisa saja, berbeda sekali dengan Nandini yang berpenampilan cantik, wajah yang terlihat cantik karena sering melakukan perawatan ke salon setiap bulannya.
Sangat jauh berbeda dengan Vannya yang bahkan tak pernah tersentuh Piranti kecantikan. Membuat kulit wajahnya sedikit kusam
Jangankan kulit wajah kulit tangan Vannya pun terasa kaisar karena hampir setiap hari melakukan pekerjaan rumah tangga dari matahari terbit sampai matahari tenggelam baru bisa istirahat itu pun kalau semua orang sudah tidur. Berbeda dengan Nandini yang sejak kecil tidak pernah menyapu ataupun memegang peralatan yang ada di dapur setiap hari.

Tapi sikap Nandini sangat berbeda pada Vannya, bahkan gadis itu mau meminjamkan pakainya untuk Vannya kala itu, padahal adiknya itu tidak suka kalau ada orang yang meminjam pakaiannya.
Walaupun pakaian yang di pijakan Nandini malam itu adalah baju yang sebenarnya sudah tidak pernah di pakai lagi oleh Nandini karena warna dan juga beberapa bagian sudah berlubang...
Vannya merasa senang melihat adiknya yang baik padanya, tapi rasa senang itu sirna seketika. Saat Vannya sadar kalau dirinya hanya di gunakan sebagai alasan agar Nandini diperbolehkan untuk pergi malam itu. Dan tentu saja kedua orang tuanya menyetujui mungkin saja mereka berpikir Nandini tidak akan berbuat yang aneh-aneh karena membawa Vannya bersamanya atau pun mereka berpikir kalau Nandini tidak berbohong akan pergi ke pesta ulang tahu temanya, karena membawa Vannya

Tapi sayangnya adiknya itu berbohong pada orang tua mereka. Nandini bilang mereka akan ke tempat ulang tahun temannya. Tapi saat sampai di tempat tujuan, yang ada, tempat tersebut tidak seperti tempat pesta ulang tahun.

Di mana di tempat itu bahkan tidak ada hiasan yang mencerminkan pesta ulang tahun. Tidak ada balon, badut kue ulang tahun, lilin dan yang paling penting tidak ada nyanyian ulang tahun di sana.

Yang ada hannyalah orang-orang yang menari dengan tidak jelas, suara musik yang terlalu keras sampai membuat telinga Vannya terasa mau pecah karena musik yang terlalu keras. Dan juga ada bau yang aneh yang tercium di tempat itu. Bau asap rokok yang  membuat dada Vannya terasa sesak.

Vannya sudah merasa ada yang tidak beres di tempat ini. Terlebih tampaknya tempat seperti ini bukan tempat yang cocok untuk gadis seperti dirinya dan Nandini. Berbekal perasan yang tidak enak tersebut membuat Vannya coba untuk membujuk Nandini agar mau kembali pulang bersama dengannya.

Tapi apa yang Vannya dapat, bukan Nandini yang ikut pulang dirinya justru mendapat kata-kata cukup kasar dari sang adik. Bukan itu saja Nandini justru ikut bergabung dengan orang-orang menari tidak jelas.

Awalnya Vannya ingin meninggalkan Nandini pergi begitu saja. Tapi mengingat apa yang akan di lakukan orang tuanya kalau Vannya pulang sendiri tanpa bersama Nandini yang akan di dapat Vannya bukan hanya kata-kata kasar tapi juga cambukkan menggunakan akar rotan. Membayangkannya saja sudah membuat kaki vannya lemas.

Jadi dengan modal nekat Vannya mencoba masuk kembali ke dalam dan membawa paksa Nandini untuk ikut pulang bersamanya, tak peduli kata-kata sarjana dan kasar yang akan di terimanya, itu lebih baik dari pada harus di pukul dengan Rotan.

"Nandini ayo pulang" vannya menarik tangan Nandini secara paksa
"Apa sih, ganggu banget. Kalau mau pulang, pulang saja sana sendiri. Enggak usah ngajak-ngajak, enggak tahu apa orang lagi asyik " ucap Nandini dengan tatapan sebal sambil menepis tangan Vannya
"Pulang, Ayo" vannya yang tidak mau menyerah mengajak Nandini pulang. Setara Nandini yang merasa kesenangannya di usik oleh vannya yang menurutnya tidak akan menjadi masalah untuknya. Akhirnya mendorong tubuh vannya sampai terjatuh

"Kau tidak papa, nona ?" Seseorang mengulurkan tangannya pada vannya. Tanpa ragu Vannya menerima ukuran tangan tersebut

" terima kasih " ucap vannya. Yang di balas  vannya secara halus

"Apa kau takut aku memasukkan sesuatu ke dalamnya? " tanyanya lagi. Membuat vannya bingung harus menjawab apa. "Ini hanya air bisa "tambahnya

Awalnya Vannya sempat merasa ragu, tapi melihat wajah orang yang ada di depannya terlihat begitu tulus membuat Vannya akhirnya menerima minuman yang di tawarkan oleh pria tersebut, yang sekilas terlihat seperti air biasa

Tak ada redaksi apa pun setelah meminum air yang ada di gelas tersebut. Namun 30 detik berikutnya tubuh vannya terasa lemas dan pandangannya mulai kabur

SESUATU YANG BERHARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang