Bab 7: No One Understands 'bout Our Feelings!

2.1K 220 25
                                    

Betapa pun marahnya Hinata pada Sasuke, begitu keluar dari kamar mereka di lantai dua, Hinata dengan cepat membalikkan wajahnya ke dalam ekspresi datar dan bergerak dengan anggun di tangga.

Dengan hati-hati, dia mengangkat roknga selama berjalan dan berpikir dalam benaknya, makanan seperti apa yang harus dia hidangkan untuk Uchiha Bajingan di lantai atas itu.

Ketika Lady itu berpikir untuk membuat kimpira¹ dan menambahkan banyak sekali cabai, langkahnya mencapai pintu dapur yang terbuka lebar.

Di dalamnya, ada dua orang. Sakura tengah berada di samping kompor, menunduk untuk mengatur tingkat api yang tengah memasak sesuatu dalam panci yang mengehembuskan uap, dan Itachi berada di depan wastafel, mencuci piring dan mug sambil tersenyum.

Langkah Hinata mendadak menjadi berat, hingga dia hanya berdiri di depan pintu dengan menggunakan kusen untuk menjaga tubuhnya yang mendadak limbung. Hatinya sakit, seolah diiris oleh pedang samurai pelan-pelan. Ada jejak kecemburuan yang mengakar terus-menerus dan membuat hatinya berat dan sakit. Napasnya tercekat di kerongkongan dan setetes air mata mendadak bergulir pelan ke pipinya.

Sakura dan Itachi tampak bahagia, saling melempar senyum selama menyiapkan sarapan. Mereka berdua melakukannya dengan teratur seperti itu telah menjadi aktivitas harian yang biasa.

Bahkan ketika Sakura mulai menyiapkan piring dan Itachi duduk di kursi sambil tersenyum, Hinata masih tidak punya kekuatan untuk masuk.

Baru ketika seseorang menepuk punggungnya dari belakang, tubuh Hinata menjadi kaku, dan dia buru-buru berbalik sambil menghapus jejak air mata yang tersisa di pipinya.

Itu adalah Sasuke. Pria itu telah selesai berpakaian. Dia menggunakan setelan linen berwarna gelap dan rambutnya telah disisir rapi. Aroma parfum yang maskulin menguar ke sekeliling ruangan ketika Sasuke menarik lengan Hinata dan membawanya ke bawah tangga.

"Jangan melihat mereka. Lemah sekali," ucap Sasuke begitu mereka tersembunyi di balik tangga yang dingin.

Hinata mendongak untuk menatap obsidian Sasuke yang meredup. Inilah pertama kalinya Hinata merasa beruntung Sasuke menariknya sehingga Itachi dan Sakura tidak punya kesempatan untuk melihatnya menangis.

Sambil menyusut air matanya dengan jemari, Hinata menyahut, "Bagaimana tidak, dia kekasihku selama bertahun-tahun! Kali ini, aku hanya bisa melihatnya melempar senyum untuk wanita lain hanya dari kejauhan! Kau tidak mengerti perasaanku, Sasuke. Oh ya, tentu saja, itu karena kau tak punya perasaan!"

Setelah mendengus, Sasuke menyandarkan punggungnya ke dinding, lalu berkata, "Kalau kau mau, aku bisa membeli mansion lain dan kita bisa tinggal di situ. Kau tak perlu sakit hati."

Aduh, ngedit ini, Gao jadi baper sendiri, awokwok!

Kata-kata Sasuke terdengar aneh, nadanya lembut dan cahaya di bola matanya meredup. Selain itu, kata 'kita' dalam kalimatnya membuat jantung Hinata berdenyut. Entah mengapa, Hinata pikir, Sasuke ... ternyata perhatian.

Itu berbeda 180 derajat dari apa yang Hinata pikirkan pada awalnya, bahwa Sasuke akan mengejeknya sampai mati. Alih-alih, tampaknya pria itu sebenarnya ... cukup mengerti perasaannya.

Yah, Sakura adalah kekasih Sasuke, dan Sasuke tampak tegar. Lalu, bagaimana bisa Hinata menjadi hancur? Mereka berdua sama-sama sakit hati, mengapa tidak melangkah di jalan yang sama?

Akhirnya, dengan ketegaran yang muncul, Hinata menghapus sisa air matanya dan menyunggingkan senyum.

"Tidak apa-apa. Aku kuat. Hal sekecil ini tak kan membunuhku," ucap Hinata sambil memperbaiki pakaiannya dan menaikkan dagunya, lalu melangkah kembali ke dapur dengan langkah mantap. "Aku akan membuatkanmu kimpira. Sesuatu yang pedas akan membuatmu bergairah di pagi hari."

Say Something And I'll Give You Up {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang