Part 4. Ta'aruf

3.1K 182 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Cinta sejati tidak mengajak dalam jurang ke maksiatan namun cinta sejati mengajak kita menuju ke jalan yang di ridhoi Allah.

Kediri, 30 Agustus 2019
-Alfiyah Untukmu-

***

"Nisa," panggil Faris ketika melihat Nisa akan memasuki kelasnya. Nisa mengehentikan langkahnya dan mencari keberadaan yang memanggilnya. Mata Nisa tertuju pada seorang lelaki berbadan tinggi, hidung mancung, berbola mata indah dan bibir yang tipis merah. Ya, dia Faris.

"Iya, Pak Ustadz, ada apa?" tanya Nisa. Faris menghela nafas yang panjang dan menetralkan pernafasannya.

"Nis, bilang sama kakakmu kalau saya mau ta'aruf dulu sama kakakmu," ucap Faris penuh keyakinan.

"Beneran, Pak Ustadz?" tanya Nisa tak percaya.

"Iya, nanti sore kakakmu suruh datang ya ke pesantren. Taukan?" instruksi Faris. Nisa mengangguk paham.

"Ya sudah, saya pergi dulu. Assalamualaikum," Faris pergi meninggalkan Nisa setelah salamnya di jawab.

Faris menuju ke taman belakang sekolah dan duduk termenung di kursi taman memandang bunga dan pepohonan yang ada di taman. Faris masih tidak yakin dengan keputusan ta'aruf itu. Jika bukan permintaan dari Abi dan Umi, Faris tidak akan mau berta'aruf terlebih dahulu. 

Faris menginjakkan kakinya di teras rumah seusai mengajar santri di pesantren. Terlihat Abi dan Umi sedang berada di ruang keluarga membicarakan sesuatu. Faris masuk kedalam rumah menuju ke ruang keluarga.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," pandangan Abi dan Umi tertuju pada Faris. Faris meletakkan kitabnya di meja dan duduk di samping Abi. Sekelebat pertanyaan Nisa pagi tadi datang menghampiri pikirannya. Faris masih ragu untuk mengatakannya pada Abi dan Umi. Dengan menghela nafas yang panjang dan membaca basmalah dalam hati, Faris memberanikan diri untuk mengatakannya.

"Abi, Umi ... Faris mau bilang sesuatu, boleh?" tanya Faris gugup. Abi dan Umi mengangguk untuk mengizinkan Faris berbicara. Faris kembali menghela nafas yang panjang. Faris menceritakan kejadian tadi pagi dan pertanyaan Nisa yang membuatnya bimbang.

"Kalau Abi dan Umi bagaimana?" tanya Faris seusai menceritakan semuanya.

"Kalau Umi setuju saja asal dia salihah dan mengerti agama," jawab Umi untuk meyakinkan Faris.

"Abi menyarankan kamu ta'aruf dulu, Ris, kita,kan, juga belum tahu kepribadiannya seperti apa," saran Abi. Faris setuju dengan apa yang di sarankan Abi. Faris belum mengetahui sifat asli wanita itu. Faris mengangguk menyetujui pendapat Abi.

"Pak!" panggil seseorang membubarkan lamunannya. Faris menengok ke arah seseorang yang memanggilnya.

"I-iya, Bu Aisyah." jawab Faris gelagapan. Faris menundukkan pandangannya saat tak sengaja pandangan mereka saling bertemu. Wanita berumur sekitar 24 tahun itu menatap Faris dengan penuh keseriusan.

"Ada apa, Bu Aisyah kemari?" tanya Faris memulai pembicaraan. Aisyah tersadar dari lamunannya.

"Gak papa Pak, tadi hanya sekedar jalan-jalan, eh ... ada Pak Faris disini," jawab Aisyah mengelak. Faris hanya mengangguk lalu berpamitan untuk pergi. Aisyah hanya memandang punggung Faris yang semakin menjauh.

[AU1] Alfiyah Untukmu✓ [OPEN PREE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang