6. Change

290 47 25
                                    


Gyuri berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu bagaimana bagaimana senyum Jimin, bagaimana cara Jimin memanggilnya, menyentuhnya dan bahkan Gyuri berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah melupakan bagaimana cara Jimin menciumnya. Jimin terlalu berharga untuk dilupakan. Gyuri tidak mau melewatkan seseorang seperti Jimin, Jimin tidak untuk dilupakan.

Semakin Gyuri memikirkannya semakin membuatnya sedh. Bagaimana bisa dia jatuh cinta pada Jimin? Kenapa Jimin dengan berani masuk dalam kehidupannya dan membuat semua mulai rumit untuk dijelaskan. Seharusnya mereka berdua bisa bahagia bukan? Gyuri takut dia tidak bisa meberi Jimin kebahagiaan seperti yang dia harapkan juga.

Sudah lima hari sejak terakhir kali dia bertemu dengan Jimin di kampus. Kali ini Gyuri memberinya kabar, memberitahunya apa yang dia lakukan. Bahkan setiap malam Gyuri membiarkan Jimin untuk menelponnya. Mereka bercanda, menertawakan sesuatu yang konyol. Gyuri senang mendengar tawa Jimin, begitu renyah dan menyenangkan.

"Jadi besok sudah masuk kan?" tanya Jimin setelah bercerita Jungkook yang ketahuan tertidur di kelas oleh dosen killer.

"Iya, sayang sekali besok kelas kita berbeda." Jawab Gyuri dengan senyum, Jimin tidak tau bagaimana Gyuri selalu tersenyum ketika bicara dengannya melalui telepon.

"Aku jemput ya?"

"Tidak perlu, ketemu di kampus saja."

"Oke aku jemput jam sepuluh ya."

"Jimin!" rengek Gyuri, merasa ucapannya tidak didengar oleh Jimin, Jimin tertawa mendengarnya.

"Tidak apa-apa, besok aku jemput saja." Kata Jimin dengan suara lebih tenang.

*

Mulai hari ini Gyuri tidak ingin mebuang-buang waktunya lagi, dia akan menggunakannya sebaik mungkin untuk membuat berjuta kenangan dengan Jimin. Menyedihkan memang, ketika harus menanggung semuanya sendiri. Mungkin semua akan menjadi lebih mudah jika Jimin tau, sangat mungkin Jimin akan membantunya. Namun disisi lain hatinya, Gyuri masih ingin menyimpan seua ini sendiri. Terlalu takut untuk mebayangkan bagaimana reaksi Jimin jika dia sudah mengetahui semuanya.

Suara klakson membuyarkan lamunan Gyuri, menandakan bahwa si penjemput sudah berada di depan rumahnya. Secara otomatis bibirnya tersenyum, segera saja Gyuri berpamitan dan keluar rumah untuk menemui Jimin yang tengah menunggunya. Jimin tidak turun dari motornya, helmnya dia lepas hanya untuk membuat Gyuri bahwa dia sedang tersenyum dengan sangat lebar sekarang.

"Ayo!" kata Jimin seraya memberi isyarat dengan kepalanya agar Gyuri segera naik di belakangnya.

"Kau jadi harus berangkat lebih awal, padahal jadwalmu masih siang nanti." kata Gyuri sembari mengenakan helm yang Jimin berikan padanya.

"Tidak masalah." Jawab Jimin ceria, seakan hal ini bukan apa-apa dan justru membuatnya sangat senang.

Gyuri sudah duduk di belakang Jimin, kemudian tangannya secara otomatis memeluk Jimin. Gyuri menghirup aroma Jimin yang begitu menenangkan, percayalah Gyuri sudah begitu senang dengan hanya bersama Jimin dan bisa mencium aromanya.

"Gyu? Kau baik-baik saja?" tanya Jimin heran, kemudian Gyuri mencubitnya kesal dan membuat Jimin mengaduh karenanya. Jimin tertawa renyah kemudian, mungkin Gyuri malu karena sangat jelas itu bukan kebiasaan Gyuri. Gyuri selalu diam dan cenderung pasif, jujur saja hal sepele barusan membuat Jimin sangat senang. Membuatnya merasa bahwa memang Gyuri memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

Jimin mulai melajukan motornya, memilih rute terjauh untuk menuju kampusnya. Dasar Jimin, selalu saja punya alasan agar bisa lebih lama bersama Gyuri. Gyuri yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya. Dalam hatinya dia berjanji, dia akan mengingat semua hal tentang Jimin. Bahkan hal kecilpun, Gyuri berjanji untuk mengingatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang