Arka memijat pangkal hidungnya lelah, banyak pikiran yang berkecamuk dibenaknya. Menimbulkan beberapa pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban.
Arka melirik sekilas layar benda persegi panjang diatas meja studio. Menunggu satu panggilan yang sekiranya menjawab pertanyaan pertanyaannya itu.
"Nunggu telpon dari Dhena?" tanya Bargan ikut duduk disofa samping Arka.
Tanpa berpaling, Arka mengangguk kecil sambil memainkan jari jarinya gusar.
"Mau ngapain emang?" lanjut Bargan dengan pertanyaan lain.
"Gue sama Dhena ada janji sekarang." jawab Arka singkat. Dahi Bargan berkerut bingung, sambil menghempaskan punggunya pada sandaran sofa.
"Bukannya janji, lo semalam?" lagi lagi pertanyaan terlontar dari bibir Bargan.
Arka menoleh kearah temannya itu sejenak, lalu mendengus kasar.
"Semalam dia ada kerjaan dari dosen." jawab Arka seadanya.
"Kalau lo mau tau, semalam gue liat Dhena dijemput sama cowok." pemaparan dari Cassha yang duduk didepannya, membuat Arka mengernyit seketika.
Beberapa pertanyaan lain melenceng diotaknya. Persepsi persepsi negatif dan positif mulai berkecamuk dipikirannya.
"Mungkin abang atau adiknya." jawab Arka berfikir positif.
"Gue kenal abangnya Dhena, karna kita satu jurusan. Abangnya dia itu kakak tingkat gue, dan yang gue liat itu bukan abangnya Dhena. Tapi, adeknya cowok gue gak tau, sih. Mungkin ajah iya," terang Cassha tanpa menatap lawan bicaranya. Cowok itu masih tetap terfokus memainkan aplikasi game PUBG dilayar ponselnya, sambil sesekali mengumpat ketika ada kesalahan dari permainan itu.
"Yang lo liat kayak anak SMA?" tanya Arka memastikan. Cassha hanya mengedikkan bahunya acuh, tidak ingin diganggu.
"Keliatan kayak setarap Dhena, malah."
"Coba sebutin ciri cirinya," pinta Arka mulai meragu.
"ANJIR! KAWAN GUE BANGSAT SEMUA, NOOB GILA!!" bukannya menjawab, Cassha malah mengumpat kasar kearah ponselnya. Dia menggaruk kasar rambutnya, tak kunjung berhenti berdecak.
"Cas, bicaranya tolong dijaga!" sentak Bargan memicingkan matanya.
"Cas, kalau lo gak jawab pertanyaan gue, nanti malem gue pastiin nyawa lo bakal melayang!" sela Arka dengan nada mengancam. Tidak merasa takut, Cassha malah terkekeh kecil.
"Ancamannya terus ajah ngilangin nyawa, nyatanya malah gak kesampean."
"Cas, gak bisa serius?" sela Arka tajam.
"Ini bukan hubungan yang perlu diseriusin Ar,"
"CAS!" kini Arka dan Bargan serempak membentak Cassha yang langsung meringis.
"Kalau mau koor, jangan suruh gue ngedengerin, gue gak jurusan seni."
"Cassha, ancaman gue nanti bakal terjadi nanti malam. Liat ajah lo," ancam
Arka kesal.Cassha kembali terkekeh, sambil nyengir lima jari menunjukkan deretan giginya.
"Besok malam ajah gimana, gue mau kehotel sama yang besar besar."
"Cassha, lama lama gue sunat lo buat kedua kalinya." Bargan sudah benar benar dongkol liat teman jahilnya itu. Belum lagi kata kata ambigu mautnya Cassha yang selalu menjurus pada hal hal berbau negatif.
"Maksud gue, nanti malam gue bakal kehotel sama anak anak angkatan gue. Kan kalian pada tau anak angkatan gue badannya besar besar." percayalah, Cassha hanya ingin membela diri dari tatapan tajam temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Adhena (Complete√)
Teen Fiction"Seharusnya gue tau Na, kalau lo itu hanya sebatas rubik, sulit buat ditebak. Kadang, semampu apapun kita buat susunan rubik itu jadi, tak berarti apapun. Malah rubik itu bisa makin berantakan." ucap pria itu dengan nada yang terdengar sedikit lirih...