hiji

872 31 3
                                    

adzan subuh berkumandang, langit mulai membiru , kicauan burung yang terdengar jelas membuat ku terbangun,

rambut berantakan , tak bisa d ajak kompromi, membuatku ingin cepat memotongnya secara tidak santuynya.

belek di mataku yang membuat pandangan menjadi putih'putih berhadiah, yang akhirnya aku buang secara tidak layaknya

dan.. teriakkan mamaku yang menggelegar, ingin sekali. aku berteriak kepada mama, tapi suara serakku ini pula tidak bisa di ajak kerjasama.

"vien, mau makan apa?" tanya mama yang sedang menyiapkanku teh manis hangat

"telor kocek aja, ma". hanya manusia cerdas yang mengerti telor kocek. yang tidak tau, cepatlah berpikir

"sholat dulu sana" ucap uwaku yang baru keluar dari kamar mandi

*uwa itu kalo di istilah orang sunda, kakaknya mama/papa

"iya , ini mau wudhu" ucapku pelan

sesudah sholat

"ini telornya, jangan lupa abisin, nasinya jangan lupa abisin juga"

"iya" setelah mengucapkan kata iya pun aku segera melahap telur kocek dan nasi putih buatan mama yang nikmatnya mengalahkan masakan'masakan restoran mahal, cih lebay.

sesudah menghabiskan nasi putih dan telur kocek itupun, aku menyiapkan perlengkapan apa saja yang harus di bawa ke kamar mandi, ya.. perempuan kalau mandi kan harus membawa perlengkapan'perlengkapan tertentu..

"na, itu airnya udah ya, kalau kurang anget kamu tambahin aja air dingin" kata uwaku yang sudah menyiapkan air panas untukku mandi,

ya, aku itu kalau mandi subuh tidak bisa memakai air dingin, walaupun itu sehat, tapi aku tidak bisa, dan siapa yang nanya?

suara motor terdengar di telingaku, saat aku sudah di kamar dan memakai baju untuk sekolah

"itu, uwa kamu sudah sampai" kata mama

ya, aku anak yatim, papaku meninggal di saat aku sekolah dasar kelas satu, tapi... tidak apa, aku harus membuktikan pada papa, mama dan semua keluarga besarku bahwa aku bisa mencapai cita-citaku,

walaupun aku terlahir dengan ke cuek-an yang membuat banyak orang jengkel, tapi tidak sedikit orang juga menyukaiku kok

"cepetan pakai kerudungnya, nanti telat loh"

"heem" ucapku yang sedang menancapkan peniti kecil pada kerudung putihku

meskipun begini kentangnya,aku pakai kerudung ke sekolah, doakan agar bisa seterusnya dan istiqomah, ya

"semua sudah beres"

"iya mah, vien berangkat dulu ya, uwa'uwa viena berangkat ya, assalamualaikum"

"iya, walaikumsalam, hati-hati" ucap mama dan kedua uwa perempuanku







ckitt

"ini helmnya" kata aku , yang sedang riweuh dengan jaket tebal ini, helm sudah ku kasihkan pada uwa laki-lakiku yang setiap hari mengantar jemputku itu

selesai ku benarkan kerudung yang melenoy ini di kaca spion, aku tentunya salam kepada uwaku, dan
"yaudah, nanti jemput jam setengah 4 weh ya"

"iya" jawab uwaku yang akhirnya melipat jaket dan memasukkannya ke dalam tas hitam khusus jaket dan helmku itu

"assalamualaikum bu" ucapku yang sambil salim ke ibu guru yang ada di depan gerbang

si ibu malah mengacangiku, alhamdulilah aku tidak baperan . ku tinggalkan saja dua guruku yang mengacangiku secara tidak aesthetic nya

sesampainya di kelas. ku taruh tasku yang tadinya ku gandong dan kutaruh totebag ku yang sudah buluk itu dan mengaitkannya di ujung kursiku

"aisya, kamu padus kan?"

"iya cuy, kamu sama lianti aja atuh"

"lian mah suka telat wae kalo upacara teh, kesel"

*ting

eh ko ada notif instagram?

@atalaramadhan telah mengikuti anda

siapa sih ini?

"sya, kamu ngefollow aku ini ga?" tanyaku pada aisya

"hn..iya, kenapa na?" jawab aisya dan kembali berbalik tanya

"dia ngefollow aku, siapa sih?" ucapku diiringi pertanyaan, lagi

"masa kamu gatau, dia teh kakel kita tau, osis, kelas 12" ucap aisya meyakinkanku

"hah? ko aku gakenal, dia mentorin kita gasih pas ospek?" tanyaku lagi

alviena banyak tanya, skip.

"ngga sih, dia mentorin kelas 10-H ips kalau gasalah" jawab aisya

"aku belum liat wujud aslinya, keliatan pendek masa di foto" ucapku yang tidak disetujui oleh aisya

"ngga kok na! dia tinggi banget malahan, coba deh liat nanti" aisya meyakinkanku, lagi

apa benar seperti itu? setinggi apa sih dia? ko aku jadi kepo?

"kelas 12 mana?" tanyaku yang berusaha menutupi pipiku yang merona entah sejak kapan

"12 B- ipa kalau gasalah" jawab aisya setengah yakin

"di bawah dong?" tanyaku yang mungkin aisya pun malas menjawabnya lagi

"iya, kayanya itutuh, kelasnya" jawab aisya yang menunjukkan kelas dari si "atala" ini

"oh itu.. kok aku kepo ya?" cicitku yang masih bisa didengar oleh aisya

"kak atala itu ganteng loh, nanti kamu ngeceng lagi, cie.. " jawab aisya yang membuatku mendelik kearahnya

"gatau tuh, lagian, dia yang mulai kan nge follow duluan" sedikit pembelaan, ya-sedikit.

"hati-hati deh na, nanti di modusin doang, eh pas kamunya bucin, di tinggal, cowo jaman sekarang kan.. kaya gitu semua rata-rata" ucap aisya yang menasihatiku

"siap! tapi ko aku ngerasa, kak atala ini beda ya?" ucapku yang sepertinya sudah tersihir oleh perlakuan kecil seorang atala ini

"gatau, liat aja nanti"

















                                         

tbc.

bandung,19 okt 2020- re(publish)

harapan [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang