0. Sedikit Mengintip dari Balik Jendela.

1.6K 112 6
                                    

Jungkook semestinya tahu, Seokjin tak akan mengizinkannya barang sekali.

Jungkook itu bebal, tapi Seokjin level keras kepalanya lebih dari itu. Bahkan batu sekali pun punya penawar untuk melunakkannya, ya well, walau dalam jangka waktu tak terkira.

"Hyung, sekali saja. Kumohon." Sudah pasti Jungkook berkata sembari menggenggam tangan Seokjin erat lengkap dengan mata penuh harap-tahu letupan di mana bintang jatuh datang? Di sana, di mata Jungkook, terekam sebuah harapan. Mirip dengan meteor yang melesat cepat-indah namun menyakitkan di waktu bersamaan.

"Kumohon ya, Hyung. Sekali saja."

Seokjin sudah tak tahu lagi apa yang ada di adiknya itu. Rasanya ingin saja membawa Jungkook ke dokter bedah otak, mengeluarkan isi pikiran-pikiran konyol. Sumpah, bibir Seokjin sudah ia gigit keras-keras. Menghadapi polemik seperti ini, lebih menyusahkan dibanding disuruh memilih siapa presiden yang akan ia pilih di pemilu era mendatang.

Jungkook tahu, dirinya adalah kelemahan Seokjin. Ia terlampau tahu. Terlalu terlihat. Mau bukti? Di malam natal, permintaan Jungkook hanya satu, membuat kakaknya putus dengan Min Yoongi. Dan, dia dapatkan itu. Seminggu setelah salju mulai mengering.

Tentu, Jungkook menemukan Seokjin terdiam seraya menangis dibalut dengan kesunyian. Sekali lagi, jika itu membuat Jungkook bahagia, Seokjin akan melakukan apapun. Apapun.

"Jadi, kau setuju kan, Hyung?"

Entah sejak kapan, air mata itu sudah turun. Tidak terlalu deras, tak juga mengeluarkan suara rintih penuh sesak. Genggaman Seokjin mengerat sementara wajahnya mulai tertunduk-tidak, ia tak mungkin siap menabrak bola mata Jungkook saat ini, besok, lusa, tahun depan-

Beruntung, taman ini cukup sepi. Hanya satu pasangan kekasih yang sudah terlarut dalam dunianya. Jungkook sendiri tetap menatap Seokjin konstan, mulai meremas tangannya secara perlahan.

“Hyung?”

I let you go.”

***

Mine, Mine, Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang