Aksara Jihan

25 2 0
                                    


"Gamau Han, kamu liat deh, keliatannya panas gitu. Kamu pergi sendiri aja, gimana?"

Aksara masih mencoba berbicara setenang mungkin. Dia merasa tak habis pikir dengan cara berpikir manusia. Jihan contohnya.
Logikanya begini, jika dirinya sendiri saja malas untuk pergi ditengah teriknya sang surya. Lalu, mengapa harus memaksa orang lain menggantikan?
Dan mengapa jika mendapat penolakan, akhirnya marah, akhirnya tidak suka. Padahal, hak Aksara untuk menolak. Lagipula yang sebenarnya butuh itu siapa? Jihan atau Aksara?

"Ra, kamu kalo sama temen jangan perhitungan. Nanti kan juga kamu ada butuhnya sama aku. Ini aku beneran lagi pengen yang dingin-dingin seger gitu. Tinggal ke depan doang deket kok, atau naik motor deh."

"Yaudah, kenapa enggak kamu aja yang pergi? Kan dekat tinggal ke depan aja, tinggal naik motor."

"Aku malas Aksaraaa....."

"Aku juga malas Jihan."

"Nih ya Ra, kamu kalo nolongin orang nanti jadi ibadah lho Ra. Dapet pahala juga kamu nanti."

"Tapi harus ikhlas kan Han?"

"Ya emang kamu ga ikhlas?"

"Kalo sekarang sih engga. Panas. Nanti deh, kalo agak teduh. Tapi, kalo kamu ga sabar yaudah pergi sendiri aja."

"Ah nyebelin banget kamu Ra."

Jihan meninggalkan Aksara begitu saja. Marah karena Aksara tidak memenuhi inginnya.
Lucu, pikir Aksara. Bukan karena Aksara tidak ingin membantu. Tapi ya, lihat kondisi juga jika ingin meminta bantuan. Dan lagi, kenapa harus marah jika menerima penolakan? Lagipula ini yang sebenarnya ingin siapa? Jihan atau Aksara?

Kenapa tidak saling memahami dan memposisikan dirinya di posisi orang lain?
Aksara melakukannya, tahu bahwa Jihan ingin jus yang katanya tinggal beli di depan dan bisa naik motor jika Aksara mau menolong. Tapi Aksara menolak. Bukan tidak ingin membantu. Hanya saja, teriknya sang surya membuat Aksara urung. Gerah sendiri meskipun baru mendongak beberapa menit.

Lalu kenapa Jihan kesal?
Aksara pikir mungkin Jihan mengira dirinya tidak akan menolak. Karena seperti biasa, Aksara selalu mengiyakan apa mau Jihan. Berbeda dengan hari ini.

Warna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang