CHAPTER 13 [END]

259 12 3
                                    

~ HAPPY READING ~

===========================================================================

Selama aku melewati hari-hari ini bersamamu...

Dari awal...hingga akhir.

Tak ada sedikit pun bagian yang kusesali.

Sekali pun rasa sakit ini~


"Arrrrgghh! Kenapa...disaat seperti ini! Payah!!!"

Kibum berkali-kali berusaha menghidupkan kembali mesin mobilnya, namun sepertinya benda tua ini tak bisa diajak kerja sama. Berkali-kali pula ia memukul stir untuk melampiaskan kekesalannya...tapi, astaga...diam ditempat selama lebih dari tiga puluh menit, jika ia tak paham mengenai mesin mobil bukan tak mungkin sebentar lagi ia akan berubah menjadi daging beku.

"Uhuk!"

Kepulan asap bergumul memenuhi udara saat namja cantik itu membuka kap belakang mobilnya...dan segera setelah asap menghilang, ia dapat melihat kondisi mesin mobil yang berdebu, usang dan berkarat. Tunggu, benda ini mobil...atau rongsokan? Kibum lupa kapan terakhir kali ia membawa benda ini ke bengkel untuk melakukan perawatan. Mungkin tiga bulan lalu atau bahkan lima bulan lalu.

Lebih baik ia minta pada Minho untuk mengurusinya setelah pulang nanti~

Mengusap tengkuknya saat hawa dingin menyapa, menoleh kesegala arah...tak ada satu pun kendaraan yang lewat. Ia seperti orang bodoh yang tersesat, berjalan kesana kemari untuk menghangatkan tubuh...ini adalah jalan menanjak menuju bukit, rumah Jinki memang berada diatas bukit yang terletak agak jauh dari kota, pantas saja kehidupan pribadinya jarang terekspos oleh media. Dari atas sini Kibum dapat melihat betapa dalamnya jurang yang berada tepat disisi jalan tempat ia berada, juga jalanan sepi yang berkelok-kelok dibawahnya...

"Errgh! Astaga aku bisa gila kalau seperti ini terus!"

Menendang ban mobil yang mulai membeku akibat tertutupi bunga es, cuaca semakin dingin...dan kalau seperti ini terus, masih sempatkah bertemu dengan Jinki? Ani, bukan itu...bukan? yang sebenarnya ia rasakan adalah...hanya ingin, bertemu dengan pemilik mata tipis itu secepatnya~

Tak ada pilihan lain, selama kakinya belum membeku...ia masih memiliki kesempatan untuk menemui Jinki. Kibum membuka pintu mobil dan dengan cepat menyambar mantel merahnya yang tergeletak di jok belakang, mengenakannya dan menutupi kepalanya dengan penutup kepala. Ingin bertemu...hanya ingin bertemu dengannya. berlari meninggalkan mobil...tanpa peduli pada hawa dingin yang menyerbu tubuh kurusnya.

.

.

.

"Minho, aku mencintainya...sangat sangat mencintai Jinki. Dan aku tak kan pernah menyesali hal itu..."

Mencintai...yah, bukankah itu perasaan yang membahagiakan? Jika Kibum bahagia...ia pun akan turut merasa bahagia, karena mereka bersaudara. Ia dan Kibum memiliki darah yang sama, tumbuh bersama dan hidup bersama...selama ini, tanpa ada beban, saling mengisi, hidup hanya berdua. Selalu...bahagia, walau tahu...jika suatu saat akan berpisah.

Masih terngiang dengan amat jelas ditelinganya...kata-kata terakhir sang hyung yang membuatnya membisu dan terdiam. Seolah memohon pada waktu agar memberinya kesempatan untuk merenung. Apa alasan dari semua ini?

Tidak ada.

Tidak ada alasan untuk semua ini, tidak ada alasan baginya untuk mengadili Kibum...dan tidak ada alasan baginya untuk melarang Kibum mencintai Jinki.

CHECKMATE : POLARISWhere stories live. Discover now