Istri Gemuk

850 45 3
                                    


"Aku tuh malu, punya istri  gendut. Nggak bisa rawat diri, kaya waktu masih gadis. Langsing, cantik. Rasanya pengin aku tinggalin aja." Tiba-tiba, temanku Anto mengeluarkan kekesalan di depanku.

"Anto, dulu istrimu berat badannya berapa?"

"Kok, nanya itu. Nggak tau lah, tapi yang jelas dulu dia itu nggak kaya sekarang."

"Berarti kamu untung."

"Kok, untung."

"Iya untung, misalkan dulu istrimu bb 45, sekarang jadi 65. Itu artinya, kamu nggak sia-sia bayar mahar mahal-mahal. Kamu, sudah untung 20kg."

"Hah, nggak jelas ngomong sama kamu," sungutnya.

"Pak, ini kopinya." Istriku datang, dengan nampan berisi dua cangkir yang tampak mengepulkan asap. Seketika Anto melongo, melihat tubuh istriku yang jauh dari kata ideal.

"Makasih ya, Sayang."

"Ih, si Bapak. Malu ada tamu, juga." Si Sri tersenyum, malu. Pipinya tampak merah, bersemu. Lalu ia pergi ke belakang lagi.

"Anto!"

"Eh, iya."

"Segitunya liat istriku," ucapku sambil menaikkan alis.

"Kamu gimana bisa bertahan sama ...."

"Karena cinta, aku bertahan. Buat apa istri langsing dan cantik, tapi banyak yang melirik. Yang ada bikin sakit."

Aku tersenyum, melihat Anto masih mematung, tak bisa berkata-kata.

"Anto, lebih baik berdamai dengan keadaan. Jangan malah melupakan dan pergi meninggalkan istrimu, yang sudah berjuang melahirkan penerusmu."

Mata Anto tampak berembun, tidak lama pria sok ganteng itu pun pulang.

End

Bekasi

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang