Gia sedang berada di caffee milik sahabatnya, Nick. Tangan kirinya menopang pipi sementara mulutnya sedang sibuk menyeruputi milkshake coklat melalui sedotan. Pandanganya menatap kosong kedepan. Pikiranya terfokus pada kejadian malam sebelumnya. Gia mengutuk mulutnya sendiri yang dengan lancang melakukan protes secara tidak langsung pada Jey.'Percaya padaku, sentuhanku jauh lebih mematikam dari pada bisa ular.'
Sungguh penolakan yang sangat mulus dari Jey untuknya. Gia dibuat malu bukan main oleh lelaki itu, dan naasnya lagi, Jey seakan mendengarkan penawaran Gia untuk menjadikan gadis ini sebagai pembantunya. Seperti pagi ini, lelaki itu dengan sengaja membuat Gia untuk menyiapkan setelan kerja dan membantu Prescott menyajikan sarapan untuknya. Sepanjang pagi Gia harus berusaha menyembunyikan semu kemerahan pada kedua pipinya akibat sekelebat ingatan malam sebelumnya.
"Aaaaarrrgh...! Sial! Siaaaalll...!"
Teriakan tiba-tiba dari mulut Gia membuat hampir seisi caffee menoleh kearahnya. Nick yang nampak sibuk didepan mesin kopi segera memberi gestur permintaan maaf pada pengunjung caffee nya. Dan Gia, gadis ini membentur-benturkan keningnya dengan pelan pada meja bar didepanya.
"Mau kubantu?" Tawar Nick sambil mengangkat tumblr ditanganya.
"Sialan!"
"Gila."
"Aku cakar juga kamu lama-lama!"
"Ah! Takut." Jawab Nick dengan datar kemudian kembali menyelesaikan secangkir macchiato buatanya. "Akhir-akhir ini kau aneh." Tambah Nick kemudian.
"Akhir-akhir ini kau menyebalkan."
"Baru sadar kau rupanya."
Gia menarik nafas kasar karena semakin frustasi. Berbicara dengan Nick sama dengan menguji kesabaranya, lelaki ini sangat menyebalkan namun dibalik sifat menyebalkanya itu, Nick akan selalu siap membantunya. Bahkan sebenarnya Nick bisa saja meminjaminya sejumlah uang untuk bertahan hidup sedikit lebih lama, tapi Gia tidak mau lagi merepotkan temanya ini, maka dari itu Gia menolak dan memilih jalan singkat yang ternyata menguras pikiranya.
Tatapan Nick tiba-tiba menajam. Tidak biasanya lelaki ini menajamkan tatapanya, kecuali jika memang ada sesuatu yang mengusik amarahnya.
"Hai Nick.. Apa kabar Gia.."
Sapa lelaki yang tiba-tiba duduk disebelah Gia, gadis ini merespon sapaan tersebut dengan wajah dingin dan acuh.
"Mau apa kau kesini?" Suara Nick menajam seketika.
"Rindu latte buatan Gia."
"Sayangnya Gia sudah tidak lagi bekerja disini." Lagi-lagi Nick yang menjawab.
"Mulutmu masih saja tajam, Nick."
"Dan urat malumu belum juga tersambung, Jim."
Gia kembali menghela nafas melihat sahabat dan mantan kekasihnya saling melemparkan tatapan mematikan satu sama lain. Mantan kekasih? Jim atau Jimin adalah satu-satunya mantan kekasih dan lelaki yang pernah dikencani oleh Gia, dan karena lelaki brengsek inilah Gia terpaksa harus menawarkan diri pada pria misterius dan aneh seperti Jey. Jey.. Jey.. Jey.. nama itu selalu berputar-putar dikepala Gia seakan terdapat sebuah hubungan yang tidak dimengerti olehnya.
"Biarkan saja Nick, akan aku buatkan latte untuknya."
Gia beranjak dari duduknya dan mulai mengambil alih mesin kopi yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan Nick.
Jimin. Lelaki ini sudah meninggalkanya beberapa bulan silam dan entah bagaimana dia tiba-tiba muncul dihadapan Gia tanpa rasa bersalah sedikitpun. Sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa Jimin akan meminta maaf pada Gia, terbukti dari sikapnya yang menunjukan seakan tidak pernah terjadi apapun diantara dirinya dan Gia. Tapi meskipun demikian, Jimin masih tetap sama, senyumnya dan tatapanya pada Gia tidak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]
Fanfiction[21+] [Mature Content] Pernahkah kalian menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga? Itulah yang terjadi pada Gianna-Han tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga. Jey adalah seorang laki-laki k...