Solo, 2018.
Aku berangkat sangat pagi, tak lupa kubawa bekal sarapan yang belum sempat aku makan. Aku sampai di sekolah pukul 05.50 dalam artian jam ke-0 akan dimulai dua puluh lima menit kemudian. Kulihat koridor kelas masih sepi, terlihat penjaga sekolah sedang mengepel lantai. Tidak sia-sia aku mandi kedinginan pagi-pagi buta. Setidaknya, si aneh itu tidak mengikutiku sepagi ini.
Kuletakkan tas ranselku di bangku belakang, kelas masih kosong dan aku sendiri. Tentu saja karena aku datang sangat pagi, Saat ini saja kuperkirakan Mala sedang mandi. Aku meletakkan kepalaku diatas lipatan lengan kemudian menutup mata sejenak—menenangkan diri di pagi yang sunyi. Beberapa saat kemudian, aku mendengar langkah kaki mendekatiku. Terdengar deritan kursi yang ditarik kebelakang—aku masih tetap pada posisi ku—hingga akhirnya suara bisikan yang memaksaku membuka mata dengan lebar.
"Selamat pagi jodohku!"bisik seorang laki-laki yang sudah ku pastikan adalah Fatih—orang aneh menyebalkan.
Aku membuka mata dan mendongakkan kepala, terkejut ketika Fatih sudah duduk di bangku depanku dengan posisi bertopang dagu, "Astaga!"
"Wah kebetulan yang menyenangkan, aku berniat datang pagi supaya bisa menyambutmu tapi kamu juga datang pagi. Ah Lana, ternyata kita punya pemikiran yang sama ya?"
Aku memutar mataku jengah dan kembali ke posisi semula.
"Lana...aku punya sesuatu yang bakalan buat kamu tersenyum,"ucapnya yang masih ku hiraukan."Lana lihat ini!"
Aku mendongakkan kepalaku dengan malas. Seketika mataku membulat sempurna ketika melihat replika bunga matahari yang dilapisi toples kaca untuk menutupinya. Sangat indah. Seperti bunga abadi yang terdapat dalam film Disney "beauty and the beast."
"Bagus kan?"
"Kamu...."
Fatih masih melihatku dengan sangat antusias.
"Sebenarnya kamu itu siapa? Bunga matahari? Darimana kau tau?"Fatih tersenyum penuh arti, membuatku semakin curiga dengan senyum yang terukir diwajahnya.
"Kemarin aku lihat kumpulan replika bunga matahari yang kamu pasang di lemari buku rumahmu, aku pikir kau akan senang dengan ini."
Aku menatapnya tidak percaya, sedetail itukah dia mengamatiku?
"Kau punya alasan lain? Pasti punya kan?"
"Iya," ucapnya ragu-ragu. "Alasannya adalah melihat senyummu yang khusus untukku."
Aku memutar mataku jengah mendengar jawaban darinya.
***
"Lana, kok akhir-akhir ini aku liat kalian tambah Deket sih..." Celetuk Mela saat aku membaca novel.
Aku berdecak pelan dan meletakkan pembatas buku di halaman yang aku baca, "kata siapa? Orang aku ga peduli kok."
"Terus nih ya, aku pikir-pikir Fatih itu suka sama kamu!"
"Dia cuma iseng..." Sahutku pelan sambil membalik halaman selanjutnya.
Terdengar helaan nafas panjang Mala setelah aku mengatakan hal itu. Sebenarnya aku masih bingung dengan sikap Fatih akhir-akhir ini yang kian menjadi. Bahkan, hampir saja dia menggeser posisi Juna dalam ceritaku. Astaga, semesta ada apa lagi selanjutnya?
"Lana lihat Fatih!" Ucap Mala yang membuatku mengalihkan pandangan dari novel yang ku baca.
Terlihat Fatih yang sedang bermain basket di lapangan menolong seorang wanita yang terjatuh di dekatnya. Yeah, aku tau wanita itu hanya ingin menarik perhatian Fatih—terlihat dari wajahnya yang tidak meyakinkan. Aku masih melihatnya melalui jendela kelas yang langsung mengarah ke tengah lapangan. Saat tatapan mataku bertemu dengan Fatih, aku mengalihkannya dan kembali membaca novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku [ H I A T U S ]
Teen Fiction[PENGUMUMAN!] Akan berubah alur namun dengan tokoh yang sama !! 'Aku Tentang diriku yang tak mudah beralih, Dirimu yang Jauh melukis jarak, Dan Dirinya yang berjuang mengikis waktu tuk terus bercerita. Karena jarak memiliki arti yang berbeda, entah...