Posisinya sekarang mereka semuanya tengah berkumpul mengelilingi api unggun yang sudah dibuat langsung oleh kakak-kakak kelas tercinta, mereka semuanya sedang mendengarkan cerita dari Bu Mika sambil sesekali memeluk dan mengelus tubuhnya sendiri agar rasa dinginnya segera menghilang dengan cepat, suasana disini sangat dingin--ingin sekali masuk ke tenda, menarik selimut dan tertidur namun itu hanya khayalan mereka untuk saat ini.
"Anying dingin banget," celetuk Reza tak kuasa menahan tubuhnya--padahal di depannya sudah ada api unggun, walaupun terhalang beberapa temannya yang terduduk di depan--posisinya ia duduk di paling belakang bersama yang lain.
"Iya yah dingin banget, perasaan gue jadi gak enak gini..." Balas Clara yang sudah overthingking, setiap kedinginan ia selalu merasa aneh--perasaanya mulai tidak enak.
"Kan anginnya emang dingin, kayaknya mau hujan deh..." Sahut Bara sembari melihat ke arah langit.
"Terus gimana dong?" Metta bersandar pada pundak kekasihnya dengan manja. sedangkan Bara merangkul kekasihnya agar tidak kedinginan.
Namun Aruna berbeda dari yang lain, perempuan itu memakai jaket tipis sedangkan yang lain tebal, Aruna terus menatap ke arah depan--tepatnya menatap Tristan yang tengah bersebelahan dengan Farah, sesekali ia melihat Farah menyimpan kepalanya di pundak Tristan dengan sengaja.
"Aruna lo gak dingin apa?" Tanya Anya keheranan--padahal tubuhnya sudah sangat menggigil.
Tanpa menoleh Aruna menjawab. "Dingin apanya? Orang panas gitu..."
Teman-temannya langsung menatap Aruna aneh, ia benar, Aruna terlihat sedang menahan cemburu.
Namun beberapa detik kemudian Aruna menoleh dan berkata dengan polosnya. "Nyeblak yuk! Gue butuh asupan seblak buat menghilangkan rasa ini!!" Aruna benar-benar terlihat dramatis, gadis bar-bar ini rupanya jika sedang cemburu--agak lebay yah.
Plak!
"Aww..."
Anya langsung memukul pelan paha Aruna.
"Ini kan di hutan bambamk! Bisa gak? Cari makanan yang mudah di dapetin disini!" Ujarnya agak nyolot.
"Tapi gue butuhnya seblak--" rengek Aruna sambil memeluk tubuhnya sendiri dramatis.
"Iya tapi anying, seblak kayaknya enak nih, buat ngilangin rasa dingin kehilangan ayang..."
Plak!
Kali ini Metta yang memukul Bara. "Ayang mu ada di sini, geblek!"
"Canda beb, jangan kebawa nafsu--" Bara menutup mulutnya langsung.
"Beb ih apa-apaan sih?" Metta terlihat salah tingkah.
"Beb, pikiranmu!" Bara terlihat gemas pada Metta.
"Anying gue butuhnya seblak bukan liat lo berdua bucin!" Gerutu Aruna kekesalan.
"Seblak dimana sayangku?!" Anya tampak sebal.
"Pengen seblak tapi buatan ayang--"
"Kayak lo punya ayang aja, nying!" Sela Reza agak nyolot.
"Punya lah!" Aruna terlihat bangga bahkan sampai mengibas rambutnya ke belakang.
"Siapa?"
Dengan bangga Aruna menjawab. "Sidharth Malhotra..."
Semuanya langsung terdiam dengan wajah tanpa ekspresi nya, lagi-lagi Aruna berkhayal.
"Baiklah anak-anak, hari ini kalian istirahat ya dan besok kita lanjut lagi." Ujar Bu Mika sebelum pergi menuju tendanya.
Satu persatu murid masuk ke dalam tendanya, tidak dengan Aruna dan kawan-kawannya, mereka malah sibuk berpikir, bagaimana cara mendapatkan seblak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA STORY: Feel Again [Lengkap]
Ficção AdolescenteAruna seorang anak 'broken home' yang memiliki sifat bar-bar dan semaunya. Dirinya hanya tinggal bersama ayah dan kakak laki-lakinya saja yang bernama Ethan. Mereka tak pernah memberikan perhatian lebih kepada Aruna hingga gadis itu selalu bertingka...