"Seblak is my life." Ujar Bara yang masih bersemedi dengan matanya yang terpejam menunggu makanan yang 'katanya' akan dibawakan untuk mereka namun sudah hampir 2 jam lamanya. Baik Banni ataupun Aruna belum juga muncul batang hidungnya.
Veronica garuk-garuk kepalanya, sesekali menguap, tak kuasa menahan rasa mengantuk pada dirinya apalagi sekarang ia harus menunggu Aruna yang entah kapan akan datang; demi makanan gratis pun ia rela menahan rasa ngantuk, kedinginan demi sebuah makanan yang bernama 'Seblak'
"Ini mereka pacaran dulu atau gimana sih?!" Keluh Anya kekesalan.
"Iya anying ah, balik ke tenda aja lah!" Veronica segera bangkit dari posisinya dan berjalan menuju ke tendanya diikuti yang lainnya kecuali Bara dan Reza yang masih setia bersemedi
---
"Mi!" Panggil Farah memelas, ia ingin pergi ke toilet namun takut pergi seorang diri sedangkan teman se-tenda nya malah malas-malasan sambil bermain ponsel itupun sepertinya tidak ada yang memberikan pesan––sepertinya.
Merasa ternganggu Mia menjawab. "Apaan sih!"
"Anter..." Cicit gadis itu memelas.
Dengan amat terpaksa Mia bangun. "Iya-iya!"
Disaat perjalanan mereka melihat Bara dan Reza yang tengah bersemedi––keduanya mengernyit dan ketakutan seketika––mungkin mereka mengira jika kedua manusia tersebut akan kesurupan makanya mereka buru-buru berlari ke toilet yang jaraknya memang agak jauh dari sana.
"Anjir, itu mereka kenapa?!" Farah tak habis pikir dengan adik-adik kelasnya yang sekarang, berasa aneh tapi nyata.
"Kemasukan kali?" Tebak Mia masih sempat-sempatnya bertacap.
"Gila nih, kayaknya angkatan ini harus di ruqyah semua deh! Heran pada aneh dan gak tau diri!" Farah terlihat kesal apalagi saat membayangkan Aruna yang selalu di perhatikan Tristan, apa spesial nya sih dia? Sampai-sampai Tristan begitu memperhatikan.
"Gue kesel banget sama yang namanya Aruna itu!" Cerita Farah masih dengan wajahnya yang kesal.
"Iya mau gimana lagi dong, adiknya si Ethan..."
"Dia tuh kayaknya ngasih Tristan pelet deh? Sampai-sampai si Tristan--"
Mia menggeleng kepalanya terheran-heran. "Please lah, ini zaman modern! Pemikirannya juga harus modern!"
"Tapi ya kan gak ada yang gak mungkin." Farah tetap mengelak, saking tak sukanya ia pada Aruna.
"Denger ya, Tristan yang bernotabe seorang cowok dingin dan gak suka deket-deket cewek, sekarang malah hobinya nempel sama Aruna, itu lah yang jadi pertanyaan gue!" Jelas Farah.
Mia menghela nafas. "Ya kan Tristan suka sama Aruna, gitu aja lo gak ngerti..."
"Tapi kan suka sama cinta beda!"
"Ya berarti, Tristan udah cinta sama Aruna, udah mentok ke sana dan lo cari aja cowok lain gitu––yang mau sama lo!" Jelas Mia sambil sesekali menghela nafas, malam-malam begitu Farah masih saja memikirkan Banni.
Farah mendelik pada Mia. "Lo kan katanya suka sama Tristan?"
Mia terlihat acuh. "Di mulut doang gue ngomong begitu, aslinya enggak. Cowok kurang ajar dia tuh!"
"Tapi dia--" Farah membayangkan Tristan yang tersenyum padanya.
"Dia--"Seketika perempuan itu tersenyum-senyum sendiri saat sedang membayangkan Tristan.
Namun Mia hanya menatap temannya pasrah, pandangan nya beralih pada kedua anak manusia yang tengah berjalan sambil membawa beberapa kantung kresek.
Mia terbelalak, bahkan sampai memegang dagu Farah agar gadis itu bisa melihat apa yang dia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA STORY: Feel Again [Lengkap]
Ficção AdolescenteAruna seorang anak 'broken home' yang memiliki sifat bar-bar dan semaunya. Dirinya hanya tinggal bersama ayah dan kakak laki-lakinya saja yang bernama Ethan. Mereka tak pernah memberikan perhatian lebih kepada Aruna hingga gadis itu selalu bertingka...