"NATA!!!" Teriak Arkan dari dalam kelas, ketika melihat teman dekatnya atau bahkan saudaranya sudah kembali masuk sekolah. "Gue kangen sama lu.." Pelukan yang diberikan oleh Arkan cukup erat membuat Adinata sedikit kewalahan."Lepasin hamster gue gak bisa nafas!"
Arkan tersenyum. "Maaf, gue kesenengan lu masuk sekolah lagi. Kalo di itung-itung ya, lu udah hampir sebulan gak masuk sekolah."
"Ya, lu tau sendirikan keadaan gue kaya gimana sekarang."
"Sekarang? Sekarang lu sehat, sangat sehat. Gue seneng lu bisa masuk lagi."
"Gue juga seneng bisa ngerasain suasana kelas lagi, gue pikir gue gak akan bisa ngerasain suasana kelas lagi."
Arkan tersenyum sambil merangkul sahabat sekaligus saudaranya itu.
"Duduk disini, lu udah sarapan?"
"Udah, tadi sama bubur buatan Bunda."
"Kok gue kangen Bunda ya? Gue pulang sekolah kerumah lu ah, mau minta makanan."
"Lu mah emang suka makan, oh ya, ngomong-ngomong gue liat catatan lu."
Arkan hanya tersenyum. "Lu tau gue kan? Gue gak pernah nyatet, lu pinjem aja ke Naressa pasti dia nyatet semua materi."
"Oh iya, nanti gue bakalan minjem buku catatannya dia."
Obrolan Adinata dan Arkan terhenti karena bel pertanda masuk sudah berbunyi. Adinata sempat beberapa kali mengusap bahu sebelah kanannya yang sedikit ngilu, Arkan yang ada di sampingnya merasa khawatir.
"Lu oke?"
Adinata mengangguk. "Gue Oke, lu perhatiin aja guru di depan, gue baik-baik aja."
"Bohong lu, muka lu pucet gitu. Gue ijinin lu ke uks ya?"
"Gak usah, berisik lu."
Arkan langsung terdiam dan kembali memperhatikan guru yang tengah menjelaskan. Hingga waktu terus berjalan, tak terasa sudah empat puluh menit pelajaran sudah selesai, tinggal melanjutkan ke jam pelajaran kedua dan ketiga setelah itu mereka beristirahat untuk mengisi perut mereka dan juga beribadah.
"Laper, kantin yuk?" Ajak Arkan ke Adinata yang masih mencatat materi yang tertinggal.
"Duluan aja, gue masih harus nyatet ini."
"Buruan ah, gue kasih lu dua pilihan, mau ke kantin sama gue sekarang atau gue panggilin Adit kesini supaya nyeret lu ke kantin?"
Adinata menghentikan catat-mencatatnya dan menarik tangan Arkan menuju kantin. "Bawel lu ah!"
Sesampainya di kantin, Adinata duduk di samping saudara kembarnya. "Kenapa sama muka lu?"
"Arkan ngajak gue ke kantin, tapi gue belum selesai beresin catatan gue."
Aditya terkekeh mendengarnya. "Ya bagus lu punya Arkan, lah gue? si Rahman ninggalin gue dia ada urusan di osis."
"Kayanya lu kesepian ya? Cari pacar gih, lu keliatan ngenes banget."
Aditya memukul pelan kepala saudaranya sambil mendengus. "Terserah lu, lu mau makan apa?"
"Gak tau, gue sih bilang terserah dia."
"Awas aja kalo si Arkan bawain makanan pedes buat lu."
"Gak akan, kata siapa gue bakalan bawa makanan pedes buat sodara lu. Gue bawain bubur ayam special buat sodara lu."
Kedua mata Adinata membola, sedangkan Aditya tersenyum dan memberikan tanda menyetujui pesanan yang dipesan oleh Arkan.
"Pinter lu Kan, gue kira lu bakalan pesenin Nata bakso pedes."
Arkan menyimpan semangkuk bubur dihadapan Adinata. "Makan, kalo enggak gue bakalan bilang ke Bunda."
"Dit, gue tadi pagi makan sama bubur, masa sekarang makan bubur lagi. Pesenin gue bakso tahu ya? Gue pengen makan itu."
Aditya menatap saudaranya dengan tatapan tajam. "Enggak, lu harus libur dulu makan makanan kaya gitu."
"Dit, sekali aja.." Wajah Adinata memelas.
"Enggak, cepetan abisin makanan lu."
Adinata langsung memakan makanan yang telah dipesan oleh Arkan. Aditya tersenyum ketika melihat saudaranya memakan makanannya seperti itu.
"Abisin, biar perut lu gak demo."
Adinata mendengus. "Iya, bawel lu ah."
Arkan terkekeh ketika melihat interaksi antara Aditya dan Adinata. "Lu berdya kaya Tom&Jerry ya, tapi salah satu diantara kalian enggak ada, baru ribetnya kerasa."
"Sirik lu?"
Arkan mendengus. "Kalo gue bilang iya kenapa?"
"Yak lu minta Tante Arda buat hamil lagi, terus lu minta buatin adek deh. Jadi lu ada temen berantem."
Arkan kembali mendengus ketika mendengar jawaban Adinata. "Terserah lu, tapi Nat, lu pikir bikin adek tuh gampang?"
"Tau, tanya aja ke Tante Arda sama Ayah lu."
Aditya hanya terkekeh melihat pertengkaran kecil saudara kembarnya.
"Dit, udah ya makannya. Gue kenyang."
Aditya langsung melihat mangkuk bubur yang ada di hadapan Adinata. "Nat, lu makan sedikit lagi. Tadi pagi lu makan sedikit juga, terus sekarang makan sedikit juga. Lu kapan gendut lagi kalo makan lu kaya gini."
Adinata menatap semangkuk buburnya secara terpaksa. "Gue udah eneg Dit, udah ya. Daripada gue muntahin semuanya kan gak lucu."
Aditya mengambil mangkuk bubur Adinata dan menyimpannya di samping mangkuk kosong makannya. "Yaudah, minum aja air anget nya. Udah itu jangan lupa minum obat. Kan, tolong ingetin dia buat minum obatnya, gue harus pergi duluan nyari Rahman, takutnya tuh anak malah tidur di ruang osis."
Arkan mengangguk. "Ingetin dia buat makan."
Aditya mengancungkan jempolnya.
"Udah? Ke kelas yuk? Lu harus minum obat."
Adinata mengangguk dan berjalan bersama Arkan menuju kelas mereka.
"Minum obat lu, udah itu lu boleh lanjutin nyatet lagi."
Adinata mengeluarkan beberapa tabung obat yang harus ia minum. Arkan hanya menatap sahabat sekaligus saudaranya dengan padangan sendu. "Lu gak cape minum obat banyak gitu?"
"Capek lah, sekarang hidup gue tergantung sama obat ini. Sehari aja gue gak minum obat, udah deh gue bakalan nginep lagi di rumah sakit."
"Emang udah parah banget?"
"Gue pikir sih udah kayanya, soalnya gue yang ngerasain, bahu gue sering nyeri tapi anehnya sekarang nyerinya semua tubuh, kaya tulang gue mau patah. Tapi ya mau gimana lagi, gue harus ikhlas."
Arkan mengangguk dan mengusap punggung Adinata. "Sabar ya, gue bakalan doain semoga lu kuat buat ngelawan penyakit lu dan semoga lu bisa cepet sembuh."
"Amin."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINATA ✔
FanfictionNamanya Adinata Putra Pranaja yang memiliki kekurangan. namun semua anggota keluarganya tidak mempermasalahkannya. Semua anggota keluarganya sangat menyayanginya, melebihi apapun. Namun dalam sebuah keluarga tidak mungkin tidak ada masalah bukan? Ad...