Tuan Jung melangkahkan kakinya menuju kamar Yunho. Beberapa barang sudah dibereskan. Ya, bagaimana pun ia ingat akan menjadikan kamar tersebut sebagai kamar tamu.
Tuan Jung melihat sebuah pemukul baseball, ia pun segera mengambilnya. Ia meremas kuat benda tersebut.
"Akh! A-aku minta maaf Appa."
Ia semakin kuat meremas alat tersebut karena ingat akan masa lalunya. Benda ini adalah saksi bahwa dirinya pernah menyakiti Yunho, lalu mengapa barang ini masih saja Yunho simpan?
Tuan Jung pun kembali menatap sebuah bingkai besar. Ia pun melihat sebuah potret keluara, tetapi ia pun mengerutkan dahinya. Mengapa ada Yunho?
"Yang hadir hanya keluarga saja. Sebaiknya kau pergi."
"Jihoon-ah, Yunho adalah keluarga."
"Taehee, aku tidak ingin ributkan ini."
"Ah baiklah aku mengerti. Umma, tak apa. Yunho akan pergi." Yunho mungkin tersinggung, tetapi ia pergi tanpa marah sedikitpun, hanya... hahhh dia yang tahu bagaimana isi hatinya.
Tuan Jung menghela nafasnya. Di dalam potret sana ada Yunho, dengan begitu ia tahu bahwa Yunho mengeditnya. Ia pun baru menyadari bahwa yang mereka semua katakan benar. Yunho sangat mirip ketika dirinya muda dulu. Tuan Jung hanya menatap barang-barang milik Yunho yang akan maid buang karena perintahnya sebelumnya, tetapi saat ini ia tak akan membuangnya. Baginya ini milik putranya yang berhak ada di dalam Rumah tersebut.
Nyonya Jung pun telah kembali. Kali ini ia akan menuruti apa keinginan sang suami. Ia tak ingin terus membahas Yunho dan semakin berimbas buruk kepada Yunho sendiri. Sudah cukup apa yang anaknya derita. Setidaknya ia tahu bahwa Yunho bersama orang yang mencintainya saat ini. Baginya cukup.
..
..
..
Waktu pun berlalu dengan sangat cepat, 2 bulan berlalu dengan cukup sulit bagi Yunho dan Jaejoong. Keduanya kini tinggal di Rooftop yang tak cukup jauh dari tempat Yunho bekerja. Hidup keduanya jauh dari kata cukup, tetapi Jaejoong tetap senang dan menerima semuanya. Inilah perjuangan Yunho.
"Aku tidak dapat membantumu lebih, tetapi aku memiliki sebuah tempat untuk kalian berdua yang cukup aman."
"Benarkah? Terima kasih. Aku akan menyewanya."
"Yun, kau sudah seperti keponakanku sendiri seperti Joo won. Lagi pula kau dalam kondisi terdesak saat ini. Ditambah istrimu sedang hamil dan butuh tempat tinggal. Anggap aku hanya membantumu."
"Tidak. Itu malah membuat beban Ajushi." KangIn hanya menghela nafasnya.
"Bekerja saja dan buat pelanggan mengantri di tempatku. Itu bayarannya."
Jaejoong melangkahkan kakinya memasuki sebuah bengkel milik KangIn. Ia mencari sosok Yunho karena mengantarkan makan siang untuknya.
"Hyung! Istri galakmu sudah datang." Teriak Joo won meledek membuat Jaejoong berdecak kesal.
"Tidak akan ada jatah makanan untukmu!" Kesal Jaejoong membuat Joo won menutup mulutnya. Yunho pun keluar dari bawah kolong mobil dengan wajah penuh oli. Ia tersenyum dan beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me✔
FanfictionCintai aku, selagi aku mampu untuk mencintaimu. Revisi dari ffn. Alur sama tapi banyak perubahan pastinya.