001.

165 22 6
                                    








Psychological romance

Oneshoot

Rate : M


Warning : contain mental issues..

(( *Soundtrack : Aaryan Shah - renegade ))






Angin dingin di awal musim hujan ini bersemilir masuk melalui jendela menerpa sekujur kulit. Aku berusaha menghirup sejuknya, hanya untuk sekedar memaksakan diri bersyukur bahwa aku masih beruntung tetap bisa hidup. Meski jujur dalam lubuk hati, aku begitu menginginkan mati. Menggigil membuatku turun dari ranjang dan mengais pakaianku yang berserakan. Di iringi isak tangis, sesekali meringis karena beberapa bagian tubuh yang terasa sakit bagai teriris.

"Berhenti menangis, aku akan kembali membawa obat"

Aku mendongak ketika berlutut mencengkram lantai, merasakan perih yang luar biasa. Mendengar dia bicara seperti itu, aku tak mampu lagi memilih perasaan seperti apa yang harus kutunjukkan. Karena ia terlalu membingungkan bagiku. Kalimat itu, sudah sering kudengar setiap kali dia selesai menyiksaku diatas ranjang.

Aku ingin marah,tapi tak punya kuasa.

Pun, aku tak menginginkan itu. Percuma, dia akan lebih marah jika tahu aku marah. 

Aku tak dapat melakukan apapun selain menerima. Dan aku benci itu.







Setelah ia menutup pintu, mengunci dari luar, hening pun menyerang. Memelukku, menutup rungu, mengantarkanku pada luka luka dalam batin yang sudah lama membeku. Aku menangis lagi, saat tubuh yang menyedihkan ini tergambar jelas pada cermin. Tapi tangisku tak berlangsung lama. Kenapa? Karena percuma, tak akan merubah apapun. Aku akan terus begini bahkan akan menangis lagi nanti atau esok hari. Aku membenci diriku, itu juga percuma. Karena diriku jugalah satu satunya alasan aku tetap hidup. Kalau saja bukan karena cintaku pada Yoongi, aku takkan bertahan sampai sekuat ini. Suatu hari nanti, aku harus mengucapkan terimakasih padanya.








"Jimin.."

Pagiku terberkati. Pelukan hangat, suara rendah yang begitu lembut dan tatapan yang penuh kelemahan menyapaku seketika aku membuka mata. Kalau sudah begini, aku rela lupa apa yang telah terjadi semalam. Terkadang aku juga merasa bahwa ini adalah cara dia membuatku lupa.

"Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?"

Atau mungkin dia sendiri yang sudah lupa, tentang bagaimana ia melecehkan seluruh tubuhku semalam, mengecap banyak luka yang ia buat tanpa peduli seberapa keras aku menjerit. Lalu membuat sapaan lembut di awal hari baru seolah kejadian semalam tak pernah ada.

"Nyenyak. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku tertidur semalam" jawabku. Tanpa sedikitpun melepas kontak dengan matanya yang berbinar. Menatapku penuh cinta seolah olah itu nyata. Kadang aku terbuai, kadang juga merasa terkhianati. Aku sampai sulit membedakan tatapan mana darinya yang bisa kuanggap sungguhan.

Ia tersenyum. "Oh, itu karena kau terlelap begitu saja diatas lenganku saat aku membelai rambutmu"

"Oh benarkah?"

Aku sudah muak sebenarnya dengan percakapan ini. Sering terjadi setiap pagi.

"Jimin, kau tau kan aku mencintaimu?"

Aku memejam. Menetralisir rasa nyeri yang berkedut hebat di dalam hati. Kata katanya itu tetap saja terdengar menyeramkan ditelinga.

"Iya tau. Aku tau"


RIPTIDE | JIMIN VERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang