JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. BERUPA VOTE DAN KOMEN YA. TARIMA KASIH 🥰
***
Kala berjalan lesu menuju rumahnya. Ia terpaksa untuk naik angkot setengah jalan dari rumah karena uangnya tidak cukup jika sampai di depan gang rumahnya. Bisa-bisa ia kena ocehan Abang supir angkot dan membuatnya malu dipinggir jalan. Jujur saya bukan hanya karena uang sakunya tidak cukup untuk naik angkutan umum, namun juga nila ulangan pelajaran ekonomi yang hanya sembilan puluh.
"KALA!!"
"APA-APAAN INI NILAI CUMA 90!"
"MAMA BILANG 100 YA, KAL! 90 ITU UNTUK ANAK IPA KAYA ABANG KAMU! BUKANNYA 90!"
Dalisha mengepalkan kertas ulangan ekonomi Kala menjadi bulat dan melemparkan ke arah tong sampah. Ia pun menatap tajam ke arah Kala-anak nomor duanya
Kala bergedik ketika membayangkan Dalisha marah karena melihat nilai ulangannya. Kala mencengkram rambutnya, bahkan ia tidak tahu harus bersikap bagaimana nanti jika bertemu sang mama. Rasanya ingin menghilang dari bumi. Kala mengembuskan napas kasar.
"KALA!!"
"KALA... KALA.. KALAAA!!"
"AWAS!!"
Suara teriakan itu berhasil membuat lamunan Kala buyar, ketika Kala mendengar suara teriakan yang cukup familiar ia dengar. Dan belum sempat Kala melihat siapa seseorang yang meneriaki namanya. Sebuah benda sudah mengenai kepalanya dengan cukup keras.
BUGH
Seketika kepala Kala menjadi pusing, ia memegangi kepalanya. Perlahan namun pasti padangan Kala mulai buram. Dan Kala pun terjatuh begitu saja.
Banu menatap tajam ke arah Ghani. Yang saat itu tanpa sengaja melemparkan bola basket keluar lapangan. Padahal niatnya ingin memasukkan bola tersebut ke dalam ring, namun meleset. Banu yang sadar siapa seseorang yang pingsan tersebut langsung berlari menghampiri Kala dengan tergesa-gesa. Raut wajah cemasnya sangat terlihat dengan jelas.
Janu menyikut lengan Ghani dengan kasar. "Gara-gara Lo, noh," ucap Janu.
"Yeee... Gua kan gak sengaja..." Janu sedikit menyunggingkan bibir.
Sepersekian detik Janu, Arghani, Reandra, Ganendra dan Kenzie yang saat itu sedang latihan basket memusatkan perhatian mereka ke arah Banu yang terlihat sangat panik dengan keadaan Kala. Mereka pun menghampiri Kala yang sudah tergeletak di atas aspal tidak sadarkan diri.
"Pingsan, njir.." ujar Kenzie.
"Lo sih!" sindir Ganendra pada Ghani.
"Anjir, gua gak sengaja cuy.." bela Ghani. Yang sedikit kesal karena disalahkan terus menerus.
"Mendingan bawa ke bangku dekat lapangan aja, nu," usul Andra.
Banu pun menuruti perintah Andra. Ia mengangkat tubuh Kala. Sedangkan Ghani membawakan ponsel serta kertas ulangan milik Kala. Setelah sampai di bangku yang tersedia di dekat lapangan. Banu merebahkan tubuh Kala di atas bangku tersebut. Dengan paha Banu sebagai bantalan untuk kepala Kala.
"Kal.. bangun... Kala?" tutur Banu khawatir. Banu menepuk-nepuk pipi Kala dengan pelan. Berharap Kala segera bangun. Namun, usaha tersebut tidak berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIKALA
Teen FictionKala lelah terus berjuang, tapi gak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah men...