Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!
Warning, Typo!
Happy Reading!!!!!
( ╹▽╹ )
Sekarang hari kelima, namun Stella sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya akan bangun. Samuel dengan sabar terus berada dirumah sakit, menemani Stella. Baju-bajunya diantar oleh pembantu yang ada dirumahnya. Terkadang, ibunya datang ke rumah sakit, menjenguk Stella sambil mengantar sarapan untuk Samuel.
Bola matanya bergerak kearah pintu, saat mendengar suara ketukan. Pintu terbuka, menampilkan Xavier yang dibalut oleh jas dokter.
Xavier menggeleng, didepannya ada Samuel—keponakannya yang terlihat kacau. Kantung mata Samuel terlihat menghitam, serta raut wajahnya yang tidak menandakan adanya kehidupan.
"Masih galau, boy?." Xavier menyentuh bahu Samuel. "Kamu tau dia gadis yang kuat. Sebentar lagi dia akan bangun. Gimana kalau kamu pergi ke ruangan sebelah? Kasian, dia sendiri tanpa ditemani keluarganya."
"Gue gak mau." Samuel menggenggam tangan Stella. "Gue bukan pegawai disini, gue juga disini bukan mau nemenin pasien lain."
"Sam..." Xavier mengambil botol Aqua yang tergeletak di lantai. Mengenaskan. "Alangkah baiknya kamu sarapan. Nicky ada di kantin lantai bawah. Kamu susul dia."
"Gue gak—."
"Bacotnyaa..." Xavier membekap mulut Samuel, sebelum laki-laki itu mengoceh. "Gue bilang sarapan ya sarapan, sana! Lo juga dokter, yakali gak paham soal beginian."
( ╹▽╹ )
"Eh!." Gadis itu memekik kaget, saat bubur yang dibawanya tumpah mengenai sepatu Samuel. Dia menunduk setelah mengambil beberapa lembar tissue.
"Maaf, maaf...!." Kata gadis itu, suaranya sedikit bergetar. Sepertinya dia ketakutan.
Samuel menarik kakinya, "gak usah, nanti gue beresin."
"Beneran? Kalau gitu gue cuciin, ya?!." Kata gadis itu. Nada suaranya seperti memberitahu Samuel bahwa hal tersebut tidak boleh di bantah.
"Gak perlu." Samuel bangun, menatap Nicky. "Cabut."
"Eh, eh!." Gadis itu menarik tangan kanan Samuel, saat laki-laki itu hendak berjalan menjauh.
"Nama lo siapa?."
Samuel menepis tangan Kiran yang terus memegang tangannya. "Sam."
"Nama yang bagus! Kalau boleh tau, lo ngapain di—," Kiran menghentikan ucapannya, karena Samuel tidak mendengarkan ucapannya. Laki-laki itu berjalan menjauh, tanpa mengucapkan selamat tinggal atau kata-kata lain.
"Kak.." kata Kiran, pada Nicky.
Alis Nicky terangkat sebelah. Raut wajahnya datar, dia tidak menyukai gadis yang ada dihadapannya saat kini. Sudah bisa dia tebak, kalau Kiran mulai tertarik pada Samuel.
"Sam belum punya pacar, kan?."
"Pacar dia adik gua. Jadi lo gausah kegatelan sama calon adik ipar gue." Kata Nicky. Kemudian dia berjalan hendak menyusul Samuel, namun Kiran tiba-tiba menarik kausnya dari belakang.
"Bohong! Sam pasti jomblo, iyakan?."
"Ngapain gue bohong, anying?."
"Karena lo cemburu kan, Sam di deketin sama gue? Karena gue imut. Iyakan?."
Tanpa bisa dicegah, raut wajah Nicky menunjukkan seolah-olah ia ingin muntah. Dia kemudian memperhatikan baju yang dipakai oleh Kiran. Ternyata dia salah satu pasien dirumah sakit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET OF SHARINE
Teen FictionSharine dengan segala rahasianya. Sialnya, keluarga yang sudah membuangnya dulu, kini kembali memintanya untuk pulang. Gila. 5 tahun lebih, mereka kemana saja?