“Jatuh cinta tidak pernah salah. Yang salah adalah bagaimana sikap kita agar tidak terbelenggu oleh perasaan.”
Hari-hari selanjutnya perasaanku pada siswa baru kelas dua Aliyah itu semakin tumbuh mekar. Aku telah jantu cinta, bukan kepada si Mawar. Tetapi kepada dia yang sekarang menjadi istriku. Itulah pertama kali aku jatuh cinta dengan istriku. Saat berawal dari main-main saja, kemudian timbul rasa penasaran sampai sekarang akhirnya berubah menjadi cinta dan sayang.
Tapi sayangnya pada saat itu aku tidak tahu sama sekali bagaimana hukumnya jatuh cinta dengan pasangan lawan jenis. Yang aku tahu, pacaran itu boleh saja. Asal masih ingat dengan batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan. Selama masih dalam batas aman, maka tidak ada masalah untuk pacaran.
Begitu pula aku, saat rasa cinta yang tumbuh semakin dalam aku menginginkan dia menjadi pacarku. Tapi seperti biasa, aku tidak bisa langsung menembak dan menyatakan perasaan begitu saja. Ada pendekatan yang harus aku lakukan demi mencuri perhatian darinya.
“Inilah pentingnya ilmu, kita bisa saja tersesat oleh bujuk rayu setan. Namun dengan ilmu kita mampu membedakan mana yang benar dan mana yang terlihat benar.”
Aku terus menjalin komunikasi lewat pesan dengan Rani (nama istriku). Dia orang yang sangat cuek sekali. Jarang sekali membalas pesanku, bahkan aku harus mengirim pesan berulang-ulang untuk bisa mendapat balasan darinya.
Ingat betul aku waktu itu bagaimana komunikasi pertama kami.
“Maaf kalau aku menganggumu. Lagi apa?” modusku memberikan perhatian.
Dia hanya menjawab singkat. “Mengerjakan tugas.”
“Boleh minta bantuan?”
Dia mengirim pesan. Dengan cepat tentunya aku bersedia untuk membantunya. Ini akan menjadi kesempatan untukku bisa mencuri hatinya.
Dia mengirim beberapa soal waktu itu. Dengan cepat dan penuh dengan kesenangan aku menjawab dan membantu tugasnya. Itulah cara pendekatan yang aku lakukan. Menjadi pelayannya dalam mengerjakan tugas-tugas.
Sejak saat itu, mulailah kami lebih sering berkomunikasi. Melempar perhatian. Aku juga lebih sering bergadang, membantunya mengerjakan tugas. Dan ternyata itu membuatnya senang, dia juga sering meminta maaf telah menganggu waktuku, dia juga tidak lupa selalu mengucapkan terimakasih kepadaku.
Aku tahu betul, banyak yang suka dengan Rani. Bila laki-laki lain berani mendekatinya secara langsung aku justru selalu menjauh bila melihatnya. Aku tidak berani. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh saja. Hatiku jadi tak karuan bila melihatnya.
Sampai pada waktunya tiba, aku memiliki niat untuk menyatakan perasaanku kepadanya. Aku ingin dia menjadi pacarku waktu itu. Entah diterima atau tidak itu urusan belakangan, yang terpenting aku sudah menyatakan perasaan.
Aku meminta bantuan kepada teman-teman dekatnya. Mencari informasi tentang dirinya.
Saat itu aku meminta saran kepada temannya. Aku juga bertanya, bagaimana sebenarnya perasaan Rani pada saat itu kepadaku. Karena aku melihatnya tidak pernah dekat dengan laki-laki, hanya saja laki-laki yang banyak dekat dengannya.
Aku mendapatkan informasi banyak tentang Rani dari teman-temannya. Aku tahu kalau dia berasal dari Tenggarong kemudian pindah ke Banjarmasin. Aku juga akhirnya tahu dimana dia tinggal. Dan yang paling penting, aku tahu setidaknya dia menaruh perasaan kepada siapa waktu itu.
Aku memang pada saat itu memiliki niat untuk mengajak Rani pacaran. Biar memiliki ikatan. Tetapi saran dari teman-temannya saat itu yang membuatku sedikit kebingungan.
“Rani orangnya nggak mau pacaran,”
“Kenapa?”
"Dilarang sama orangtuanya.”
Alasan yang sangat klasik menurutku untuk menolak seorang laki-laki. Menurutku Rani mengatakan itu hanyalah sebagai alasan. Aku mulai curiga jangan-jangan dia sudah memiliki pacar?
Aku mulai mencari tahu sendiri tentang dirinya. Stalking media sosialnya. Banyak yang membuat aku kagum di sana. Tidak banyak foto selfie dirinya. Tidak ada juga fotonya yang sedikit pun terlihat auratnya. Aku menjadi tambah kagum kepadanya.
Niatku untuk mengajaknya pacaran pada saat itu harus aku tunda.
Aku hanya bilang kepada teman dekatnya, kalau aku suka dengannya. Tetapi aku tidak mengajaknya untuk pacaran.
Setiap hari aku terus mencari tahu tentang dirinya, membuka semua media sosial yang dia punya. Banyak sekali yang membuatku kagum di sana. Dia yang berbeda dengan perempuan-perempuan yang selama ini aku kenal. Dia yang berbeda dengan perempuan yang selama ini aku suka.
Perasaanku kepadanya bertambah semakin dalam. Ada rasa ingin memiliki dan tidak ingin kehilangan.
***
Alhamdulillah update kembali cerita ini. 😊 Jangan lupa terus vote dan komen yah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)
RomanceMenikah di usia muda? Siapa bilang itu sesuatu yang sulit. Kadang kita yang mempersulit apa yang sebenarnya mudah saja dilakukan. Inilah adalah ceritaku, perjuanganku yang memutuskan untuk menikah di usia muda.