Dua Puluh Empat

2K 112 1
                                    

Gusna's POV

Aku pernah menceritakan tentang festiva seni musik bukan? Festival yang akan digelar sekitar seminggu lagi, tetapi ternyata guru mata pelajaran seni memberikan kelonggaran lebih. Mereka menambah waktu menjadi satu bulan, ah akhirnya aku bisa bernapas sedikit leluasa. Karena kami punya waktu sekitar dua minggu lagi yang terhitung dari hari ini.

Aku dan teman-teman yang bertugas untuk bermain band, memutuskan untuk melaksanakan latihan di rumahku. Kami mulai merancang, improvisasi, dan memberikan variasi agar tampilan musik kami bisa lebih mudah tetapi tetap menarik.

Terbilang waktu yang kami punya hanya tinggal dua minggu, dan kami masih golongan musik pemula bahkan ada yang sampai belum pernah merasakan tampil di depan umum sama sekali. Dia biang hanya sekedar pemusik kamar tidur. Itu merupakan sebuah tantangan untuk kami.

"Tenggorokan gue udah mulai sakit nih, mending kita akhiri aja dulu latihan hari ini" ucap Nana sambil sedikit serak.

Kami mengangguk setuju.

Aku cukup khawatir dengan Nana, aku pikir kami terlalu memaksakannya. Nana tidak boleh terlalu kelelahan, itu akan berakibat buruk terhadap suaranya. Jangan sampai di hari pelaksanaan Nana malah tidak bisa bernyanyi.

"lo gak apa-apakan Na?" tanya Arya dengan perhatiannya.

Bibirku tersungging, sejauh manapaun Arya berbohong kepadaku aku tahu betul bahwa Nana-lah perempuan yang sedang ia sukai sekarang.

Arya menghampiri Nana dan memberikannya minum. Senyumku semakin lebar, bodohnya Arya tingkahnya membuat ia semakin jelas bahwa ia tengah jatuh cinta kepada Nana.

Mereka mulai bersiap-siap untuk pulang, bahkan aku masih sempat-sempatnya menjitak Victor karena tidak menyimpan Bass ke tempat semula. Alhasil dengan merengut Victor meletakkannya di penjuru studio.

"Gus ih tenggorokan gue kerasa makin sakit" keluh Nana.

"lo minum air lemon aja. Caranya lo cukup potongin lemon terus masukin ke gelas yang udah ada air panasnya, pas udah agak anget lo baru minum" jelasku padanya.

"Tapi di rumah gue gak punya lemon, terus kalaupun mau beli jam segini mau beli ke mana?" Nana kembali mengeluh.

Yang diucapkan Nana memang benar, sekarang sudah sangat sore, dan Nana pasti kelelahan. "gue punya di kulkas, bentar gue ambilin dulu ya" ucapku lalu bergegas mengambilnya.

Oh iya, jika kalian berpikir Arya ikut berlatih dengan kami, kalian hampir salah besar. Dia hanya ikut-ikutan karena bosan jika harus langsung pulang ke rumah, dan dia juga bilang bahwa drama musikal yang ia ikuti memiliki jadwal latihan yang berbeda.

Terkadang tingkahnya membuatku sedikit muak, selama kami berlatih Arya begitu banyak gaya. Dia bertingkah seakan pandai bermain gitar dengan mengambil salah satu gitarku, lalu setelahnya dia berfoto-foto ria. Dia bilang untuk postingan di Instagram. lagi-lagi aku hanya menghela nafas panjang.

Setelah aku berhasi; menemukan lemon, aku memberikan beberapa buah kepada Nana. Mereka pun berpamitan untuk pulang.

Hari ini aku tidak melihat Aji keluar dari kamarnya, aku tahu dia masih marah atas kepindahanku. Walau saat aku izin kepadanya beberapa hari lalu, dia bertingkah seakan tidak masalah aku meninggalkannya bersama bi Nani di rumah ini. Namun bukan kakaknya jika aku tidak mampu membaca pancaran mata adikku.

Aku mengetuk pintu kamarnya, lalu masuk dan mendapati penampakan adikku yang tengah sibuk dengan karyanya. Sejak umur tiga tahun Aji sudah sangat hobi menggambar, bahkan untuk umurnya sekarang yang masih berusia sebelas tahun karya-karyanya sudah sangat luar biasa. Percayalah, dia melakukan semua itu tanpa tuntunan dari orang lain.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang