BAB 10 - Backstreet

645 41 1
                                    

Lama-lama aku terbiasa dengan kelakuan Vino. Bukan karena aku gak berontak, tapi lebih kearah capek harus meladeni sifatnya itu. Walaupun sekarang dia mulai mengurangi sifat posesifnya, mengurangi ya bukan menghilangkan. Aku juga mulai beradaptasi dengan sikapnya. Aku anggap itu bentuk dari cintanya yang ingin melindungi ku. Walau terkesan berlebihan. Ingat dalam hal apapun berlebihan itu gak baik ya.

Siang ini dia menjemputku makan siang bersama. Kami hanya memilih pergi ke cafe yang sederhana.

"Besok mama sama papa datang." Ucapnya sambil menunggu makanan kami datang.

Ortu Vino memang tidak tinggal satu kota dengan Vino, sesekali mereka mengunjungi Vino.

"O yah. Udah lama banget aku gak ketemu om dan tante."

"Iya. Tapi mereka belum tahu kalau kita pacaran." Ucap Vino dengan wajah yang tidak biasa.
Namun aku segera mengerti mengapa dia tidak menceritakan hubungan kami.

"Sebenarnya aku juga takut kalau sampai mama kamu tahu kita pacaran." Ucapku mulai jujur dengan apa yang aku rasakan.

"Kenapa?"

"Sebenarnya aku sangat segan sama mama mu. Mamamu kayak gak suka sama aku. Kalau dia lagi ngomong sama Naya dia pasti bisa tertawa lepas, kelihatan senang banget. Tapi kalau sama aku tante biasa aja. Malah kadang aku jadi salting karena candaan aku garing." Curhatku kepada Vino yang masih setia mendengarkan aku bicara.

Sekedar info Naya itu masih keluarganya Vino, tapi udah keluarga jaaaa....uuuuh banget. Dia anaknya cantik, pinter, selalu jadi kebanggan teman-temannya apalagi ortunya, sekarang dia bekerja menjadi seorang dokter muda, yang terpenting dia sholehah. Aku berteman baik dengan Naya, makanya aku sering ketemu ortunya Vino, karena Naya sering mengajak aku main kerumah Vino.

"Tante juga pernah bilang di depan aku, kalau dia pengen banget dapat mantu kayak Naya."

"Terus gimana respon kamu." Tanya Vino dengan serius.

"Saat itukan kita gak pacaran, jadi biasa aja."

"Bukan maksud aku tentang Naya."

Kok nyeri sih hati ini saat Vino minta pendapat tentang Naya. Aku lagi curhat diminta menilai perempuan lain. Cemburu aku Vino, cemburu...

"Dia cocok kok sama kamu." Ucapku santai namun kelihatan kesal.

"Gitu dong cemburu dikit sama aku." Ucapnya tersenyum sambil menatap ku.

"Siapa bilang aku cemburu." Ucapku mengelak.

"AKU. Aku pengen kamu cemburu sama aku. Selama ini aku aja yang terus cemburu."

"Ngapain aku cemburu terus ma kamu, gak sempat kali Vin. Kamu udah borong semua stok cemburunya." Ucapku tertawa. Dia mencubit pipi ku dengan gemes.

"Sakit Vin." Ucapku sambil menyapu bekas cubitannya dipipi.

"Kalau kita backstreet dulu sementara waktu gak apa-apa ya?"

Aku sedikit terkejut dengan permintaan Vino. Tapi aku rasa mungkin lebih baik begitu, karena aku belum siap mereka tahu. Yang jelas aku belum siap dengan penolakan. Karena aku pernah mengalaminya saat bersama Mas Firman. Ibunya menentang hubungan kami.

"Iya gak apa-apa, Vin." ucapku berusaha tersenyum.

***
Keesokannya aku di ajak Vino ke rumahnya untuk bertemu dengan ortunya. Sebenarnya bukan hanya aku yang di ajak, Naya juga datang ke sana. Aku memang tinggal satu kota dengan Naya, namun karena pekerjaan membuat kami jarang bertemu. Namun komunikasi kami masih terjaga.

Vino menjemputku terlebih dahulu kemudian kami menjemput Naya. Sesampainya di rumah Vino, terlihat tante Karin mamanya Vino menunggu kami di teras rumah. Bukan kami lebih tepatnya Naya, karena dia sangat bersemangat menyambut Naya dan langsung memeluknya.

CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang