Hanya Bisa Terdiam

9 4 4
                                    

Kriiiiiiiiinnngggggg.......

Terdengar suara alarm jam beker -yg menunjukkan pukul 6.30 WIB- dari kamar seorang gadis berparas manis, yang hidungnya bak menara di Paris.

Amelia Rizqiadinata namanya. Sering dipanggil Lia oleh orang yg sudah akrab dengannya dan dia merupakan siswi dari SMA Angkasa 3.

Meskipun alarmnya telah berusaha membangunkan gadis berambut panjang bergelombang ini, namun naas, perjuangan sang alarm tak membuahkan hasil. Karena Amelia masih setia dengan ranjang Queen size dan bed covernya.

Dari arah tangga, seorang wanita paruh baya, kira-kira berkepala tiga berjalan menuju kamar putrinya.

BRAAK !! Suara pintu didobrak dari arah luar yang kebetulan tidak dikunci. Seseorang yg berada di dalamnya pun terlonjak kaget.

"LIIAAA, bangun kamu ! Udah siang gak sekolah kamu, hem?," ternyata itu ibunda Amelia yang sudah geram karena menunggu putrinya turun, dikiranya putrinya itu sudah bangun.

"Aduh bunda sakiiit, iya-iya Lia bangun, tapi bunda lepasin dulu ini tangannya," pekik Lia mengaduh kesakitan karena telinganya yang dijewer oleh sang ibunda. Sebenarnya Lia tak pernah kesiangan bangun jika bukan di hari libur. Namun karena semalam Lia maraton nonton drama Korea kesukaannya, ia jadi lupa waktu dan tidur sangat larut.

***

After a few minutes later.

Dari kejauhan, dapat Amelia lihat gerbang yang sudah tertutup rapat. Jelas Amelia kesiangan, sudah tadi bangunnya telat, ritual yang setiap pagi dilakukannya di kamar mandi pun memakan waktu cukup lama. Kalo soal jalanan sih, cukup lengang.
Lama Lia berpikir. Lalu, terlintaslah ide untuk masuk menuju pintu belakang. Daripada nanti ia harus berhadapan dengan si Abah satpam  dan mengemis agar diizinkan masuk kelas yang ujung-ujungnya pasti akan berurusan dengan Pak Dudi yg cerewetnya minta ampun, lebih baik Lia masuk lewat pintu belakang sekolahnya itu, walaupun dengan terpaksa.

Dilihatnya pintu belakang itu yang kini dipenuhi debu dan telah usang, berkarat pula. Pantas saja sih, sebab 

Kriieeet.. pintu itu menimbulkan suara nyaring, akibat ulah Lia yang membukanya. Jika bukan karena terpaksa, Lia tidak akan mau  ke sini. Mati-matian Lia mengubur rasa takutnya untuk sekarang. Karena yang dilaluinya adalah taman belakang yang sudah jarang dikunjungi oleh siapapun sampai rumput liar yg tinggi-tinggi menjadi pelengkap horornya suasana. Bahkan ada yg menyebutkan bahwa taman itu telah angker. Lagian salahnya sendiri terlalu nyaman pada ranjangnya yg empuk.

Lia berlari tergopoh-gopoh menuju kelasnya yang kini pasti telah ada guru yang sedang mengajar. Sampailah kini ia di depan pintu kelasnya yang tertutup. Dengan mengatur napasnya terlebih dahulu, lalu perlahan namun pasti, cewe berambut panjang ini membuka pintu yg tertutup itu. Sebelumnya Lia sudah mengetuk pintunya, tapi tak ada sahutan dari dalam. Jadinya Lia langsung membukanya. Setelah berada di ambang pintu, entah apa yg harus cewe itu rasakan.
"Ya ampun Liaa, jam berapa sekarang, hah ?," tegur seseorang dan untungnya bukan seorang guru melainkan teman sebangkunya. Bersyukurlah kau Amelia. Bolehkah Lia bernapas lega sekarang ?. Jadi, sebenarnya tuh gini. Waktu Lia tadi mengetuk pintu, sebab tak adanya sahutan dari dalam bukan karena ada guru yg sedang mengajar, melainkan karena temannya pikir yg mengetuk itu adalah guru yg akan mengajar kelas mereka. "Jam lapan lebih duabelas, kenapa nanya gue ? Kan di belakang ada jam dinding, noh besar kek gitu lo nggak liat ?," sahut Lia dengan muka masamnya. Jelas Lia sedang kesal pada teman-temannya padahal mereka gak salah apa-apa loh. "Tau kek gini, mending gue tadi jalannya santai aja," gumam Lia dalam hati. "Eh, tapikan yg tadi gue lewatin pintu belakang sekolah dengan tamannya yg terkenal sudah angker," sambungnya masih bergumam dalam hati. Ketika ada yg ingin bertanya kembali pada Lia, Lia malah memotongnya. "Stop ! jangan.ada.yg.ganggu.gue !, jelas ?," ucap Lia dengan penuh penekanan. Lalu Lia melanjutkan langkahnya menuju bangkunya. Niat Lia tadinya ingin beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan yg cukup butuh pengjuangan. Namun sayangnya harus ia urungkan saat tiba-tiba pintu terbuka kembali menampilkan sosok wanita paruh baya yg ternyata ia adalah guru yg akan mengisi kelas Lia dengan mata pelajarannya. Padahal baru saja pipi Lia yg bulat itu menyentuh mejanya.

***

Saatnya waktu istirahat tiba. Waktu yg sudah didamba-dambakan oleh murid di SMA Angkasa 3. Sebagian murid ada yg langsung menyerbu Mbak Nani. Sedikit info bahwa Mbak Nani ini petugas makanan di kantin. Sebagian lagi ada yg menyempatkan waktunya untuk menjenguk Perpustakaan. Dan dari sebagian-sebagian itu, ada satu orang yg malah betah diam di kelas. Siapa lagi jika bukan Lia dengan wajahnya yg terlihat lusuh ?. Sinta sebagai teman sebangkunya telah mengajak bahkan memaksa Lia untuk ikut dengannya ke kantin pun Lia tolak, dengan alasan bahwa dia ingin tidur saja istirahat kali ini. Sinta juga menyarankan untuk ke UKS saja, tapi Lia lagi-lagi menolak dengan alasan tak suka dengan bau ruangannya. Dirasa serba salah, akhirnya Sinta melenggang pergi dari ruang kelas tersebut. Namun setelah beberapa saat, Lia tak bisa tidur walaupun ia menginginkannya. Entah karena suasananya yg sangat sunyi mungkin.  Oleh karena itu, Lia akhirnya berjalan keluar kelas sendirian. Tak tahu kemana arah tujuannya, Lia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah saja.
Sampailah di mana matanya menangkap sesuatu yg menarik perhatiannya. Seorang lelaki  jangkung yg memakai hoodie hitam di siang bolong. Awalnya Lia pikir kalo laki-laki itu sedang sakit, namun anehnya, bukannya pergi ke UKS cowo jangkung itu malah masuk ke Perpustakaan. Merasa penasaran, akhirnya Lia pun ikut masuk ke dalam. Agar tak terlalu mencurigakan bahwa Lia sedang menguntit seseorang, Lia pun berjalan ke rak kumpulan novel yg tak disangka lelaki yg ia kuntit pun ternyata berada beberapa langkah darinya. Terlihat cowo misterius ini mengambil komik 'Mr. Conan', lalu mengambil beberapa buku lainnya yg terlihat cukup banyak. Kemudian, cowo itu pun pergi ke penjaga Perpustakaan. Salah satu bukunya jatuh, tak disadari oleh cowo itu. Lia pun memungutnya dan akan diberikan pada pemuda jangkung itu. Bukan buku novel sih, hanya buku pelajaran kimia biasa. "Rajin juga ni cowo", Lia bergumam dalam hati. Sedikit gugup, namun Lia harus dapat mengembalikan buku tersebut. "Hey, lo. Buku lo tadi jatuh, nih. Makanya lain kali kalo bawa buku banyak jangan sendirian. Biar ga ribet, dan kata Bu Diana juga kita selaku manusia harus jadi makhluk sosial yg pandai berbaur dengan banyak orang. Oke ?!" ucap Lia berucap dengan panjang kali lebarnya, padahal dalam hati sedang merutuki kebodohannya.  Ngomongnya dikontrol dong Jeung. "Oh, thanks", sahut cowo jangkung itu. Lia pun melongo di tempat. 'What ?! Gue udah ngomong kek pidato hari Senin gitu cuma dijawab simple? Hanya dua kata gitu. Ya ampun Liaa', gerutu Lia dalam hati.  Lia pun pergi dari perpus itu dengan membekal kekesalan.

***

Beberapa hari ke depan, Lia masih penasaran dengan cowo jangkung itu. Dia mati-matian menggali informasi tentang pemuda itu untuk mengobati rasa penasarannya. Padahal, belum pernah Lia melakukan hal yg se-ribet itu. Dan beberapa hari itu juga, Lia terus dipertemukan dengannya. Mau itu di parkiran, di kantin, di lapangan, sampe di halte bus pun Lia dapat berjumpa dengan cowo yg dia kagumi itu. Menyebabkan rasa penasaran Lia kian menggunung.  Entah takdir sedang merencanakan apa untuk Lia. Dan dari informasi yg sudah Lia gali tadi, sedikit info kecil telah dia dapatkan. Seperti tentang namanya, akhirnya Lia tau nama pemuda jangkung itu. Leonardo Adi Abraham. Katanya, lebih suka dipanggil Adi. Siswa kelas XI IPA 1, seorang anak dari pasangan pengusaha sukses. Terkenal dengan sikapnya yg sedikit dingin dan juga keras kepala. Dengan melihat wajahnya saja, sudah terpampang jelas bahwa Adi tak diragukan lagi adalah seorang cowo yg berkepala batu. Tanggal lahirnya pun akhirnya Lia sudah mengetahuinya. Oleh sebab itu, di hari ulangtahun Adi, diam-diam Lia pernah memberi pemuda itu kado. Namun alih-alih memberikannya secara langsung, Lia malah rela terlihat seperti seorang pencuri yg sedang menyelinap masuk ke kelas orang untuk menaruh kadonya tersebut di kolong bangku milik Adi. Jujur karena Lia belum berani berinteraksi dengan Adi secara langsung. Sebab ada rumor yg masih katanya juga sih, Adi ini sedang menutup diri dari seorang cewe. Hal itulah yg membuat Lia bertingkah diam-diam. Sudah, itu saja yg Lia dapat. Dan, sepertinya Lia telah menaruh hati pada cowo jangkung yg dia kuntit hanya karena di siang hari memakai hoodie hitam itu. Namun karena Lia tau bahwa Adi sedang menutup hati pada setiap cewe, maka yg bisa Lia lakukan hanyalah memperhatikannya dari jarak jauh dan mencintainya dalam diam.

Terkadang, cinta memang tak harus memiliki.
Rasa sayang dapat terwakili,
Dengan perhatian kecil yang bisa diberi.
Sebuah perjuangan yang melibatkan keberanian diri,
Akan membuahkan hasil yang tidak membohongi.
Walaupun balasan belum pasti,
Namun takdir tak akan ingkar janji.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIAM & MEMBISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang