Two

1K 95 22
                                    

"Jadwal saya hari ini apa?" Wendy membenarkan dasi hitamnya dan bertanya pada Seulgi tanpa memandang pria itu.

Penampilannya kini lebih baik. Wendy sudah mandi dan berganti pakaian dengan yang baru, rambutnya juga sudah disisir rapi. Dia meraih perfume di atas meja dan menyemprotkan pewangi itu ke seluruh badannya. Kepalanya juga sudah tidak sepusing tadi karena dia sudah meminum obat dan susu beruang yang dibeli khusus oleh Seulgi.

"Ada rapat dengan dewan nanti siang dan sorenya anda harus bertemu dengan direktur dari perusahaan Kim." Kata Seulgi mengecek tab yang selalu dibawanya kemana-mana.

Wendy mengangguk kemudian membuka laptopnya. Wajahnya benar-benar dingin dan Seulgi bertanya-tanya sebenarnya apa yang sudah terjadi pada sahabatnya tersebut.

Memang tidak aneh melihat lelaki itu bersikap dingin dan seolah-olah siap meledak kapan saja, tetapi kali ini lebih parah. Seakan ada amarah yang terbendung dibalik mata coklatnya.

"Tolong kirimkan data semua pegawai baru di perusahaan ini, terhitung sejak dua minggu yang lalu."

Wendy meraih beberapa berkas yang sudah disiapkan sekretarisnya untuk kemudian dia mulai bubuhi tanda tangan.

"Baik pak." Seulgi tahu lebih baik untuk tidak menanyakan alasan dibalik perintah bosnya itu.

Berurusan dengan iblis yang sedang murka benar-benar bukan pilihan yang bagus.

Lelaki Kang itu meraih ponselnya lalu menghubungi bagian Personalia untuk meminta data semua karyawan baru seperti yang dikatakan Wendy.

"Iya, semua karyawan baru yang masuk dua minggu ini. Baik, terima kasih. Dan tolong cepat ya, pak Wendy sudah menunggu." Seulgi menutup telponnya lalu memandang Wendy yang masih fokus dengan berkas-berkasnya.

"Pak Kyungsoo sudah mengirim datanya pak." Kata Seulgi setelah dia membaca pesan dari kepala personalia itu.

Wendy mengangguk singkat.
"Dan tolong pecat manajer Lee, gantikan posisinya minggu depan."

Seulgi menganga, is he being serious?
"Anda yakin pak?" Tanyanya memastikan.

Wendy akhirnya mengangkat kepalanya dan memandang sekretarisnya tajam. Dia bahkan melipat lengannya seolah gestur itu mengatakan bahwa keputusannya bukanlah candaan yang harus Seulgi tanyakan keseriusannya.

"Kamu pikir saya bercanda? Saya sudah muak melihat kinerjanya yang tidak becus. Dia karyawan ayah saya, bukan saya. Sekarang saya yang memimpin perusahaan ini." Katanya kejam.

Seulgi menundukan badannya mengerti kemudian keluar dari ruangan itu untuk segera menjalankan perintah bosnya.

"Apa-apan sih dia.. Bukannya keputusan itu terlalu beresiko? Lalu siapa yang akan mengurusnya nanti? Tsk dasar." Gerutu Seulgi kesal.

Meski begitu, dia tetap menuruti perintah Wendy. Satu yang di khawatirkannya, siapa yang akan mengisi posisinya sebagai sekretaris nanti? Apakah orang itu cukup layak dan siap menghadapi sikap Wendy yang menyebalkan?

Haah sudahlah, pusing sendiri jadinya..

Sementara di ruangan CEO, Wendy tengah meneliti data dari seorang karyawati baru yang hari ini benar-benar berhasil menyita seluruh atensinya.

"Jadi namanya Bae Joohyun, panggilan Irene.. Hmm dia juga pernah bekerja sebelum ini? Menarik. Kita lihat bagaimana dia bisa menangani masalah yang akan segera menimpanya." Gumam Wendy tersenyum miring.

Oh Irene yang malang..
Wendy sudah benar-benar dendam dan jika sudah begitu, tak ada seorangpun yang bisa menghentikannya.
.
.
.
"Kenapa bulu kuduk ku tiba-tiba berdiri ya?" Bisik Irene mengusap tengkuknya tidak nyaman. Seolah ada angin dingin yang baru saja lewat dan berhasil membuat sensasi berdesir aneh di dadanya.

Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang