"Semenjak kamu pergi,bibik kesepian di sini"Bik Ngatini menyisir rambut panjang Indira.Malam itu,sesudah makan malam,ia meminta Bik Ngatini menemaninya di kamar.Wanita itu dengan senang hati menerima permintaannya.
"Kesepian kenapa bibik?Kan ada Bik Iyah tetangga sebelah yang jadi teman bibik"kata Indira.Ia teringat pembantu tetangganya yang sering menemani Bik Ngatini belanja.
"Non kan pergi ke London,tidak ada teman bercerita di rumah.Belanja sendiri,masak sendiri,ngurusin kuda sendiri"celoteh Bik Ngatini pelan.Indira terkekeh mendengarnya.
"Sekarang kan aku disini,bik.Walaupun cuma liburan"
"Berarti cuman sebentar dong"lanjut Bik Ngatini dengan raut sedih.Indira mengangguk.
Setelah menyisir rambut majikannya,Bik Ngatini keluar,membiarkan Indira yang ketiduran.Padahal,Indira hanya pura-pura tidur.
Setelah memastikan pelayannya telah jauh,Indira menarik selimut yang melingkupinya,lalu berjalan ke jendela.Udara malam itu cukup dingin,jadi ia mengenakan selimutnya sebagai jaket.Sambil memandang bulan,Indira memikirkan Stefano.Akankah mereka bisa bertemu lagi?
Ia merindukan lelaki itu,gaya bicaranya,senyum menawannya,wajah tampannya...
Dan malam ketika mereka tidur bersama.
***
Mendapati brankasnya telah dibuka paksa,Carlo menjadi berang.Ia membanting salah satu vas bunga terdekat untuk melampiaskan kemarahannya.Benda malang itu hancur berkeping-keping."Apa aku harus memanggil polisi,Tuan?"tanya Nicolo menyadari ketidakberesan itu.
"Tunggu,sampai aku memerintahkan kalian"kata Carlo.Ia menghela napas panjang,mencoba menenangkan pikirannya.
"Kita perlu bukti"lanjutnya.
"Bukti seperti apa tuan?"tanya Nicolo.
"Tentang pelaku,siapa kemungkinan yang paling meyakinkan"jawab Carlo.Pikiran pria itu mengarah pada istrinya dan sang putri.
"Apa Tuan yakin kalau ini perbuatan orang rumah?"tanya Nicolo mencoba memberikan pencerahan.
"Tahan pendapatmu.Biar aku yang menyelesaikannya malam ini"Carlo berbalik keluar.Bagaimanapun,ia tau apa yang harus ia lakukan.Lelaki itu untuk pertama kalinya merenungkan ucapan Stefano,putranya.Haruskah Carlo berterima kasih pada anak bungsunya itu?
***Maddalena Gianluccio,duduk santai di atas ranjang mewahnya sambil membaca buku.Ia tipe wanita yang hanya menjadikan buku sebagai ladang pamer.Agar ketika suaminya masuk ke kamar,ia merasa menjadi seorang intelek.
Dan benar saja,tak lama kemudian,Carlo memasuki kamar.Tampangnya tidak begitu mengenakkan.
"Oh,Carlo.Apakah anak bungsumu itu kembali membantah?"Maddalena menepikan bukunya,ia menghampiri Carlo yang kini duduk tenang di sofa.
"Aku ingin berbicara denganmu"kata Carlo dengan pandangan menusuknya.
"Ada apa?"masih dengan sikap anggunnya,Maddalena beranjak duduk di seberang meja.
"Apa yang kau lakukan seharian ini"
"Seperti biasa,aku berbelanja dan bersenang-senang"jawab Maddalena.Jawaban itu membuat Carlo menyumpah di dalam hati.Sudah sering sekali ia mendengar jawaban enteng tersebut.
"Dengan kedua anakmu?"
"Leonora dan Cecilia juga anakmu"desis Maddalena.
Maddalena berjalan menuju meja riasnya.Ia duduk tenang disana lalu mulai menyisir rambut merahnya.Ia mengeluarkan beberapa koleksi parfum mahalnya,menatanya di atas meja,lalu memilih mana yang akan di pakai.
Carlo berjalan ke sisinya,mencoba memperhatikan wanita itu.
"Kau sepertinya lelah,Carlo"kata Maddalena sambil memoleskan bedak di wajahnya.
"Pergilah tidur,aku akan menyusul.Ini sudah tengah malam"Maddalena melirik suaminya.Dilihatnya Carlo menatap bayangannya di cermin.
"Baiklah,aku akan tidur sekarang"jawab Carlo.Maddalena tersenyum,saat melihat suaminya mulai naik ke kasur.
"Aku akan mematikan lampunya sebentar lagi"Maddalena kembali sibuk dengan riasannya.Ia menyemprotkan salah satu parfum mahalnya.Hingga dua puluh menit berlalu,Maddalena berjalan perlahan keluar dari kamar.Ia berjingkat pelan menuju lantai tiga.
***
Stefano belum mengantuk.Padahal malam sudah begitu larut.Ia memikirkan ayahnya.Bagaimana perasaan lelaki tua itu bila tau istri dan anak tirinya lah yang membuka paksa brankas."Karma menghantuimu,ayah"desissnya pelan.Tentu saja itu karma.Ia bisa mengingat bagaimana sakit hati ibunya ketika melihat Carlo bersenang-senang dengan Maddalena.Sekarang,kesedihan ibunya perlahan-lahan akan menghampiri ayahnya.
Stefano berjalan keluar kamarnya.Ia hendak berjalan mengawasi seisi rumah.Bagaimanapun ini juga rumahnya,ia harus melindunginya dari tangan-tangan jahil orang lain.Maddalena dan anak-anaknya pun masih termasuk orang lain baginya.Ia melangkah di koridor yang sempit,berbelok ke kiri menuju perpustakaan.Lantai tiga ini begitu senyap pada malam hari.
Sekelebat bayangan muncul dari balik pintu tepat di ruangan pribadi ayahnya.Ia bisa melihat dengan jelas,pintu itu bergerak menutup.Ia pikir,ayahnya akan tidur sambil berjaga disana.Namun,keraguan Stefano lebih menguasai dirinya.Pikirannya melayang ke kejadian brankas tadi.
Tentu saja itu bukan ayahnya.Tapi,Maddalena.Ia bisa melihat jubah tidur wanita itu tadi.
Stefano tersenyum licik.Kini,ia tau bagaimana mengeluarkan wanita jalang itu beserta anak-anaknya dari rumah ini.
***
Maddalena menatap brankas besar hasil jajahannya selama ini.Ia tak menyangka Carlo bisa ceroboh mengatakan pola sandi brankas saat pria itu mabuk.Karena kecerobohannya itu,Maddalena bisa bersenang-senang bersama putrinya tiap hari.Maddalena membuka pintu penutup pola.Ia menekan kombinasi angka-angka yang sudah dihafalnya diluar kepala.Namun,setelah menyusun beberapa angka tersebut,brankas itu tetap bergeming dan tak langsung membuka seperti biasanya.Ia pikir karena ia mulai mengantuk,jadi ia menekan tombol yang salah.
Brankas itu tetap bergeming,sekalipun ia sudah mengulangnya sebanyak tiga kali.Maddalena akhirnya tersadar,pola ini sudah diganti.Alih-alih berbalik untuk keluar dari ruangan itu,Maddalena mendengus marah.Rencananya kali ini akan gagal.
Ia hendak keluar,ketika pintu berderit dan membuka lebar.Maddalena terhenyak,menyaksikan apa yang ia takutkan selama ini di bayangannya.
Dengan senyuman licik,Stefano berdiri di hadapannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Accident Of My Imagination Praised By Her(REVISI)
RomanceBerawal dari pertemuan seorang gadis desa dengan majikannya.Semenjak tinggal bersama,keduanya saling mencintai dan berjanji tak akan saling melespaskan.Hingga ketika takdir berubah menjadi mimpi buruk bagi keduanya yang harus berpisah....