Bab 7: Hubungan Tanpa Status

705 40 0
                                    

"Buat apa memiliki hubungan tanpa status. Semua akan dirugikanbaik dari pihak laki-laki maupunperempuan."

Aku memang tidak berani menyampaikan perasaanku secara langsung kepada Rani. Tapi aku tahu betul, Rani pasti tahu bagaimana perasaanku dengannya. Setiap malam aku selalu melempar perhatian kepadanya. Tidak mungkin dia tidak peka dengan perasaanku selama ini.

Tetapi aku tidak pernah tahu, bagaimana perasaannya kepadaku. Dia begitu tertutup. Tidak bisa dipancing untuk membahas masalah perasaan. Dia benar-benar menjaga dirinya. Itulah yang membuatku tambah suka dan kagum dengan dirinya.

Karena aku tidak bisa bertanya secara langsung kepadanya tentang perasaannya kepadaku. Maka aku menggunakan cara yang lain, aku meminta bantuan kepada teman dekatnya yang kebetulan juga menjadi temanku. Aku membujuknya agar bertanya dengan Rani bagaimana perasaannya kepadaku.

Saat itulah hari yang sungguh menyenangkan untukku. Sepanjang hari aku tidak berhenti untuk tidak tersenyum.

"Jadi kamu milih siapa, si A, B atau C?" tanya temannya menceritakan kepadaku.

Aku mendengarkan begitu serius.

Awalnya Rani tetap tidak mau bercerita apapun. Dia tidak memilih satu nama pun dari yang diajukan. Termasuk namaku.

"Pilih saja antara mereka bertiga, kamu mau pilih yang mana?" desak temanku itu.

Tentu saja aku semakin penasaran dengan cerita dari teman dekatnya Rani itu sekaligus temanku juga.

Dan ternyata, Rani menyebut namaku. Dia lebih memilih aku dari pada semua laki-laki yang juga berusaha dekat dengannya. Dia suka denganku dengan alasan katanya aku suka membantu mengerjakan tugas. Aku senang, aku hanya cukup tahu bagaimana perasaannya kepadaku. Setidaknya dia mempunyai sedikit rasa suka.

Jadilah saat itu kami menjalani hubungan tanpa status. Dia sudah tahu aku suka dengannya, begitu pun aku yang tahu setidaknya dia memiliki rasa suka kepadaku.

Aku lebih sering melempar perhatian kepada Rani waktu itu. Setiap pulang sekolah, sore, malam, sampai paginya lagi hanya ada satu pesan yang tidak pernah membuatku bosan untuk membalasnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, Rani juga sering melempar perhatian kepadaku. Kami sudah dalam bujuk rayu setan, tidak memiliki hubungan tapi terus menanyakan kabar.

Saat itu bermunculan lah akun-akun dakwah di media sosial punyaku. Perlahan setiap harinya aku membaca setiap postingan. Mulai menyadari ada yang salah dengan hubungan kami selama ini. Tetapi begitulah cinta yang sudah buta. Tetap saja ada alasan untuk mengelak.

Aku yakin dan tahu bahwa pada saat itu alasan Rani tidak mau pacaran bukan karena takut dimarahi oleh ayahnya. Tetapi karena dia sudah tahu duluan kalau pacaran memang dilarang oleh agama. Dia hanya tahu itu. Hanya tahu bahwa pacaran yang tidak boleh, kalau chattingan, aman-aman saja.

Aku juga memiliki alasan bahwa apa yang kami lakukan saat ini tidak ada salahnya. Toh, di luar sana banyak bahkan mereka yang berboncengan berdua. Kami hanya sebatas berkirim pesan, menanyakan kabar kemudian melempar perhatian. Kami juga sering mengingatkan untuk selalu shalat. Jadi apa salahnya?

Begitulah kebanyakan remaja sekarang, bukan? Mendekati perempuan dengan modus agama. Sok-sokan mengingatkan untuk shalat, mengaji dan puasa. Padahal itu mah tetap salah dalam agama.

Hubungan tanpa status ini setidaknya membuatku tidak tenang tidur malam. Sering gelisah setiap kali berkirim pesan. Kami juga merasa canggung dan sama-sama tidak enak.

Padahal kami tidak seperti mereka yang pacaran?

Kami tahu bahwa pada saat itu kami memiliki rasa yang saling suka. Ada rasa sayang dan tidak rela bila kehilangan. Ada rasa cemburu bila dekat dengan yang lain. Padahal bukan siapa-siapa.

Apa kami salah waktu itu?

Kami tidak pernah bertemu langsung berduaan. Tidak pernah berboncengan. Kami juga tidak pernah ngobrol berdua secara langsung. Bertemu? Jangan harap. Kami berdua malu-malu. Hanya sesekali kadang aku melihatnya dari jauh. Begitu juga dengannya, yang mencuri pandang denganku.

Perasaan tidak enak itu muncul terus-terusan. Aku juga terus rajin membaca tentang postingan-postingan tentang menikah. Sampai itulah, muncul niatku. Niat yang tumbuh begitu saja. Untuk mengajaknya menikah. Setidaknya hatiku bisa lebih tentram.

***

Alhamdulillah ceritanya sudah update lagi 😊 jangan lupa vote dan komennya yah teman-teman semua.
Terimakasih

Cerita Cinta Pengejar Nikah Muda (Finish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang