[ WHO ARE YOU? ]

23.4K 882 35
                                    

Jangan lupa Vote+Coment kalian ya blurb blurb...!

Warning, Typo!

Happy Reading!!!!!

(⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

Sudah 2 Minggu, namun kedua mata Stella tetap setia tertutup dengan tenang. Gadis itu sama sekali belum sadarkan diri dari koma nya, membuat semua orang khawatir akan kondisinya.

Semua keluarga Stella dan Samuel, beserta sang sahabat berkumpul di depan kamar inap Stella. Mereka semua menunggu kabar dari Xavier yang sedang memeriksa kondisi Stella didalam.

Namun, semuanya kini dibuat khawatir karena beberapa perawat tiba-tiba berjalan cepat memasuki kamar inap Stella.

Adisa menarik bahu perawat yang berjalan paling belakang, yang hendak masuk kamar Stella. Dia bertanya, "ada apa ini?."

"Maaf, Bu. Nanti dokter Xavier yang akan menjelaskan setelah kami memastikan bahwa kondisi Stella benar-benar baik-baik saja." Setelah mengucapkan hal tersebut, sang perawat masuk kedalam ruang kamar Stella.

Pintu tertutup. Semua orang tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didalam sana.

Kimberly menggigit ujung telunjuknya, dia benar-benar khawatir. Matanya sudah basah, dalam hatinya selalu merafalkan doa  memohon agar kondisi Stella membaik.

Tidak hanya Kimberly, keluarga, Samuel, dan temannya mengharapkan hal yang sama. Mereka ingin Stella sadar dan menyapa mereka kembali.

(⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

"Oh god!." Pekik Geraldo, sambil bangun dari duduknya. Dia segera menekan tombol darurat, lalu dia berjalan keluar, menghampiri keluarga dan teman-temannya.

"Stella sadar, Stella sadar!." Katanya, dengan girang.

Geraldo berjalan cepat lagi, menuju Stella. Awalnya dia mengira kalau dirinya hanya mengigau saja saat melihat jemari Stella bergerak. Kemudian, saat melihat mata Stella bergerak seolah-olah hendak terbuka, Geraldo sadar bahwa dirinya sedang tidak berhalusinasi.

Xavier datang. Dia meminta agar semua orang memberi jarak, sehingga Stella tidak merasakan sesak.

Kedua mata Stella terbuka. Matanya menatap langit-langit kamar, disaat Xavier sedang memeriksa dirinya. Kemudian bola matanya bergerak, memperhatikan keluarganya yang berdiri dengan raut wajah lega.

Kening nya mengerut, seolah-olah sedang kebingungan. Kemudian Stella kembali menatap langit-langit, sebelum akhirnya memejamkan matanya lagi.

"Dek?." Kata Nicky, saat Stella kembali menutup matanya.

"Tenang, Nick. Stella hanya tertidur, dia baik-baik saja sekarang." Kata Xavier, menjelaskan hal yang Nicky khawatirkan.

"Saya ikut senang karena Stella sudah sadar dari masa krisisnya. Saya tinggal dulu, ya? Jika terjadi sesuatu, langsung tekan saja tombol darurat nya seperti tadi." Setelah mengucapkan hal tersebut, Xavier pamit untuk keluar dari kamar Stella karena masih ada pasien lain yang harus ia cek.

Dengan langkah pelan, Samuel berjalan mendekati Stella, lalu duduk disamping kasur gadis itu. Tak ada kebohongan diwajah Samuel, laki-laki itu benar-benar bahagia sekarang karena Stella sudah sadar.

Gian berdiri disamping Samuel. Tangannya menyentuh bahu laki-laki itu, pandangannya  terfokus pada Stella, barangkali ada nyamuk nakal yang menganggu tidur keponakan kesayangannya.

Kimberly, Mega, Ara, Sherene, Dimas dan David memilih duduk disofa yang jaraknya tak jauh dari Stella. Mereka tidak ingin Stella merasa sesak karena dikelilingi banyak orang.

THE SECRET OF SHARINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang