Visi Akhirat

124 5 2
                                    


Pagi setelah usai bandungan kitab Ta'lim Muta'alim , semua santri melakukan rutinitas pagi setelah mengaji. Entah itu sarapan, mandi, bersih-bersih maupun yang lainnya. Terutam pada Wali-sebutan yang diberikan oleh santri yang lainnya- sebutan itu tidak lain karena kesabaran, kesopanan, kekendhelan, kecerdasan dan keta'dziman yang dimilikinya diatas santri umumnya yang hampir saja mirip Wali Allah. Abdul Syukur adalah nama sebenarnya, sebuah nama yang punya makna baik. Dan syukur adalah panggilan akrabnya. Dia bukan santri yang paling senior karena memang masih ada santri yang paling senior darinya. Namun, seakan-akan dia adalah santri yang paling senior. Syukur adalah abdi ndalem, sehingga sudah menjadi tanggungjawabnya pekerjaan apapun yang ada di ndalem. Ia mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat dhuha yang kemudian dia lanjutkan dengan membersihkan ndalem.

Wali adalah seorang santri mukim sekaligus sang juara kelas yang baru menyelesaikan studi nya di SMA yang tidak begitu jauh dari pesantren. Suatu saat ketika orang tua Syukur mengunjunginya ke pesantren.

"Kur, mau terima tawaran bapak?" tanya ayah Syukur.

"Kulo dereng pengen pak" jawab Syukur singkat.

"Lho kenapa Kur? Kok ditolak. Ibu pikir kamu pantas masuk Fakultas Kedokteran di UNS (Universitas Sebelas Maret). Kamu kan cerdas le" jelas ibu.

"Mboten bu, Syukur di pesantren saja, sudah krasan disini".

"Syukur anak ku.. kalau kamu kuliah kamu bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang menjanjikan. Kenapa ndak mau? Toh kamu kan sudah mondok tiga tahun to".

"Inggih pak, tapi Syukur dereng pengen kuliah. Mondok tiga tahun itu belum bisa jadi bekal yang cukup, belum bisa dikatakan mondok. Misalkan saja orang yang menanam jagung, wong baru ditanam satu minggu kok sudah mau dipanen. Dereng wonten isine to pak, bu?".

Ibu dan bapak syukur hanya bisa menghela nafas mendengar anaknya yang pandai mengumpamakan.

"Tapi bagaimana dengan masa depan mu Kur, pastilah kamu butuh pekerjaan untuk menghidupi keluarga mu nanti".

"Ibu, semua sampun diatur dhateng pengeran. Leres to pak?Ibu tenang saja, insya Allah Syukur nanti dapat hidup layak, bahkan sangat layak" ucap Syukur.

"Tapi Kur, kamu bisa mondok lagi sambil kuliah nanti, iya to pak?".

"Iya Kur, usul ibu mu ada baiknya juga. Kamu berubah pikiran?" ujar Ayah.

"Bapak dan ibu tidak supe kan dengan syair kitab 'Alala".

Dengan fasih syukur melantunkannya.

تعلم فليس المرء يولد عالما # وليس اخوعلم كمن هو جاهل

'Belajaro siro jalaran da'no wong siji, iku dilahirake kanthi wis mangerti'

Ayah Syukur manggut-manggut. Memang benar apa yang dikatakan putra tunggalnya itu.

"Ya sudah, Bapak sekarang manut sama kamu le. Bu, biarkan Syukur mondok disini dulu sampai dia benar-benar ingin 'pulang'".

"Yo wes lah, ibu kalah".

Setelah mendengar keputusan Syukur yang bersikeras untuk tidak kuliah, orang tua Syukur mencukupi temu kangen dengan putranya. Dan Wali itu kembali ke ndalem untuk menyelesaikan tugas yang belum diselesaikan.

Cinta Dalam Bait JurumiyahWhere stories live. Discover now