Siang hari usai mereka merapikan kamar yang kemarin waktu dimaksud oleh bu nyai untuk menjalankan kemauan bu nyai yaitu menempati kamar pojok bangunan pesantren. Setelah mereka menempati kamar tersebut, memang ada beberapa hal yang membuat mereka merasa kurang nyaman. Dari ruangan yang tanpa fentilasi hingga suhu yang lumayan panas yang mereka rasakan. Tapi mereka berusaha tetap sabar menerima semua itu dengan cara menikmatinya.
"Ya Allah, panas sekali suhu dikamar ini" keluh Imroatun.
"Iya mbak, kirain dari kemarin-kemarin cuma saya yang merasakan ternyata tidak" timpal Royya.
"Iya, mana gak ada fentilasi buat keluar masuk udara, pengap sekali" Dian menambahi.
"Iya, akibatnya menimbulkan bau gak enak, kadang bau obat bau apalah" tambah Uyun
"Oh, apa mungkin ini alasan waktu dulu bunyai ngendiko ntlalah ya?" Aya berpendapat.
"Iya mungkin mbak. Gak enak ternyata tidur disini" kesah Husna.
"Ya sudahlah gak apa-apa dinikmati aja. Mau gimana lagi" pasrah Imroatun.
"Iya yang penting ikhlas dan sabar. Emm.. Bagaimana kalau kamar ini kita berinama "Alfaqir Ila Rohmatillah"?" usul Aya.
"Maksudnya?" tanya Uyun.
"Kalau gak salah artinya orang yang membutuhkan kasih sayang Allah ya?" Royya menjawab.
"Ya maksudnya bahwa orang-orang yang ada dikamar ini selalu membutuhkan rohmat atau kasih sayangnya Allah. Kalau tanpa kasih sayang Allah kan kita gak bisa apa-apa. Bagaimana?"
"Boleh, bagus kok aku setuju" ujar Dian.
Semua personil kamar tersebut pun menyetujui dengan 'Alfaqir Ila Rohmatillah' sebagai nama kamar mereka sekarang.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Bait Jurumiyah
RomanceMencintai memang tanpa syarat. Tapi tak selamanya syarat dal mencintai itu tidak ada.