First Idea

71 1 0
                                    

Royya dan Husna yang masuk kamar mengagetkan mereka yang ada di kamar yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"In kana lamun ana sapa man, ana iku khoiron bagus apane akhlaqon aa...."

"Assalamualikum" Royya dan Husna kompak.

"Waalaikumsalam" jawab Uyun, Aya ,Dian dan Imroatun.

"Udah si mutholaahnya, dari tadi gak capek apa, kendhel banget" ujar Royya.

"Iya itu, mereka bertiga kendhel banget dari tadi" timpal Aya.

"Aku kan cuma bacain doang, itu Dian sama Mbak Imroatun yang nambal terus" jawab Uyun.

"Gak usah rusuh deh Aya, kamu juga dari tadi baca terus kok, duluan kamu malah sama kita, ya gak Yan" ucap Imroatun.

"Iya tu Mbak Aya ma kebiasaan" tambah Dian.

"Udah, udah kok malah pada ribut. Biarinlah sibuk dengan kegiatan masing entah itu mutholaah atau murojaah yang penting khoir kan, kalau aku mau bobok cantik dulu" relai Husna.

"La katanya yang khoir khoir kok malah tidur to Na?" ujar Royya.

"Tidur khoir kok Mbak Royya , ini kan waktu nya qoilullah, sunah kan.." jelas Aya.

"Lho, lha emang ini jam berapa?" kaget Enis.

"Jam sebelas Mbak Royya cantiikk" ucap Dian.

"Masyaa allah, kirain masih jam sembilan, hehe" ucap Royya.

"Kalau ini jam sembilan ya ini kita lagi ngaji mbak!" kesal Uyun.

"Ya sudah kalau begitu aku mau nyusul Husna, Na tungguin aku di mimpi indahmu sayang" kata Royya.

"Dasar Mbak Royya!" timpal Imroatun.

Keheninganpun terjadi mereka kembali sibuk pada kegiatannya masing-masing. Tapi tiba-tiba suara Aya memecahkan keheningan.

"Eh kalian tau kebun Abah yang ada di Sogo gak?".

"Tau, terus kenapa?" tanya Imroatun.

"Emm, keadaannya sekarang memprihatinkan gak sih menurut kalian?" Aya menambahi.

Dian dengan sigap menjawab

"Lebih memprihatinkan saya kali Mbak Aya, yang belum dapat sambangan, udah telat 1x24 jam lagi"

"isrof kamu yan. Iya sih Mbak Aya, kaya gak ke urus gitu, ya kan?" ujar Uyun.

"Nha itu maksud aku. Apa gak kasihan , kalian gak lupa kan sama hadist

من احي ارضا ميتة فهي له

"Terus, kalau kita ngurus kebun itu, kebun itu milik kita?" tanya Uyun.

"Ojo diartikake bloko to Mbak Uyun! Kabeh-kabeh ki ono tafsir lan penjelasane" kesal Imroatun.

Uyunpun hanya membalas dengan senyum nyengir.

"Iya Mbak Uyun, jangan ditelah mentah-mentah, dibakar opo digoreng sik yo keno, ben enak ora sepet, haha" ledek Dian.

"Mpun mpun kok malah ngebully Mbak Uyun, back to the first theme" relai Aya.

"Jadi maksud kamu, kita ngramot kebun Sogo gitu? Emang yakin kita bisa, kita sukses?" pesimis Imroatun.

"Lha kita ki cewek lho, emang biso opo nang kebon?" timpal Uyun.

"Ya Allah, yo sebisanya kita to guys, gak harus berhasil kan, yang penting niat kita bisa sedikit-sedikit berpartisipasi di perkebunan pesantren, niat ikhlas lilahi ta'ala, apa-apa kalau didasari ikhlas enak kan?" jelas Aya.

Dian dengan optimisme yang tinggi menanggapi penjelasan Aya.

"Iya itu, aku setuju sama Mbak Aya, nanti kita bisa minta bantuan sama kang santri putra, enak to?"

"Enak ki panganan Yan?" ujar Uyun.

"Lho yo ora panganan tok Mbak Uyun, nikmat sehat, nikmat nglakoni ibadah, nikmat ngaji, kuwi enak to, enak banget malah, leres ngoten to Bu Ustadazah Imroatun?" jelas Dian.

"Nggih nggih Bu Ustadzah Dian" cuek Imroatun.

"wih wih, niki kumpulane poro asatidzah niki, kulo santri ngestukaken pangandikan mpun, hehehe". ujar Aya.

"Kamu Aya, malah nglantur gitu. Eh Ya jadi rencana kita gimana untuk mulai ngramot kebun itu" tanya Imroatun.

"Tunggu-tunggu, emang Ibu dan Abah paring restu untuk kita?" tambah Uyun.

Aya pun dengan nada santai dan penuh keyakinan menjelaskan.

"Ngoten lho shohib-shohib ku, pertama kita bilang dulu sama Kang Arif, minta izin, kan mungkin nanti Kang Arif menyampaikan dateng Abah kaliyan Ibu , nggih mboten? Nah kalau sudah pada paring restu, kita mulai olah, ya nanam sayur apa yang lainnya lah"

"Boleh juga, tapi bagaimana dengan biaya nya, kita kan uang juga pas-pasan, apa kita ngordinir dana dari santri lainnya?" tanya Imroatun.

"Setuju" kompak Dian dan Uyun.

Aya menjawab dengan terkejut.

"Lho, yo nggih mboten ngoten to mbak. Lha ini kan keinginan kita, ya kita sendiri yang cari biaya. Iya kita memang uang pas-pasan tapi kita bisa nabung, kita bisa puasa, entah puasa Daud, Waqiah ataupun Manaqib kan? Kalau kita melibatkan santri lain terus kita gak sukses, pripun? Repot jadinya, kita jadi merepotkan banyak pihak. Kita ngumpulin uang dulu buat beli pupuk, bibit dan lainnya. Kalau uang sudah terkumpul kita baru minta restu".

Mereka bertiga pun manggut-manggut memahami pembicaannya Aya. Suara adzan dhuhur pun terdengar.

"Oke, nanti aku tanya ayahku untuk pembelian bibit dan pupuknya dimana, udah pengalaman soalnya" ucap Imroatun

"Husna, Mbak Royya bangun, udah dzuhur, ayo jamaahan" ajak Dian.

"ehhmm.. baru sebentar tidur udah dzuhur aja" jawab Royya dengan nada lemah.

"Auuppp.. masih ngantuk. Eh tadi Mbak Aya dicariin Kang Zain" ujar Husna dengan nada lemas pula.

"Cie cie, dicariin habibi nih" ledek Uyun.

"Apa sih Na, baru bangun tidur kok udah ngaco gitu. Ngelindur tu kamu" ucap Aya.

"Uluh-uluh, mukanya merah semua itu Aya. Hahahaha" timpal Imroatun.

"Katanya mau pinjam buku, nanti pasa ngaji diniyahan disuruh bawa" jelas Husna.

"Buku? Buku apa Na? Buku banyak kali, gak jelas banget" kesal Aya.

"Buku cinta Mbak Aya, cie cie .. hahaha" ledek Dian.

"Oh iya lupa tanya buku apa, dia nya juga gak bilang buku apa" ucap Husna.

"Dibilangin juga buku cinta Mel" tambah Royya.

"Ah udah ah, pada gak jelas gitu kalian. Udah ambil wudhu aja, siap-siap jamaah dzuhur di masjid" cuek Aya.

Mereka pun langsung bergegas untuk  sholat jamaah dzuhur dan untuk memenuhi kenginan mereka merawat kebun mereka sepakat untuk melakukan puasa waqiah demi terkumpulnya uang. Dan seiring berjalanya waktu akhirnya uang terkumpul.

Puasa Waqiah adalah puasa yang dilaksanakan selama 40 hari berturut-turut tanpa berhenti kecuali ada udzur syar'i. Seperti puasa pada umumnya, puasa  waqiah juga menahan dari terbit fajar hingga matahari terbenam, yang membedakan hanya amalan hariannya. Orang yang melakukan puasa waqiah, setiap harinya harus membaca Surat Al-Waqiah (Surat  ke 56 pada Al-Qur'an) sebanyak 16 kali setiap bakda Asar. Jika sudah masuk waktu maghrib namun belum selesai, maka puasa dianggap gugur dan harus mengulang dari hari pertama. Selain dibaca bakda ashar, Surat Al-Waqiah juga dibaca sebanyak 144 kali pada setiap malam senin ditambah dengan surat Ibrahim (Surat ke 14 pada Al-Qur'an) 1 kali dengan rentang waktu bakda magrib sampai menjelang subuh. Jika sudah masuk waktu subuh namun bacaan tersebut belum selesai maka dianggap gugur. 

Puasa ini diijazahkan langsung oleh Abah Yai pengasuh pondok pesantren yang kini meraka tinggali. Puasa Waqiah ini dipercaya mampu menjadi wasilah terkabulnya hajat-hajat pelakunya.

Cinta Dalam Bait JurumiyahWhere stories live. Discover now