Sampai pada suatu saat Aya, Uyun, Dian, Royya, Imroatun dan Husna belanja keperluan untuk menanam sayur-sayuran dengan uang pribadi mereka yang sengaja mereka tabung untuk hal ini. Mulai dari bibit hingga pupuk dan menaruhnya di sawah. Mereka ingin mengolah sawah di Sogo semata-mata mencari ridho Kyai . Ya, mereka ingin mengoptimalkan kebun Sogo karena kebun itu kurang diperhatikan sampai menjadi tanah semak belukar tak bertuan.
"Wah, kebun ini benar-benar tidak terawat. Lau bagaimana kita mencangkulnya? Kamu bisa Ya, Mbak Royya, Dian, Mbak Uyun atau Husna?" tanya Imroatun.
"Kalau hanya mbibit rumputnya aku bisa, tapi kalau cangkul aku tidak yakin" jawab Aya.
"Kamu aja gak bisa Ya apalagi aku" timpal Royya.
"Aduh bagaimana ya? Bisa-bisa waktu kita habis tanpa hasil" ujar Dian.
Bak bulan yang datang menyinari gelapnya malam. Syukur dan Zain tampil pada waktu yang tepat. Selain pintar mengaji, keduanya juga dikenal banyak santri sebagai santri yang baik tanpa ada rasa sombong. Tanpa direncana banyak santri yang merasa terbantu dengan kehadiran mereka.
"Mbak kelihatannya kalian bingung. Ada yang bisa kami bantu?".
"Eh Kang Syukur, wonten kang. Kulo bingung badhe mulai saking pundi, amargi mboten saged macul" jawab Aya.
"Kersane kulo lan Zain mawon mbak. Mbak-mbake wangsul ten pondok riyen mawon, gampil ten mriki ngenjang menawi sampun dipacul"
"Tapi mangke dados ngrepoti njenengan kang"
"Ndak apa-apa mbak, tenang saja. Kang Arif sudah matur sama kami, kalau kami disuruh bantu kalian"
"ya sudah kalau begitu kang, kami ke pondok dulu"
"iya mbak, monggo"
Dengan berat hati keenam santri putri itu kembali ke pesantren, dan tanpa merasa dibebani, kedua santri putra itu melaksanakan tugasnya dengan trengginas, tanpa pamrih tentunya.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Bait Jurumiyah
RomanceMencintai memang tanpa syarat. Tapi tak selamanya syarat dal mencintai itu tidak ada.