"Mbak Royya lihat Irsyad gak?" tanya Aya.
"Gak, masih ngaji mungkin, kenapa?" ucap Royya.
"Oh masih ngaji, ini mbak soalnya ini waktunya Irsyad belajar" .
"Ditunggu aja di depan kantor, nantikan Irsyad lewat situ".
"Oh nggih mbak. Syukron".
"Afwan".
Tidak berselang lama diniyah kelas satu pun selesai dan Irsyad yang ditunggu pun segera menemui Aya. Karena memang sudah menjadi kebiasaan setelah jadwal ngaji diniyah Irsyad mencari Aya untuk belajar dan begitupun Aya yang mencari Irsyad. Tidak jarang Irsyad yang memanggil Aya dari luar kamar untuk mengajak belajar. Irsyad adalah santri putra paling kecil yang berada di pondok pesantren tersebut. Karena Irsyad yang masih berumur tujuh tahun dan duduk di kelas 3 MI maka Irsyad belajar dengan Aya.
"Eh Irsyad" sapa Aya.
"Iya Mbak Aya".
"Buku nya dibawa?".
"Belum mbak, masih pondok putra".
"Ya sudah diambil dulu, mbak tunggu di kantor putri ya".
"Iya Mbak".
Langsung Irsyad bergegas lari untuk mengambil buku dan dengan waktu singkat Irsyad sudah menghadap Aya untuk mulai belajar. Aya dan Irsyad pun belajar seperti biasa sampai akhirnya ada Imroatun yang lewat di depan kantor putri tempat Irsyad dan Aya belajar.
"Hey" sapa Imroatun.
"Eh Mbak Imroatun , masuk mbak" jawab Aya.
"Iya, eh Irsyad. Kalau belajar sekolah sama ibu kalau belajar ngaji sama ayah ya, hehe" ujar Imroatun.
"Maksudnya apa mbak?" tanya Aya.
"Ya Irsyad ini kalau belajar sekolah sama kamu Aya, terus kalau belajar ngaji sama ayah Zain. Hahaha" jelas Imroatun.
"Ah Mbak Imroatun ini ada-ada saja".
"Ya udah aku mau ke aula dulu, selamat belajar".
"Iya mbak syukron. Irsyad dilanjut bacanya"
"Iya mbak" jawab Irsyad.
YOU ARE READING
Cinta Dalam Bait Jurumiyah
RomanceMencintai memang tanpa syarat. Tapi tak selamanya syarat dal mencintai itu tidak ada.